Bagian 31

110 10 0
                                    

Rasa pening menyerang. Tangan terangkat lantas bergerak meremas dan memijat kepala yang seakan ingin pecah serta remuk di saat yang sama. Sisa-sisa alkohol dari arak tampaknya masih menghantui Yon hingga pagi ini. Pria itu terbangun dalam kondisi linglung dan ia tahu bahwa dirinya minum terlalu banyak.

Yon mendengkus, merasa bodoh akan perilakunya belakangan ini.

Pria itu kemudian mengamati sekeliling, sisi kirinya dihuni meja cukup besar sementara di atasnya tersedia gelas dan mangkuk tanah yang ia duga berisi makanan pereda mabuk. Yon meraihnya tanpa pikir panjang, yang ia perlukan sekarang adalah mengembalikan kondisi kepalanya seperti semula tanpa ada rasa pening.

Yon meninggalkan ranjang dan beralih ke arah jendela. Disingkapnya kain kecil yang menutupi jendela bundar yang jika diperhatikan akan terlihat lebih mirip lubang ventilasi, hanya saja ukurannya sedikit lebih besar. Sontak, Yon menutup kelopak mata saat menyadari angin kuat datang dan membawa serta partikel pasir tepat ke arahnya.

Yon meninggalkan posisinya dan beralih keluar kamar, ia cukup dikejutkan ketika menyadari bahwa saat dirinya keluar dari ruangan yang ia pikir kamar, nyatanya memiliki pintu yang telah terhubung langsung dengan dunia luar. Sekali lagi, Yon mengamati sekeliling, ada banyak rumah-rumah kecil yang tersebar di sekitar dengan bentuk dan ukuran yang sama. Masing-masing dari mereka berbentuk kubah setengah lingkaran dan berdiri di atas pasir.

Ketika Yon menyadari kelupaannya, sontak ia tersenyum miris mengingat jika seperti ini lah rumah-rumah di Desa Gurun. Tiap rumah, akan memiliki setidaknya beberapa kubah kecil yang memiliki fungsi berbeda. Biasanya, yang berdiri paling depan adalah kamar-kamar, di tengah digunakan sebagai ruang tamu, lalu yang paling kecil di antara tiga bangunan itu adalah dapur. Tempat itu digunakan para perempuan di Desa Gurun untuk menyiapkan makanan, atau memasak.

"Oh, Yon, kamu sudah bangun!"

Yon menoleh ke sumber suara dan mendapati sosok Daniel yang baru saja keluar dari salah satu rumah kubah lainnya, tidak jauh dari tempatnya. Alpha Sordant Sero Pack itu mendekat sementara bibirnya tidak luput dari senyum ramah seperti biasa. Namun bagi Yon, sebagai orang yang kerap melihat senyum Daniel, itu jadi terlihat menjengkelkan mengingat jika pria itu terkadang tersenyum sembari menyelipkan ejekan padanya.

"Di mana yang lain? Semalam aku mabuk jadi melupakan beberapa hal."

Daniel bergerak mendekat, lantas merangkul Yon dengan cepat sementara sang Alpha memasang raut risih mengingat ia cukup enggan disentuh orang lain. "Itu karena kamu pergi seorang diri dan minum arak tanpa mengajakku." Yon beralih ke raut datar sekarang. Pria itu justru amat bersyukur Daniel tidak ikut bersamanya mengingat ia butuh ketenangan. Jikapun ia menginginkan seseorang, Yon jelas tidak akan mengajak Daniel yang cerewet juga berisik. Niat awal yang ingin larut dalam kesendirian akan jadi tidak terwujud dengan adanya Daniel.

"Aku tanya di mana yang lain?" Yon mengulang.

Daniel berhenti merangkul sementara ia kembali berdiri di samping Yon sembari memasang raut serius. Meski begitu, bibirnya bergerak mengucap kalimat dengan hati-hati, "Yon, semua orang sudah berangkat mencari peramal bulan. Zigot bilang kamu sedang sakit jadi kami membiarkanmu tetap beristirahat." Daniel tidak dapat menahan laju ludah ditenggorokannya untuk kemudian tertelan dengan kasar, seolah-olah pecah beling baru saja menggantikannya saat menyadari Yon terlihat murka sekarang.

"Aku sama sekali tidak sakit!" Yon mengeram jengkel. Zigot sialan! makinya. Pria itu kemudian kembali kepada Daniel yang kini memasang raut takut sementara tangannya saling meremas dengan cemas. Yon mendelik ke arahnya dengan sengit. "Lalu kamu? Mengapa masih di sini?"

Daniel menjawab dengan suara kecil, "Karena aku tahu kamu akan sangat marah saat terbangun dan menyadari ketertinggalanmu, kuputuskan menunggu hingga kamu bangun dan kita akan berangkat bersama." Daniel tiba-tiba memasang senyum menyebalkan, sebaliknya, mau tidak mau Yon memicing curiga. "Hei, bagaimana dengan makanan buatanku. Aku membuatnya sepenuh hati dan jiwa."

Alpha and a Hermit (Tamat)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum