bagian 12 Gadis serta Mimpi Misterius

155 14 0
                                    

"Isabel!"

"Nona!"

Isabel berbalik cepat, sedang wajahnya yang pucat masih menampilkan sisa-sisa gejolak amarah ketika dia mendengar suara keras itu memanggilnya. Tanpa bisa ia sangka, bibirnya menarik senyum lembut saat mengenali siapa yang baru saja meneriakinya dengan gegabah.

"Liam, Stick? Kalian berhasil."

Liam mengangguk lalu menyerahkan Stick yang nyaris tidak bisa bergerak ke dalam genggaman Isabel. Raut wajah wanita itu sontak memburam dengan cepat. Berbalik ke arah Liam yang menampakkan raut serupa, Isabel bertanya, "Apa dia menggunakan segel tanpa diriku?"

Liam mengangguk sekali lagi. Wajah bocah lelaki itu terlihat sedih dan sendu di saat yang sama, kemungkinan besar dia sedang menyalahkan diri sekarang. Isabel mengerti mengapa Stick melakukan tindakan gegabah yang dapat membahayakan dirinya sendiri. Sudah pasti karena ia tidak punya pilihan apalagi di situasi darurat.

Isabel merasa bersalah sekarang. Pada akhirnya, mereka tidak benar-benar lepas dari pengejaran Yon dan kawanannya. Isabel pun sama sekali tidak mengerti mengapa pria itu melepaskannya dengan mudah terlepas dari alasan tidak masuk akalnya beberapa saat lalu. Nyatanya, dia bahkan baru saja bertemu dengan pria itu dan tentunya diselingi dengan tindakan tidak pantas yang Yon lakukan kepadanya. Isabel merasa marah setiap kali mengingat bagaiman pria itu merendahkannya lalu meninggalkannya dengan keangkuhan, seolah-olah Isabel tidak akan pernah menang darinya.

Isabel sekarang mengerti mengapa mereka bertiga dapat lolos dari gerbang penjaga perbatasan dengan mudah. Sebab sejatinya, atau sejak awal para penjaga itu tidak berniat untuk menangkapnya. Mereka membiarkan Isabel dan kedua temannya melarikan diri dari pulau Serophin tanpa halangan berarti, sudah pasti karena perintah dari sang Alpha. Membiarkan wanita itu bertemu Yon dengan sendirinya di perbatasan hanya untuk mengejeknya.

Tidak berlangsung lama, kapal yang mengangkut mereka bertiga beserta puluhan orang lainnya akhirnya bergerak. Stick masih selemas sebelumnya dan sama sekali tidak mengeluarkan suara sejak bergeraknya kapal besar tersebut.

Sementara Liam, bocah itu sedang meringkuk di sudut kamar. Karena mereka memiliki uang yang lebih dari cukup untuk bepergian, Isabel tidak segan meminta Liam untuk memesan satu kamar di dalam kapal untuk mereka bertiga. Dia bisa saja memesan dua kamar, tetapi Isabel tidak ingin mengambil risiko berpisah mengingat kemunculan Yon di dermaga. Pria itu jelas punya kemampuan hebat dan tentunya berbahaya.

Mulai sekarang, Isabel harus lebih berhati-hati terhadap Alpha yang satu itu.

***

Sebaliknya, tepat di atas puncak tertinggi tembok pembatas pulau Serophin, Yon berdiri dengan angkuh didampingi Luce di sebelahnya. Wajah pria itu terlihat tenang sementara manik gelapnya mengamati pergerakan kapal yang mulai menjauh di lautan biru sana, baru kemudian menyeringai.

"Mengapa Anda melepasnya, Alpha? Bukankah Anda memerintahkan kami untuk memburunya."

Alih-alih segera menjawab pertanyaan tersebut, sebaliknya Yon terkekeh dengan raut senang yang tidak ditutup-tutupi. Dia menoleh ke arah Luce sembari mengangkat bahunya yang kokoh. "Entahlah, aku juga tidak tahu mengapa melakukan tindakan yang berlebihan." Yon tersenyum masam ketika mengulang tindakan nekatnya mencium wanita asing itu beberapa waktu lalu. Itu sama sekali di luar kendalinya. Kemungkinan ia hanya terbawa suasana lantas ingin mencoba seperti apa rasa dari bibir seorang wanita petarung seperti Isabel. Meski rasanya sama saja, bibir tetaplah bibir dan tidak akan membuatnya puas dengan cepat, sebab sejatinya itu hanya berupa sambutan peperangan.

Apa karena dia terlalu lama tidak menyentuh wanita? Tidak mungkin!

Yah, itu hanya ciuman tidak terkendali yang cukup panas dan tidak lebih dari sekedar itu.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now