Bagian 29 Serangan Musuh Peniru

111 12 0
                                    

Pagi datang dengan cepat. Rombongan mulai bergerak kembali untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Batu, sementara di sisi lain Isabel justru terlihat jauh lebih dingin dari sebelumnya. Bahkan jika Liam mencoba membuatnya tersenyum seperti yang sudah-sudah, Isabel bahkan tidak menanggapi. Diam, tanpa kata.

Di sisi lain, Yon cukup terkejut menyadari bahwa semalam, selama ia terjaga dan menjaga barrier dari serangan musuh, tidak sekalipun ia mendapati adanya situasi mencurigakan. Musuh seakan diredam untuk terdiam hingga tidak lagi menampakkan diri. Namun jika mengingat kondisi Hutan Mati memiliki suasana serupa di awal masuk, siapa yang akan menyangka serangan hewan buas bertubuh aneh justru datang menyerang.

Karena itu, Yon tidak akan kehilangan kewaspadaan meski Hutan Mati tidak menunjukkan pergerakan asing. Dia jelas tidak akan termakan kesan tenang yang justru menghanyutkan.

Yon mulai berpikir, kemungkinan besar serangan yang mengarah kepada rombongannya tampaknya telah direncanakan. Dengan kata lain, sejak awal memasuki hutan seseorang telah mengamati mereka dan bahkan merencanakan serangan tersebut.

Sang Alpha tidak berpikir jika serangan itu diperuntukkan untuk menjatuhkan korban. Serangan semacam itu dibuat untuk mengancam atau menakuti orang-orang, termasuk Yon dan yang lain.

Tapi siapa yang berniat melakukan hal itu?

Apakah ini perbuatan penghuni Hutan Mati? Mungkinkah mereka berencana mengusir para penjelajah yang melewati kawasan mereka?

Entahlah!

"Apa kamu mendapati sesuatu yang mencurigakan ketika kami semua terlelap?"

Daniel berjalan di sisi Yon sementara pria itu berhenti beberapa langkah hanya untuk mengamati kawasan Hutan Mati yang telah tertinggal cukup jauh di belakang. Hawa mencekam disertai kesan gelap masih mengarungi kawasan itu. Bahkan dari jarak seperti ini, Hutan Mati masih bisa mengeluarkan aura menakutkan yang cukup besar.

Yon berbalik arah, kakinya yang dibalut celana kain hitam panjang melangkah perlahan sementara ia menjawab Daniel, "Tidak ada. Tempat itu kembali tenang seperti saat awal kita memasukinya," jelasnya.

Daniel tampak berpikir. Jari telunjuk disertai ibu jarinya dibiarkan menyentuh dagu sementara wajahnya mengkerut. Mimik serius tercetak jelas di sana. "Hmm ... sepertinya ada yang mengincar kita atau memang hewan buas itulah penghuni Hutan Mati?" Daniel menjentikkan jari ketika Yon menoleh dan menatapnya tidak yakin. "Bagian mana menurutmu yang benar?" tanyanya kemudian.

Yon mengangkat bahu. Tidak menjawab sama sekali.

Sedang Daniel, pria itu menggerutu tidak suka mendapati Yon benar-benar tidak menyenangkan untuk diajak berdiskusi.

Gambaran sekitar mereka kini terkesan gersang dan hawa panas mulai terasa sedikit demi sedikit. Dari arah depan, Yon bisa melihat Liam telah meloloskan baju mengikuti kebiasaan Zigot ketika sedang kepanasan. Yon menyeringai. Zigot sudah pasti membawa pengaruh buruk terhadap anak-anak seperti Liam. Tetapi di sisi lain, Yon tidak bisa menyangkal jika terkadang keduanya terlihat akrab dan cukup cocok berteman. Pikirkan ketika melihat keduanya yang memiliki fisik nyaris sepantaran.

Yon tanpa sadar menggeleng.

"Alpha, sepertinya Desa Gurun masih sangat jauh."

Luce sengaja memperlambat langkah dan ketika Yon mulai mencapai posisinya, ia segera mendekat sembari mengangkat pertanyaan tersebut.

Sebaliknya, Yon menanggapi dengan wajah serius. "Bisa jadi."

Luce cukup menyadari ke mana arah tatapan Yon dari sini. Dari tempat dan posisinya sekarang, ia bisa dengan jelas mengamati pergerakan Isabel yang berjalan di samping Stick dan Simon. Luce bahkan bisa melihat ekspresi keras yang Alpha Yon tunjukkan ketika melihat Simon berulang kali mencoba membuka pembicaraan dengan Isabel. Meski pada akhirnya pria manusia itu akan ikut terabaikan, mengingat Isabel benar-benar sudah serupa manusia es yang enggan bicara.

Alpha and a Hermit (Tamat)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora