Bagian 85 Perasaan Curiga

61 6 0
                                    

Luce, Alpha Vraco, dan Aluna, sama-sama terperangah begitu si penjaga yang mengantarkan mereka memasuki desa, nyatanya membawa ketiganya ke salah satu kediaman sederhana yang letaknya tidak jauh dari kawasan permukiman padat. Usut punya usut, rumah itu pun merupakan rumah si penjaga sendiri. Jujur saja, Luce sama sekali tidak menyangka jika mereka bertiga akan digiring ke tempat ini, mengingat Alpha Vraco sempat mengatakan jika mereka hanya akan diantarkan memasuki desa lalu menemukan rumah makan. 

Apakah ini jebakan?

Luce mulai was-was. Ditatapnya Alpha Vraco sementara di saat yang sama pria itu pun sedang menatapnya. Namun, alih-alih mendapatkan jawab pasti dari sang Alpha, yang ada justru pria itu hanya mengendikan bahu seakan-akan dirinya pun sama sekali tidak tahu menahu.

"Mengapa Anda membawa kami ke sini?" Luce akhirnya bertanya setelah si penjaga memintanya untuk membaringkan Aluna di atas kursi panjang di ruang tamu yang tidak berukuran seberapa. Perabot di dalamnya pun terbilang sederhana, sama sekali tidak ada hal-hal mewah yang dipajang atau apapun yang bisa jadikan sebagai hiasan dinding dan atau lainnya. 

Si penjaga tidak menjawab. Pria baya itu justru melangkah meninggalkan mereka dan berjalan memasuki ruang lain yang Luce duga adalah dapur. Belum sempat Vraco menghampiri Luce, berniat berdiskusi dengan pria itu, sosok penjaga tiba-tiba muncul dengan nampan kayu di tangan. Tidak ada ekspresi berarti di wajahnya, kesannya terlalu datar dan karena itu Vraco merasa kesulitan untuk membuka percakapan dengannya.

Begitu si penjaga meletakkan nampan yang rupanya berisi bubur dan minuman hangat, ia akhirnya berbalik lalu menatap Luce dan Alpha Vraco dengan mimik tenang. Tetapi entah mengapa ketenangan itu membuat keduanya merasakan perasaan tidak nyaman. Untuk beberapa detik, sama sekali tidak ada suara yang dikeluarkan si penjaga selain tatapan matanya yang tidak lepas mengamati Luce, lalu kemudian beralih kepada Alpha Vraco. Luce bahkan sudah was-was kalau saja penyamaran mereka telah berahkir, dengan kata lain mereka sudah tertangkap basah.

"Apa yang kamu tunggu, suapi teman kecil kalian, dia bisa mati kelaparan," ucapnya rendah. Luce terlonjak sesaat. Ia pikir jika mereka sudah tamat, tetapi rupanya si penjaga hanya meminta mereka membantu Aluna makan.

Sembari tersenyum canggung, Luce tergopoh menghampiri Aluna lantas meraih mangkuk tanah liat yang berisi bubur hangat. Tangan pria itu kemudian bergerak mengaduk, tampaknya ia sama sekali tidak tenang ketika menyadari si penjaga masi berdiri di belakang dan mengamati apa yang dilakukannya. Namun Luce tetap tidak menyegerakan untuk menyuapi Aluna. Tanpa sadar sang Beta sedang mengulur waktu.

Hingga di detik berikutnya, suara Alpha Vraco pun terdengar menginterupsi mereka. Luce bahkan sampai berbalik melihatnya tetapi karena hal itu Vraco justru memelototinya. Ada ada dengannya? pikir Luce. "Ah, Tuan," Vraco memanggil, sementara si penjaga kontan menoleh lantas menatap sang Alpha dengan sorot tajam.

Vraco diam-diam menelan ludah, berpikir mengapa ia bisa setakut ini dengan si penjaga. Apakah karena mereka sedang terancam, sebab jika salah sedikit maka semuanya akan berakhir. Siapa yang tahu jika si penjaga telah memasang perangkap dan membuat mereka terkepung di tempat ini. Berdehem canggung, Alpha Vraco kemudian berkata, "Tuan, aku pikir Anda sedang sibuk. Mohon maaf, jika kami membuat Anda tidak bisa tenang untuk meninggalkan rumah karena keberadaan kami di tempat ini, maka kami akan segera pergi."

"Tidak perlu," suara itu terdengar dalam. "Kalian bisa tetap di sini untuk malam ini, sementara aku bisa meninggalkan kalian setelah memastikan kalian bertiga makan." Luce seketika tercengang. Bukankah ini terlalu aneh? Masalahnya si penjaga terlalu baik kepada mereka. Yah, terlepas dari sikap asli penduduk Desa Angin Hijau yang memuliakan tamu dari luar desa, tetapi tetap saja ini sungguh mencurigakan.

Ketika si penjaga bergerak kembali memasuki dapur setelah meraih nampan yang semula ia bawa, Vraco bergegas menghampiri Luce. Kepalanya celingukan ke sana kemari, mencoba mencari tahu apakah si penjaga sedang menguping atau tidak. Tetapi begitu ia menyadari hawa keberadaan si penjaga benar-benar tidak ada di antara mereka, Vraco sontak tergesah meraih bahu Luce kemudian berbisik, "Perasaanku mulai tidak enak." Luce mengangguk dengan cepat. "Haruskah kita meninggalkan tempat ini?"

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now