Bagian 11 Tanda Kutukan

166 14 0
                                    

Angin barat berhembus membawa serta ribuan kelopak bunga terbang menjauh dari wilayah hutan Serophin yang hijau. Dan kemudian, pusaran angin itu berkumpul di satu titik di atas udara lantas menurun dengan gerakan pelan. Angin bertiup cukup kencang ketika tiba-tiba saja ribuan kelopak bunga bergerak berkerumun kemudian membentuk seluit seorang bocah—dialah Liam. Ketika ia terbebas dari sekumpulan kelopak bunga, suara batuk keras terdengar memenuhi heningnya pinggiran hutan.

Sementara itu, tidak jauh dari belakang tubuh Liam, pusaran angin yang membawa ribuan kelopak bunga pun berubah menjadi sesosok tubuh wanita. Dia adalah Isabel Ing yang telah kembali ke wujud aslinya.

Wajah Liam segera memucat ketika manik gelapnya yang membesar menangkap pergerakan Isabel. Wanita itu perlahan mendekat dan Liam terlihat terkejut ketakutan. Dengan demikian, langkah Isabel terhenti dengan sendirinya. Wajah Isabel berubah pias. Ia menduga jika perubahan wujudnya yang tiba-tiba telah menakuti anak lelaki itu.

Isabel tersenyum masam. Ini bukan sesuatu yang mudah mengingat dirinya tidak cukup baik dalam menangani anak-anak yang sedang ketakutan. Apalagi itu karena ulahnya sendiri. Dengan bibir bergetar, Isabel mencoba mengucapkan satu dua kata untuk menyadarkan Liam yang tengah terpaku.

Sampai akhirnya, Isabel tidak juga mengatakan apapun dan pada akhirnya yang bersuara ialah Stick. "Liam, aku tahu kamu ketakutan, tetapi bukan saatnya untuk diam terpaku seperti ini. Kita masih harus melanjutkan perjalanan ke perbatasan dan menemui penjaga perbatasan. Kita harus bergerak, sebab sekarang kita akan diburu oleh para serigala Zirap Sero Pack."

Untuk beberapa saat tidak ada jawaban dari sosok Liam. Bocah itu masih bertingkah sama sejak kedatangan mereka beberapa menit lalu. Isabel terlihat cemas, menatap Liam yang masih tidak berkomentar ia berkata, "Liam, aku minta maaf tentang kejadian barusan. Tetapi, aku belum bisa menjelaskan apapun kepadamu sekarang. Kita harus bergerak cepat menemui penjaga untuk meminta izin keluar pulau sebelum para serigala pengejar tiba di perbatasan lebih dulu."

"Untuk apa? Mengapa kita tidak melarikan diri saja seperti saat kamu membawa kita semua menggunakan pusaran angin dengan kelopak bunga?"

Isabel cukup terkejut ketika akhirnya suara Liam terdengar. Suaranya kecil dan terdengar tidak yakin.

"Maaf, tapi aku tidak bisa menggunakan wujud itu dalam waktu yang lama. Separuh kekuatanku telah disegel ke dalam pedangku." Isabel mengerti maksud Liam dan karena itu ia menjawab demikian.

Suara helaan napas Stick terdengar keras setelahnya. Tongkat itu menatap Liam yang tengah menunduk lantas berkata, "Bisa kamu jelaskan, mengapa kamu beranggapan seperti itu? Maksudku, mengapa kamu mengusulkan cara itu sementara kita bisa ke perbatasan dan meminta izin keluar dari penjaga pulau Serophin."

"Tidak bisa," Liam menimpal pelan. Wajahnya terlihat gelisah. "Kita sudah menjadi buronan sekarang. Ketahuilah, kita justru akan tertangkap jika kita menemui penjaga perbatasan." Liam mengangkat wajah dan menatap Stick dengan wajah serius. "Kamu tidak tahu jika bangsa serigala bisa berkomunikasi menggunakan pikiran? Bukan tidak mungkin jika mereka telah mengetahui tentang kita."

Detik itu juga manik Stick melebar terkejut. Astaga! Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting itu, pikirnya. "Benar juga. Aku hampir melupakannya. Liam, terima kasih sudah memperingatkan."

Liam mengangguk, meski begitu dia sama sekali tidak terlihat tenang. Bocah itu melanjutkan dengan bibir bergetar, "Lalu, bagaimana kita bisa keluar dari pulau ini?"

Stick terdiam begitupun dengan Isabel. Ini jelas masalah besar jika mereka sampai tidak menemukan solusi untuk keluar pulau. Kalaupun mereka memilih bersembunyi, tidak menutup kemungkinan jika suatu saat mereka akan tetap tertangkap. Jadi, satu-satunya jalan adalah meninggalkan pulau Serophin dan menuju pulau para vampir.

Alpha and a Hermit (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang