Bagian 81 Salah Paham yang Meresahkan

71 5 0
                                    

Lady Alice sudah menatap garang ke arah Simon. Wajahnya yang rupawan tidak bisa menyembunyikan bahwa betapa kesalnya ia sekarang mengingat Simon kerap mengabaikannya. Ketika sang Lady bertanya, mulanya Simon akan menjawab seadanya, tetapi begitu Alice mengganti topik pembicaraan dan beralih ke arah Yon dan Isabel, simon lagi-lagi bungkam. Lady Alice jadi geram sendiri. Apa Simon pikir ia punya banyak waktu sementara pria itu sama sekali tidak ingin membantu dengan mangatakan sesuatu terhadapnya. Jika memang ia tidak mengetauhi banyak hal, maka cukup dengan mangatakan jika ia tidak tahu. Apa sudahnya, tetapi alih-alih mengatakannya, Simon justru berdiam diri seolah-olah ia mengabaikannya.

Bagaimana Lady Alice tidak marah jika seperti ini.

Dengan wajah berang, sang Lady kemudian meninggalkan Luce dan Etan. Kakinya dibiarkan menghentak tanah sehingga debu berseliweran di sekitarnya, hampir saja merusak gaunnya yang indah. Selepas perginya Lady Alice, Etan dengan semangat menarik tubuh Simon agar menghadap kepadanya sementara di sisi lain, Simon hanya bisa menghela napas seakan-akan ia baru saja melewati cobaan berat yang amat menyusahkan, yang sialnya pula harus menguji kesabarannya agar ia tidak sampai mengeluarkan api amarah.

Dengan wajah antusias, Etan mengguncang bahu Simon sembari berkata, " Wah! Apa aitu tadi," ucapnya tidak habis pikir. "Tidakkah kamu menyadari bahwa kamu baru saja membuat seorang Lady yang disegani marah?" Simon menggeleng dengan wajah tanpa dosa. Di sisi lain, Etan berteriak tidak kalah heboh, para warrior yang berlatih bahkan mulai melirik dengan wajah penasaran. Tetapi menyadari kesalahannya, Etan segera berbalik sembari berdehem dengan wajah canggung. Menggunakan wajah pemimpin pasukan warrior, ia akhirnya mengeluarkan suara sangar dan mimik seriusnya saat berhadapan dengan para pasukan yang dilatihnya.

Ia lantas berteriak keras, "Apa yang kalian lihat! Lanjutkan latihan kalian dan abaikan saja aku dan kawanku ini," katanya sembari menepuk pundak Simon. Sebaliknya, Simon hanya bisa tersenyum masam begitu para warrior pemula meliriknya.

Simon mendengkus kepada Etan. "Tidak seharusnya kamu menggunakan kekuasanmu untuk hal seperti ini."

Tidak ingin kalah, Etan kemudian berseloroh, "Siapa yang menyalahgunakan kekuasaan, aku hanya memerintahkan mereka untuk Kembali fokus dengan latihan."

Simon menarik napas. "Kamu."

"Hah?!"

Simon melirik Etan dengan wajah cemberut. "Sudahlah, kamu ini benar-benar tidak mengerti," ucapnya pasrah. "Ngomong-ngomong, apa pack ini memiliki laboratorium?" tanyanya kemudian.

Etan mengangguk. "Jelas punya!" ucapnya dengan semangat, bahkan sampai berteriak. Simon yakin jika kini para warrior yang sedang berlatih tidak jauh dari posisi mereka, sudah pasti menahan diri untuk tidak berakhir menoleh dan menatap mereka berdua. Sebab jika benar, Etan akan meneriaki para kawanan warrior pemula itu dengan wajah sangar kembali.

"Baiklah, aku akan menanyakan hal ini kepada Omega yang kerap membawakan makanan ke kamarku agar ia menunjukkan di mana letak labolatorium tersebut." Simon kemudian meringis. "Tetapi, bisakah kamu ini mengecilkan sedikit suaramu? Aku benar-benar risih setiap kali kamu berteriak seperti beberapa saat lalu." Simon mendekat lantas berbisik dengan wajah masam, "kamu berisik dan mengganggu."

Etan melolot tidak terima. Namun begitu Simon menyadari bahwa kemungkinan pria itu akan Kembali berteriak dan bertindak heboh, mau tidak mau, Simon kini bergerak begitu cepat untuk menutup mulutnya. Simon Kembali berbisik, kali ini wajahnya benar-benar memelas. "Tolonglah, dengarkan apa yang baru saja aku katakan padamu. Jangan, berisik."

Butuh waktu cukup lama sampai kemudian Etan mengerti dan berhenti memberontak dari dekapan Simon yang benar-benar kuat. Menarik napas dengan wajah lelah, ia kemudian berkata, "Baiklah, aku tidak akan berteriak dalam beberapa hal."

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now