Bagian 47 Ledakan

89 8 1
                                    

"Nona Isabel, kamu ada di dalam?"

Isabel terlonjak ketika mendapati ketukan dari arah luar sementara ia tengah disibukkan dengan keberadaan satu sosok yang paling meresahkan. Bagaimana tidak, gadis itu sangat misterius, bahkan tanpa Isabel sadari informasinya telah banyak terkuat olehnya. Atau kemungkinan besar, sosok tersebut sudah mengetahui rahasianya sejak awal? Tetapi bagaimana bisa? Ia amat yakin jika tidak ada seorangpun selain Stick yang tahu jika dirinya pernah menjadi pendosa dan menjalani hukuman di atas pegunungan Morweend.

Lalu, bagaimana mungkin gadis sepertinya bisa tahu?

Sudah pasti ada yang tidak beres di sini.

Sosok itu kontan terkekeh ketika mendengar suara ketukan dari arah luar sementara Isabel tahu pelaku pengetukan itu adalah Simon, ia kemudian meringis saat mendengar namanya dipanggil berulang kali, menyadari bahwa kini gadis misterius itu tengah menertawainya. Nyatanya, Isabel bisa saja membuka pintu tetapi ia pun  yakin jika dirinya sampai melakukannya maka sosok tersebut akan menghilang begitu saja. Sementara di sisi lain, masih banyak yang ia ingin tanyakan kepadanya.

"Nona Isabel, aku mencarimu di depan tetapi tidak menemukanmu. Aku khawatir jadi aku ke sini." Isabel tahu jika Simon tidak sedang berbohong, aroma kekhawatirannya bahkan tercium hingga ke dalam kamar. "Aku pikir kamu mungkin kesakitan lagi karena itu aku berniat membantu. Siapa yang tahu jika obat-obatan dari desaku bisa menolongmu."

Di sisi lain, kekehan si gadis misterius kian terasa dekat tetapi kemudian sebelum Isabel menyadarinya, sebuah napas hangat disertai bisikan sudah menyambut sisi kiri telinga dan lehernya. Rambut halus di kulitnya bahkan berdiri saking merindingnya. "Mengapa kamu tidak membuka pintu kamarmu, Isa? Seseorang menunggumu di luar." Ia kembali terkekeh dan kali ini Isabel mencoba menjauh. Wanita itu berusaha mencari cela untuk menyerang namun berapa kali pun ia melakukannya, sosok tersebut telah berpindah dalam sekejap.

"Jangan menghindariku!" Isabel mulai kesal. Tanpa pikir panjang ia melesatkan serangan angin yang sengaja dibiarkan memutari seisi kamar dalam kecepatan maksimal. Kasurnya bahkan sudah terbelah sementara dentuman keras kontan terdengar dari arah luar.

Dan karenanya, Simon kini panik luar biasa. Apa yang sedang terjadi di dalam sana hingga menimbulkan getaran sehebat ini, bahkan pintu di depannya telah retak.

"Nona Isabel, apa yang terjadi?! Kamu baik-baik saja?!" Pria itu kembali berteriak, berharap Isabel bisa mendengar dan segera menyudahi kekhawatirannya dengan hanya melihat bahwa wanita itu baik-baik saja. Tetapi, alih-alih mendengar respon Isabel, Simon justru kembali mendengar dentuman keras dari dalam kamar yang getarannya semakin terasa di luar.

Di sisi lain, Isabel sepertinya benar-benar tidak bisa mengendalikan diri dan berakhir menciptakan serangan.  Seolah terpupuk, amarah wanita itu memuncak hanya dengan mendengar kekehan lain yang terdengar seolah ia sedang diejek habis-habisan. Nampaknya, indra penciumannya yang tajam dan mampu menggambarkan kondisi di sekitar, seolah tidak memiliki nilai di mata sosok gadis misterius yang hingga saat ini tidak diketahui identitas bahkan hanya sekedar namanya.

Isabel kian geram. Ketika ia merasakan pergerakan dari arah samping, kontan saja ia melayangkan serangan tetapi siapa menduga jika serangan angin dahsyat itu akan dipentalkan kembali hanya dalam satu jentikan jari milik si gadis lalu berbalik arah kepada Isabel sendiri.

Tubuh wanita itu langsung saja terpental dan menabrak pintu hingga keluar ruangan. Di saat yang sama, Simon yang masih berdiri di tempat, sama sekali tidak menduga jika sebuah aliran udara yang begitu kuat membawa tubuh Isabel dalam kecepatan kilat lantas ikut menyeretnya.

Kontan saja Isabel membelalak saat menyadari jika kini Simon berada di belakangnya, dan kemungkinan dalam hitungan detik tubuh mereka berdua akan menabrak dinding di belakang sana. Isabel mengeram jengkel, mengapa harus ada orang di situasi seperti ini. Tidak punya pilihan, Isabel kemudian mencoba menekan laju serangan anginnya sendiri dengan memberi tekanan lain dari arah yang berlawanan, sementara dalam waktu sepersekian detik itu ia meraih tubuh Simon lalu melemparnya ke sisi lain. Berikutnya, ia membiarkan dirinya sendiri menabrak dinding hingga menimbulkan ledakan keras.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now