Bagian 9

171 12 0
                                    

     Latihan kembali berlanjut di arena Zirap Sero Pack. Pesta kemarin hanyalah bumbu penyedap untuk kelezatan yang paripurna. Sama halnya dengan latihan para warrior di pack terkuat. Musim perburuan merupakan awal untuk latihan yang lebih serius, matang, dan tidak kenal kata kalah, menuju kelezatan akan pencapaian luar biasa. Yon menyeringai, merasa bangga dengan hasil didikan kerasnya. Menemukan kawanan pemula masa depannya berubah umpama tombak dilumuri barah api. Berkoar, tidak pernah padam.

    "Bukankah ini pencapaian yang luar biasa Alpha?" Luce tidak dapat menyembunyikan binar kesenangan di balik nada suaranya.

    Yon membenarkan. Tanpa menjawab pun, ia yakin, Luce telah mengetahui apa jawabannya. Beberapa hari setelah perburuan berakhir, Yon seolah terbangun dari mimpi buruk untuk menempa batu menjadi berlian paling bernilai. Benar—ia harus mengasah para warrior-nya. Perkataan Zigot tempo hari jelas masih menghantuinya. Karenanya, ia membutuhkan persiapan yang matang, jika saja sesuatu yang buruk benar-benar terjadi.

    Sementara si Burung Gagak. Dia sudah nyaris pulih, hanya perlu beberapa istirahat tambahan dan ia akan kembali seperti semula. Selama sepekan, yang dilakukannya hanya berleha-leha di dalam kamar sang Alpha. Makan, dan tidur. Yon tidak masalah, itu lebih baik dari pada harus melihat Zigot hanya diam beku di pembaringan. Itu jelas jauh lebih mengerikan.

     Luce mengikuti langkah Yon keluar dari arena pelatihan, menuju perpustakaan mansion pack. Dia duduk bersandar di atas sofa sementara Yon kembali dengan kebiasaannya—memilah buku bacaan.

    "Alpha, aku mendengar desas-desus yang kurang mengenakkan." Luce mengernyit. Tetapi, ini benar-benar mengganjal pikirannya. Yon segera berbalik ketika menemukan buku yang diinginkannya, lantas membawa tubuh untuk duduk di sebelah Luce.

    "Apa itu?"

     "Ini tentang desa terjauh dari wilayah Serophin. Desa pinggiran, Moureland Sero Pack." Yon segera menatap Luce. Buku ditangannya ia tutup seketika. "Satu desa menghilang tanpa jejak."

     Kening Yon mengerut, merasa bingung dengan hal itu. "Benarkah? Lalu bagiamana tanggapan Alpha Kilian? Bukankah itu desa pack-nya?"

    Luce menggeleng. Tidak yakin dengan dugaannya sendiri. Tetapi kemudian, dia menjawab, "Alpha Kilian justru menutup diri. Dia tidak memberikan keterangan lebih lanjut. Dia berkata ini urusan pack-nya, jadi pack lain tidak perlu ikut campur."

    Yon mengangkat bahu. Merasa tidak peduli. "Terserah, aku juga tidak berniat membantu mereka."

    ***

     Suara tapak kuda terdengar, menghentak tanah, lalu pasukan debu beterbangan tepat ketika hewan itu melintas di hadapan Zigot, yang sedang mengunyah bebatuan. Dua langkah dari depan, Luce sedang menunggangi kuda sementara di sebelahnya ada Yon yang tengah melakukan hal serupa. Memacu kuda hingga berulang kali. Lalu di menit berikutnya, kemenangan telah diperoleh sang Alpha, tepat ketika kaki kudanya menyentuh garis finis lebih dulu. Dia membawa Black—kuda hitamnya yang gagah untuk mendekat ke pembatas pagar pacuan kuda. Senyum mengejeknya terbit, menemukan Luce datang dengan wajah memerah, penuh keringat.

    Pria itu segera menghempaskan diri di atas rerumputan, nafas tersengal tidak beraturan sementara maniknya memejam. Dia sungguh lelah. Dan perasaan gerahnya seolah menumpuk ketika suara Zigot yang menjengkelkan terdengar hingga ke telinganya.

     "Ini adalah kekalahanmu yang ke 1007, Luce. Aku sungguh kasihan kepadamu."

     Luce mencibir. Sedang maniknya memicing jengkel. "Aku tidak butuh rasa kasihan mu. Seharusnya kamu tahu, aku tidak akan pernah mengalahkan Alpha dalam hal apapun." Luce menatap Yon di pinggir pagar. Pria gagah itu sedang mengamati keduanya dengan seringaian di bibir. "Bagaimana menurutmu, Alpha?"

Alpha and a Hermit (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang