Bagian 52

76 9 0
                                    

Bagai semut yang mengerumuni gula, kondisi dermaga di pulau Serophin pun tidak ada ubahnya dengan hal itu.  Kapal-kapal besar yang mayoritas berasal dari pulau manusia dan vampir telah memenuhi dermaga. Siapa menduga, kapal-kapal besar itu adalah milik para pemimpin pulau yang akan mengadakan rapat di pulau Serophin. Nyatanya, mereka telah melakukan perjalanan sejak beberapa hari yang lalu untuk mencapai pulau Serophin hingga tiba tepat waktu.

Rombongan-rombongan itu kemudian bergerak menuju Zirap Sero Pack, sementara di sana Yon dan yang lain telah menunggu dengan kesiapan lengkap.

Dan ketika mereka semua tiba di pack terbesar itu, sambutan hangat beserta pelayanan yang baik pun diberikan. Yon langsung saja mendekati para pimpinan pulau, seraya menjabat tangan satu demi satu dari mereka sekaligus mengiring memasuki aula rapat.

"Silahkan duduk," Yon menampilkan senyum meski nyatanya itu hanya sekedar formalitas. Sebagai tuan rumah yang baik tentunya ia pun harus bertindak lebih ramah kendati ia sama sekali tidak menyukainya.

Suasana tiba-tiba berubah hening ketika masing-masing dari mereka telah mengambil bagian dan duduk dengan tenang. Barisan para Alpha di sisi kanan sementara barisan pimpinan pulau vampir dan manusia berada di sisi kiri. Perubahan atmosfer pun semakin terasa ketika rapat dibuka lalu di mulai dengan Yon yang memperkenalkan Isabel.

"Dia adalah wanita yang aku maksud." Suara sang Alpha yang lantang menggema memenuhi hampir seisi aula, sementara itu, nyaris semua tatapan kini mengarah kepada satu-satunya sosok wanita yang saat ini berdiri di samping Yon—dialah Isabel.

Tatapan Yon yang beberapa hari terakhir sudah tampak melunak, seolah kini kembali seperti sediakala saat berdiri lalu menatap orang-orang di dalam pertemuan itu. Sembari menunjuk Isabel, Yon pun berkata, "Wanita ini adalah orang yang telah menjaga pegunungan Morweend dan dari sanalah bunga iblis merah berasal."

Sesaat setelah orang-orang di dalam rapat mendengar perkataan Yon, mereka langsung saja berbisik sembari menatap Isabel dengan wajah terkejut. Kendati beberapa di antara mereka tidak melakukannya dengan terang-terangan tetapi masih saja ada di antaranya yang menunjuk Isabel dengan mimik penasaran.

"Alpha Yon, bisakah anda menjelaskan lebih rinci dari mana wanita itu berasal." Pimpinan pulau vampir mengangkat tangan lantas mengeluarkan permintaannya kepada Yon. Di sisi lain, Yon yang menyadari maksud dari pertanyaan tersebut sontak saja memberi penjelasan kepada mereka dengan wajah serius.

Kendati Yon tidak ingin mengungkit banyak hal mengenai Isabel, tetapi mau tidak mau ia harus melakukannya. Di mulai dari adanya dua orang vampir yang memasuki kawasan pegunungan Morweend, dan kemudian berakhir terbunuh di sana. Meski Yon tidak menjelaskan terlalu lengkap tetapi setidaknya ia memberikan penjelasan mengenai asal muasal dari malapetaka bunga iblis.

Tidak hanya itu Yon pun menjelaskan mengenai tugas Isabel sebagai penjaga bunga iblis merah.

Dan sesaat setelah Yon mengakhiri penjelasannya mengenai bagian tersebut, Alpha Vraco kemudian ikut mengajukan pertanyaan. Ia bertanya mengenai asal-usul dari bunga iblis tersebut. Mengingat untuk sekarang hanya Yon yang bisa menjelaskan hal ini sebab sudah pasti ia tidak akan membiarkan Isabel yang mengatakannya, bagi Yon ini adalah bagian dari tanggung jawabnya.

Seperti yang Stick katakan tempo hari, bahwa bunga iblis sejatinya berasal dari seorang utusan yang dikirim oleh MoonGodess. Dan karena utusan tersebut memiliki kesalahan dan dinyatakan sebagai pendosa berat, tidak ada pilihan selain menghukum dan menjadikannya bunga iblis seperti sekarang. Di sisi lain, Yon pun tidak ketinggalan untuk menjelaskan jika hal ini tetap dibiarkan maka Derekt—sang utusan tercela—akan kembali merajai Sera Land seperti di masa lalu.

Usai penjelasan tersebut, sama sekali tidak ada yang menunjukkan mimik wajah selain terkejut beradu kengerian. Yon pun telah menduga hal ini akan terjadi mengingat ia juga sama syoknya ketika pertama kali mendengar hal tersebut. Raut wajah masing-masing dari pemimpin pulau kini terlihat redup dan sama sekali tidak memiliki binar cahaya, di sisi lain, rasa takut pun tampak jelas terselip di sana.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now