Bagian 14

136 11 0
                                    

Hawa dingin dan kesan gelap yang mencekam segera menyambut Isabel beserta kedua kawannya, tepat setelah mereka menginjakkan kaki di wilayah kekuasaan para vampir. Dua jam setelah mereka meninggalkan pelabuhan dan kini berakhir di pinggiran kota bangsa penghisap darah, Isabel sama sekali tidak tahu harus melangkah ke arah mana. Sementara Stick mengusulkan agar mereka mencari penginapan atau setidaknya mengisi perut dengan makanan hangat.

Isabel sendiri tidak masalah jika dirinya tidak makan selama berhari-hari, dia sudah amat biasa jika mengingat hidupnya belakangan. Namun Liam, bocah itu terlihat pucat, makin ke sini langkahnya mulai goyah bahkan sesekali berhenti hanya untuk duduk. Apakah semua makhluk memang harus makan?

Seiraphin merupakan wilayah yang dingin bahkan cenderung bersalju di beberapa bagian lokasinya. Untuk mereka yang terbiasa dengan keadaan hangat seperti di Serophin, tentu perubahan ini cukup berpengaruh. Liam contohnya, bocah itu nampaknya akan mengalami sakit musiman karena perubahan cuaca yang tiba-tiba. Berulang kali ia bersin serta terlihat menggigil.

Langkah pertama yang Isabel pilih ialah mengunjungi toko pakaian musim dingin. Tempatnya berlantai dua dengan dinding batu kokoh yang cukup besar dan hangat. Sementara awal memasuki toko, mereka di sambut oleh sepasang suami istri berkulit pucat yang tampak ramah. Kemungkinan mereka adalah pemilik.

Setelah memiliki pakaian hangat yang mumpuni, ketiganya bergerak mencari tempat untuk mengisi perut. Suasana kota Seiraphin terlihat ramai. Bangunan-bangunan menjulang tinggi didampingi arsitektur memukau yang luar biasa, sementara Serophin, Isabel tidak bisa berargumen lebih jauh mengingat tidak sekalipun ia mengunjungi perkotaan, selain perkampungan Bleach.

Udara kian mendingin, uap mengepul disekitar mulut juga hidung Isabel, sementara cakrawala di angkasa tampak abu-abu menebar jutaan partikel putih yang membekukan. Manik wanita itu mengedar, sebaliknya hidungnya menerima berbagai macam aroma asing yang tidak biasa. Bising menggema mengantarkan perasaan baru kepadanya setelah lama terkurung di pegunungan sunyi. Kini, dia bebas meski harus menerima kepahitan sebab Derekt akan bangkit, merusak keindahan dunia immortal.

Dan karena itulah ia ada di sini, untuk mencegahnya.

Dua meter dari langkah kaki mereka, Stick tersenyum lebar menjumpai kepulan asap tebal berasal dari cerobong rumah makan yang nampak ramai. Orang-orang keluar masuk dengan raut berseri yang menyejukkan, bukti akan kepuasan batin telah terpenuhi dengan baik.

Diseretnya Liam yang tampak lesu agar berjalan lebih cepat. Stick sungguh tidak sabar untuk mencicipi berbagai makanan dengan beragam bumbu yang tidak biasa.

Aroma rempah seketika mengudara memenuhi isi kepala, tepat ketika Liam membuka pintu kayu dengan lonceng berdenting milik rumah makan. Manik bocah itu berbinar menemukan deretan kursi dengan meja kecil, tersusun di dalam ruangan sementara beberapa di antaranya diisi oleh pengunjung dari berbagai wilayah. Raut lemas yang sempat tertanam di wajah serigala kecil itu kini berganti dengan antusiasme yang tinggi. Merasakan aroma Liam yang segar Isabel pun menarik segaris bibir, menyadari bahwa Liam benar-benar lapar.

"Nona, aku akan memesankan makanan, duduk lah di sini bersama Stick." Liam menarik kursi, derit kayu segera terdengar, mengundang senyum lebarnya kian tertarik. Tampaknya hal ini membuatnya sungguh bahagia.

Duduk di kursi paling sudut dan lebih pojok, Isabel menduga akan merasa nyaman. Bukannya ingin berpikir buruk, Isabel hanya terlalu waspada setelah apa yang ia alami di dermaga. Sebab kini perasaan asing yang membelenggunya semakin terasa seiring pengunjung bertambah. Sebaliknya, dari kaca jendela yang terlihat beku tertimbun salju cukup tebal, Isabel bisa merasakan dinginnya suhu di luar sana, serupa dengan perasaan suram yang saat ini dirasakannya. Rasanya, ia tengah diawasi.

Alpha and a Hermit (Tamat)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant