Bagian 65 Nama yang Indah

78 8 0
                                    

Koak!

Koak!

Yon mendongak menatap langit yang sedikit mendung di angkasa. Ia sedang mengitari kawasan sekitar hutan ketika tiba-tiba saja udara di sekelilingnya merendah sementara burung-burung beterbangan meninggalkan sarang. Pandangan pria itu seakan berkunang menatap langit seolah-olah tanah yang ia pijaki berputar. Yon kontan menunduk lantas memijat pelipis dengan gerakan pelan. Ia merasa pusing. Perasaannya tiba-tiba memburuk namun ia tidak bisa menjabarkan perasaan apa yang tengah merundungnya sekarang.

Butuh waktu lama hingga keadaan pria itu membaik. Debar jantungnya mulai normal dan aliran napasnya perlahan stabil kembali. Apa-apaan itu? pikirnya. Tidak biasanya ia merasakan perasaan semacam ini sebelumnya.

Namun sesaat kemudian maniknya mulai membuka lebar ketika menyadari sesuatu. Ada saat-saat tertentu ketika perasaan serupa menimpa serta membayanginya dan itu telah terjadi sekarang. Dulu, sewaktu Zigot menghilang di pegunungan Morweend ia pun merasakan hal yang sama. Dada Yon mulai terasa sesak. Tubuhnya seolah linglung dan langkahnya mulai gontai mencari lokasi yang cukup lapang. Ia perlu memanggil elangnya. Ia perlu mengirimkan kabar kepada kedua karibnya—Zigot dan Luce.

Mungkinkah mereka dalam bahaya?

Tidak!

Tubuh pria itu disandarkan di salah satu batang pohon. Maniknya kembali berotasi dan ia mulai bersiul ketika menyadari lokasinya terbilang strategis untuk memanggil elang. Beberapa menit setelah siulan tersebut, kepakan sayap mulai terdengar dan kemudian sesosok burung berukuran besar, berwarna putih, mulai terbang rendah lalu bertengger di lengannya.

Kendati merasa tidak baik, Yon masih menyinggung seulas senyum guna menyambut kedatangan si elang. Tangan besarnya terangkat lantas mengelus hewan kesayangannya itu. Burung elang ini adalah jenis pribadi yang dapat dimiliki seseorang. Jika kemarin-kemarin yang digunakannya adalah elang umum yang memang dikhususkan untuk misi, tetapi elang yang bersamanya saat ini adalah benar-benar milik Yon.

"Apa kabar, Grei," bisiknya. Yon tidak ingat kapan terakhir kali ia memanggil elangnya tersebut. Mungkin saat Zigot menghilang di pegunungan Morweend. Selama ini, Zigot dan Luce selalu ada di sampingnya sehingga ia tidak perlu mengeluarkan Grei. Sejatinya burung ini hanya ditugaskan untuk mengirimkan pesan pribadi kepada Luce dan Zigot, dan jika salah satu di antara mereka tidak mengirimkan balasan maka sudah pasti ada sesuatu yang salah.

Burung itu berkoak cukup keras ketika Yon mengusap kepalanya. Ia sering melakukannya ketika merasa majikan memperlakukannya dengan baik, sementara Yon adalah pemilik yang tidak pelit memberi perhatian.

Pria itu lekas merongo saku, mencari apapun yang bisa ia gunakan untuk menuliskan pesannya. Beruntung ia kerap membawa sejenis kertas yang tidak mudah rusak hanya karena sobek sebab terkena air. Kertas itu terbuat dari bahan khusus, dan kertas yang sama pun digunakan untuk menyempurnakan misi ini. Jelas, sebab dasarnya mereka tidak akan mungkin mengambil risiko dengan memberi kertas mudah rusak ketika menjalankan misi. Burung pembawa informasi kerap kehujanan bahkan melalui area yang tidak terduga. Hal ini telah diperhitungkan dengan matang sebelumnya.

"Nah, kirimkan ini kepada Zigot dan Luce. Berkoak lah sebanyak tidak kali, mereka akan mengerti maksudnya."

Yon memasukkan pesan itu ke dalam kotak kecil dipunggung si elang. Di saat yang sama burung itu pun kembali mengeluarkan suara. Dua detik setelah Yon mengusap kepalanya, ia akhirnya terbang dan kemudian menjauh.

Yon lagi-lagi mendongak, mengamati kepergian burung elangnya dengan tatapan cemas.

Oh, semoga saja kedua karibnya dalam keadaan baik.

Yon tidak akan sanggup membayangkan akan seperti apa dirinya jika sesuatu terjadi pada keduanya.

Ia berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now