Bagian 79 Saingan

62 5 0
                                    

Sejak Isabel dan yang lain meninggalkan pack untuk menjalankan misi pencarian tanda bulan, Liam jelas tidak memiliki tempat lain selain tetap berada di Zirap Sero Pack bersama Simon. Ini sudah seminggu sejak Isabel berangkat dan sudah selama itu pulalah ia berada di sana.

Di awal-awal kepergian Isabel, Liam dan Simon tentunya tidak melakukan kegiatan apapun selain hanya berdiam diri di kamar. Ia tahu kegiatan itu benar-benar membosankan dan kian hari dirinya pun semakin jenuh. Sampai kemudian ketika seorang omega yang bertugas mengurus keperluan mereka datang dan membawa sarapan pagi seperti biasanya. Simon akhirnya memilih bertanya kepadanya, "Apakah tidak ada yang bisa kami lakukan untuk membuang kebosanan ini?" Simon menatap dengan wajah memelas, benar-benar terlihat seolah-olah ia begitu menderita berada di dalam kamar terus-menerus.

Omega itu berdiam diri sejenak sementara tatapannya bergerak mengamati keberadaan Simon yang kini balas menatapnya dengan lekat. Sampai kemudian ia menjawab, "Aku rasa kalian akan merasa lebih baik jika sesekali ke luar dan mencoba dekat dengan para Warrior yang ada di luar." Ia kemudian tersenyum seraya melangkah mendekati meja kecil di samping tempat tidur dan meletakkan sarapan bawaannya di atas sana. "Kalian bisa berlatih bersama mereka di arena pelatihan, aku yakin hal itu dapat mengurangi kebosanan kalian."

Simon lalu terdiam dengan wajah serius, dan begitu omega memberi salam hendak keluar dari kamar ia bergegas menahannya. "Kalau begitu bisakah kamu menunjukkan di mana mereka?"

Omega berbalik, ada senyum ramah yang kembali ia perlihatkan begitu kedua maniknya mendapati keseriusan yang Simon tunjukkan. "Aku sudah mengatakan jika para Warrior sedang ada di arena pelatihan, namun mengingat kalian belum mengetahui tempatnya maka aku akan mengantarkan kalian ke sana dengan senang hati."

Simon tersenyum. Ia berbalik menatap Liam yang sejak tadi hanya duduk diam memperhatikan dengan wajah datar. "Bagaimana menurutmu Liam? Apakah kamu akan ikut dengan kami berdua atau hanya akan berada di dalam kamar ini seharian seperti sebelumnya?"

Liam mendengkus tetapi tindakan itu justru membuat si Omega tersenyum.

"Karena aku tidak punya pilihan maka aku akan ikut denganmu saja." Simon tidak bisa menahan senyum sekarang. Liam ini tipe anak yang nyatanya sangat gemar menutupi apa yang diinginkannya. Padahal apa susahnya hanya mengatakan jika ia pun sangat bosan dan menginginkan setidaknya satu atau dua hiburan. Bukan berarti ia menginginkan hiburan yang tidak baik. Namun yang lebih ditekankan pada hal-hal yang dapat membuat mereka merasa sedikit lebih hidup saat tinggal di tempat ini.

Sembari merangkul Liam, Simon bergegas menyeret pria kecil itu menuju ke luar ruangan dengan wajah sumringah, akan tetapi sebelum mereka berdua berhasil melewati ambang pintu, si Omega telah lebih dulu menghadang langkah keduanya dengan senyum lebar tetapi mengancam. "Sebaiknya Tuan sekalian menghabiskan sarapan Anda dengan benar, setelah itu kita baru akan meninggalkan tempat ini menuju arena pelatihan." Simon seketika mendengkus, tetapi berikutnya ia memasng wajah pasrah kemudian setelahnya mengangguk dengan wajah terpaksa. Si Omega kembali memasang senyum, kali ini jauh lebih lebar dari sebelumnya. "Pilihan yang tepat, Tuan sekalian," dan ia terkekeh sebelum kemudian berlalu meninggalkan ambang pintu dan menutupnya cukup keras.

Liam berwajah masam. "Apa-apaan itu?" keluhnya dengan bibir cemberut.

Sebagai balasan Simon hanya mengangkat bahu kemudian membawa langkah menuju meja kecil di samping tempat tidurnya sementar di atasnya terdapat sarapan yang baru saja diantarakan si Omega. "Lebih baik kita menurutinya saja." Simon meraih gelas susu milik Liam lantas memberikannya begitu pria kecil itu mendekatinya dengan wajah keruh. "Nikmati sarapanmu dan kita akan bersenang-senang setelah ini."

Liam kembali mendengkus keras. "Baik, baik, lakukan apapun yang kamu inginkan, aku hanya akan melihat di luar lapangan arena."

Simon terkekeh tetapi setelahnya ia tidak lagi mengatakan apapun dan hanya duduk diam menikmati sarapannya sendiri. Ia pikir tidak akan ada habisnya meladeni Liam yang sedang jenuh. Bocah itu sudah bertindak demikian sejak Isabel pergi tanpa memberitahunkannya, naasnya lagi, ia ditinggalkan saat dirinya sedang tertidur. Rasa-rasanya, Liam baru saja dipermainkan.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now