Bagian 8

166 15 0
                                    

      "Apa yang membuatmu begitu diam, Alpha Yon?" Yon tidak menoleh ketika suara Alpha Vraco yang menyebalkan melebihi apapun, terdengar menyambut telinganya. Sementara riuh di belakang mereka menambah sesak di kepala pria itu. Ini malam ketiga perburuan. Puncak dari acara para serigala. Kendati demikian, Yon menyesalkan bahwa Alpha Seraa Sero Pack itu yang pertama kali melihat kemurungannya.

    Jelas, sebab perkataan Zigot membebani pikirannya. Bagaimana mungkin ia tidak dirundung kegelisahan.

     "Tidak juga." Yon tidak berniat menunjukkan kesan ramah dalam suaranya. Dia menjawab begitu dingin, sebaliknya, Alpha Vraco telah mengangkat alis dengan tinggi. Apakah dia melakukan kesalahan? pikirnya.

    Berdehem canggung, pria glamor itu kemudian bergerak mengambil beberapa langkah menjauh dari sisi Yon. Lantas berkata, "yah, hanya saja, Anda terlihat murung." Tangan Vraco mengibas. "Aku minta maaf jika itu membuatmu terganggu, Alpha."

    Tahu-tahu, Yon menarik nafas perlahan. Mengendurkan raut kakunya, dia membalas dengan suara lebih melunak, "tidak masalah. Aku hanya tidak suka dengan keramaian."

     Siapa sangka Vraco akan melebar terkejut. Apakah dia salah dengar? Setahunya, Yon merupakan salah satu penyuka kemewahan. Dan karena itulah tiap perburuannya dilakukan besar-besaran. Tidak menutup kemungkinan hal ini akan mengundang keramaian. Seharusnya, jika sang Alpha tidak menyukai ribuan orang, dia hanya perlu mengundang yang perlu saja. Jadi, ada apa?

   Yon mendesah. Melihat raut wajah Vraco, dia telah menyadari kesalahan dalam kalimatnya. Tidak menyukai keramaian? Tidak juga sebenarnya. Dia menyukainya, tetapi tidak ketika burung gagak-nya sedang terkapar lemas di ranjang. Ini jelas mengganggunya, hingga berdampak di tiap tindakannya.

   "Bukan seperti yang kamu pikirkan, Alpha Vraco. Hanya saja, keramaian kali ini sedikit tidak membuatku nyaman." Yon mencoba menjelaskan. Dia berharap si Alpha pembawa emas di tubuhnya itu bisa menerima alasannya. Tetapi, Yon tidak harus menjelaskan apapun sebenarnya. Dia hanya perlu mengabaikan pria itu seperti sebelum-sebelumnya. Hanya saja, Yon tidak ingin Vraco berhasil menebak ada sesuatu yang salah dalam perburuan ini. Bahwa—Zigot sedang di rawat dalam tenda medis.

     Alpha Vraco mengangguk. Dia cukup terkesan dengan Yon kali ini, mengingat pria itu membuka mulut cukup banyak untuknya. Sementara selama ini Yon begitu sering mengabaikannya. Sampai akhirnya, Vraco pamit undur diri. Meninggalkannya dalam kesunyian di sudut lapangan.

     "Apa yang Alpha Vraco katakan, Alpha?" Luce sudah berdiri di sisinya dan mengangkat pertanyaan itu kepadanya. Dua menit setelah kepergian Alpha Vraco.

    Yon menyeringai. Luce terlalu berlebihan. Pria itu sudah jelas telah mengamatinya dari jauh. "Bukan apa-apa. Khawatirkan saja Adikmu, alih-alih diriku." Manik Luce kemudian beralih ke arah di mana fokus Yon tertuju. Beberapa meter dari posisi mereka, Lady Alice membawa langkah ke arah keduanya. Perempuan muda itu sungguh bermuka tebal, setelah mempermalukan diri, nyatanya itu bukan hal besar untuk membuatnya goyah. Apa Yon harus terkesan dengan tekad sang Lady? Tidak, ini terlalu menyedihkan—dan menjijikkan.

     "Selamat malam, Alpha, Beta," gadis itu menyapa. Tetapi, baik Yon ataupun Luce, keduanya tidak menunjukkan reaksi selain mimik keras yang menakutkan. Lady Alice sampai menelan ludah ketika menemukan mimik kakaknya, serupa barah api yang berkoar. Sayangnya, itu tidak akan menghentikannya.

     "Ah ... aku menyayangkan, ternyata kemenangan dalam perburuan ini dibawa pulang oleh Alpha Daniel." Lady Alice tersenyum menggoda, maniknya tanpa segan berkilat ke arah Yon. "Padahal aku bertaruh untukmu, Alpha."

     "Jaga sikapmu, Alice!" Bentakan Luce kemudian terdengar keras. Alih-alih berhenti, perempuan cantik itu justru dengan santai menatap Yon. Tidak mengindahkan teriakan keras Luce.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now