Bagian 24 Tragedi Aneh di Jembatan Batu

101 9 0
                                    

"jadi, kalian ingin mencari peramal bulan?"

Liam menggangguk sementara hiruk pikuk para pengunjung kedai di pagi hari cukup ramai mengingat tempat ini yang paling terkenal di Desa Batu. Sejak kemarin, Simon sama sekali tidak mengerti arah ketiga orang ini. Nyaris semua sisi kiri desa mereka jelajahi tanpa memberitahu apapun kepadanya.

Tidak berarti seolah ia ingin mengambil bagian dari mereka, nyatanya Simon masih saja merasa asing harus menuntun tanpa arah yang jelas. Tetapi nyatanya, hanya dirinya lah yang terlalu berlebihan berspekulasi jika Liam dan kedua temannya terlalu tertutup, terkesan enggan mengumbar tujuan. Tentu saja tidak akan ada yang menjawab kebenarannya jika ia sendiri tidak bertanya.

Seolah tidak memiliki waktu tersisa dan sebelum sisi kanan desa mulai dijelajahi, pada akhirnya pria itu memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sejatinya mereka cari di tempat ini. Hasilnya, Stick menjawab pertanyaannya seakan-akan itu bukan sesuatu yang harus dirahasiakan dari orang lain. Mereka menjawab cepat, bahkan terkesan bersahabat.

Nyatanya, Simon lah yang terlalu takut untuk bertanya.

Pria itu segera menepuk jidat cukup keras. Liam bahkan telah meringis menduga betapa perihnya itu. "Astaga, aku rasa aku pernah mendengar hal ini sebelumnya." Kilat antusias kini terpancar di raut wajahnya yang kecoklatan. Senyumnya terukir lebih lebar dari biasanya memaksa giginya nampak oleh kedua orang di hadapannya.

"Apa maksudmu?" Isabel bersuara untuk yang pertama kalinya sejak mereka tiba di kedai.

Fokus Simon kini beralih kepada Isabel sementara senyum di raut wajahnya enggan luntur dari sana. Entah sadar atau tidak, pria itu tanpa segan meraih jemari Isabel lalu membawanya ke dalam genggaman kuat. "Pernah orang-orang desa diributkan mengenai sosok asing yang misterius telah berkunjung ke sini. Setelah pemandunya bertanya siapa dan dari mana asalnya, dia menjawab jika dirinya berasal dari Desa Gurun dan seorang peramal bulan."

Isabel cukup terkejut mendengar penuturan Simon yang terlalu panjangnya juga begitu terasa kebetulan. Meski demikian ia jauh lebih tidak menduga jika pria itu akan menggenggam tangannya sangat erat. Isabel tidak butuh waktu untuk berpikir dan kemudian ia telah mengambil kembali jemarinya lantas menaruhnya di bawah meja.

Ia mendesis tidak ramah, "Jangan menyentuh orang lain seenaknya." Simon sampai tertegun mendengar ucapan dingin tersebut. Ia menelan ludah lalu meminta maaf kepada Isabel.

Stick mendesah panjang, ditatapnya Isabel yang terlihat tidak senang kemudian beralih ke arah Simon. "Maafkan Isabel, tolong lain kali jangan menyentuhnya, dia cukup sensitif dengan sentuhan akhir-akhir ini."

Isabel tidak berkomentar lebih jauh. Apa yang Stick katakan kepada Simon ia benarkan dalam beberapa konteks, nyatanya jika seseorang menyentuhnya, itu akan mengingatkannya pada Yon yang telah menyentuhnya tanpa memikirkan perasaannya. Pria itu benar-benar kurang ajar dan jika Isabel bertemu lagi dengannya, hal pertama yang akan dilakukannya ialah memberinya pelajaran seperti yang telah ia katakan sebelum meninggalkan Zirap Sero Pack.

Namun jika bisa, Isabel berharap tidak bertemu lagi dengannya dalam wujud nyata.

"Kalau begitu, apakah dia masih berada di tempat ini?" Liam bertanya sementara mulutnya tidak berhenti bergerak. Benar-benar tidak sopan.

"Aku tidak tahu, mengingat kabar ini telah terjadi satu bulan yang lalu kemungkinan dia sudah pergi."

Stick terlihat berpikir. Wajahnya nampak serius dan penuh tekanan. Apa yang coba ia sampaikan hingga menampilkan raut wajah demikian. Tetapi, pada akhirnya tongkat itu memilih menanyakan hal ini, "Apa menurutmu ia kembali ke desanya atau justru berkelana?"

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now