Bagian 73 Panglima Derekt

60 8 0
                                    

Butuh waktu lama bagi Kilian termenung dan hanya berdiri diam di tempat. Kilat cahaya yang menimpa mereka sebelumnya kini tidak lagi terlihat dan bersisa. Tanda-tanda keberadaan Alpha Yon pun sirna tanpa bekas seolah-olah pria itu baru saja ditelan ke perut bumi. Betapapun Kilian berkeliling dan mencari keberadaan pria itu ia tidak juga menjumpainya. Di sisi lain tanah menyilaukan yang ia pijaki tidak lagi menjadi fokus utamanya. Sesungguhnya, pikirannya hanya terpusat kepada Yon. Menduga-duga di mana sekiranya sang Alpha dibawa pergi.

Pohon aneh berwarna kuning yang menyesatkan serta memalingkan mereka dari fokus, kini tidak lagi tampak di manapun bahkan di tempat sebelumnya. Apa yang telah Yon perkirakan sebelumnya sungguh benar. Musuh mereka sudah pasti seseorang yang memiliki kekuatan ilusi. Tidak diragukan lagi.

Kilian berjalan sekali lagi mengelilingi letak di mana sebelumnya pohon itu berdiri kokoh. Kilian menarik napas berat, merasa bahwa kini apa yang menimpa Yon adalah kesalahannya. Jika saja ia tidak mengacaukan apa yang telah Yon rencanakan, maka kemungkinan mereka dapat melihat wujud musuh dan menghadapinya bersama.

"Alpha Yon!"

Gema suara pria itu terdengar keras. Gelombangnya seakan dapat menggetarkan tanah di tempat itu. Sementara tarikan napas yang kian ke sini mulai memendek, Kilian tidak mengerti ketika tiba-tiba saja seluruh pandangannya memburam. Mungkinkah ia terlalu memaksakan diri berkeliling hanya untuk menemukan Yon? Atau justru karena hal lainnya?

Sampai kemudian, Kilian tidak mampu mempertahankan diri dan akhirnya berakhir ambruk. Tubuhnya menimpa tanah kekuningan di bawahnya sementara debu pasirnya beterbangan nyaris bersamaan dengan dedaunan yang ada di sekitar. Kendati kesadaran nyaris menghilang, manik hampir mengatup, namun Kilian yakin ia masih dapat melihat sesosok gadis berambut gelombang berdiri tidak jauh darinya. Menatapnya dengan kedua manik mencela.

Siapa gadis itu? pikirnya. Sejatinya, Kilian sungguh berkeinginan mencari tahu siapa sosok asing tersebut, bagaimana bisa ia ada di tempat ini sementara pulau Duu amat sangat berbahaya lagi tidak berpenghuni, tetapi, sekeras apapun Kilian mencoba, ia jelas tidak mampu bahkan kini tidak sanggup membuka kedua mata dengan lebar.

Detik berikutnya, pria itu benar-benar tidak sadarkan diri.

Di sisi lain tubuhnya kemudian menghilang begitu sekelebat cahaya menyeretnya entah ke mana.

***

"Stick," Isabel memanggil tongkatnya cukup ragu, sementara tongkat kayu itu menyahut seadaanya. Namun begitu ia berbalik dan mendapati Isabel berhenti melangkah di belakangnya, Stick mulai merasakan keganjilan.

"Ada apa?" Stick mendekati Isabel. Menundukkan langkahnya sementara ia lekas memerhatikan ke arah mana pandangan wajah wanita itu. "Apa yang kamu lihat di sana?" Derik ranting pohon timbul bersahutan begitu mereka saling menggesek satu sama lain sesaat setelah terpaan angin mengenainya.

Angin ini datang tiba-tiba.

Stick sampai memicingkan kedua maniknya.

"Apa-apaan dengan angin ini? Dari mana datangnya." Kontan, si Tongkat menciptakan barrier untuk melindungi mereka dari angin ribut tersebut.

Isabel masih juga tidak menoleh. Posisinya tetap berdiri sementara kedua maniknya yang sama sekali tidak memiliki binar cahaya, sontak terbelalak begitu hidungnya mendapati aroma asing yang tidak biasa.

"Stick, kita harus pergi!" Isabel terlihat panik pula terburu.

Stick mengernyit tidak mengerti. "Ada apa?" Si Tongkat bertanya sementara dirinya bergegas melepaskan kurungan barrier dan membiarkan Isabel menariknya pergi, kendati wanita itu tidak berterus terang akan ke mana mereka.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now