Bagian 46

86 8 0
                                    

Isabel menghela napas, merasa amat tidak nyaman akan keberadaan Yon di belakangnya. Hawa keberadaan pria itu seolah mengantarkan arus mengerikan yang besar sementara Isabel entah mengapa merasa tidak bisa menghalaunya. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah diam. Wanita itu jelas tidak bisa menanggapi pengakuan Yon yang begitu terang-terangan.

Suasana ini menjadi semakin tidak menyenangkan sebab Yon nyatanya memliki perasaan untuknya. sejujurnya, Isabel sama sekali tidak menyangka jika hal semacam ini akan terjadi. Bagaimana bisa pria itu berakhir menyukainya, mengingat sebelumnya mereka nyaris setiap hari adu argumen bahkan terkadang berujung saling menyerang.

Kalau saja Isabel tidak bisa mencium aroma seseorang bahkan mengetahui perasaan mereka, ia jelas tidak akan menganggap pengakuan Yon serius. Tetapi karena ia sendiri menyadarinya, mau tidak mau Isabel harus meyakini jika Yon sungguh memiliki perasaan untuknya. Tetapi, mengapa pria itu harus memilih dirinya sementara di luar sana ada jutaan wanita yang menginginkannya, terlebih bagi mereka yang berasal dari ras serigala.

Jadi, mengapa harus dirinya?

"Bersikap lah seperti biasanya, Nona Penunggu." Kali ini Isabel mencoba menatap Yon, tetapi ketika ia menghadap pria itu aromanya kian terasa menusuk. Isabel jadi berpikir sudah sejauh mana Yon jatuh dalam perasaan menyedihkan semacam itu.

Yon tiba-tiba terkekeh saat mendapati Isabel menghindar untuk menatapnya. "Jangan bebankan dirimu hanya karena perasaanku atau karena perubahan tindakanku yang tiba-tiba." Isabel berjengit kaget saat pria itu mengelus pipinya. "Jangan pasang raut seolah aku adalah makhluk menyedikan yang tidak mendapatkan balasan atas perasaannya."

Di sisi lain, Isabel berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan perubahan emosi di wajahnya dan Ia merasa diam adalah pilihan terbaik. Tetapi jika Isabel ingin, ia bisa menyingkirkan Yon dan meminta dengan paksa agar pria itu berhenti bersikap aneh seperti sekarang, mengancam dan menyerangnya misalnya. Namun sekali lagi, Isabel tidak bisa melakukannya. Kemungkinan ia menyadari mengapa ia membiarkan Yon tetap seenaknya menyentuhnya atau berperilaku manis kepadanya seperti saat ini. Hanya saja, Isabel juga sama keras kepalanya, enggan mengakui sesuatu yang nyata di dalam hatinya.

Ia tahu.

Tetapi Isabel masih saja menolak.

"Tolong, berhenti bersikap seperti ini ... aku juga ingin kamu bersikap seperti yang biasanya." Suara Isabel sarat akan permohonan sementara wajahnya terlihat sama frustasinya.

Yon beranjak dari belakang Isabel untuk kemudian berpindah di sisi wanita itu. Angin laut yang dingin seolah menggores setiap jengkal kulitnya yang tidak dibalut mantel seolah mewakili apa yang tengah ia rasakan sekarang. Tetapi, Yon masih memilih bertahan untuk berada di samping Isabel.

Ia berkata, "Tidak bisa. Aku tidak mungkin bertindak sama seperti yang sebelumnya saat di awal pertemuan kita." Yon melirik Isabel dan ia tahu wanita itu menyadari pergerakannya. Yon berbisik, "tidak ketika aku menyadari bahwa aku menyukaimu. Menurutmu, apakah aku akan senang jika terus memperlakukan orang yang aku sukai dengan tindakan kasar?"

Isabel menjawab cepat, "Kamu bisa melakukannya. Kamu hanya perlu mengabaikan keberadaanku dan aku pun akan melakukan hal yang sama. Kita hanya perlu bertindak seperti saat pertama kali kita bertemu."

Yon meringis, "Sudah kubilang aku tidak bisa." Pria itu menghela napas sementara ia tahu betapa frustasinya deru napas itu. "Begini saja, mengapa kamu tidak menerimaku saja?" pertanyaan lancang.

"Tidak mungkin, aku punya alasan mengapa aku tidak bisa melakukannya."

"Aku pun sama, aku juga punya alasan mengapa aku tidak bisa berhenti bersikap aneh seperti ini. Jadi, bukankah lebih baik kamu tidak memintaku lagi untuk berubah, dan aku pun tidak akan meminta hal yang sama padamu."

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now