Bagian 44 Pembohong yang Hebat

89 9 0
                                    

"Serigala bujang, tidakkah kamu melihat Alpha?"

Luce kontan berbalik menatap Zigot yang duduk di kursi tepat di belakangnya. Sementara kini mereka sedang menikmati jamuan teh yang diadakan pihak pengelola kapal. Mereka semua berada di sana terkecuali Alpha Yon, dan karena pertanyaan tersebut kini semua sorotan  mengarah kepada Zigot kemudian beralih mengamati sekeliling, benar saja, Yon tidak berada di antara mereka.

Bagaimana bisa mereka tidak menyadari keberadaan pria yang memiliki aura paling besar semacam Yon.

Apa ini disengaja?

Luce yang baru menyadari itu kontan bangkit dari duduknya lalu menatap yang lain dengan wajah terkejut. Dia berkata, "Ke mana Alpha?" tanyanya.

Sebaliknya Zigot membalas, "Entahlah, aku pun tidak melihatnya sejak tadi, aku pikir kamu mengetahuinya. Karena itu lah aku bertanya padamu."

Kini, raut wajah Luce mulai menegang. Pemikiran buruk sontak mengelilingi otaknya, mengingat tidak biasanya Yon menghilang tanpa sepengetahuan orang lain terlebih kepadanya atau Zigot.

Kemudian Daniel berkata di antara ketegangan suasana itu, "Kalian sudah mengecek ke kamarnya?"

Tidak pikir panjang, baik Luce atau Zigot kini telah beranjak meninggalkan ruang perjamuan. Di sisi lain, Isabel yang hanya diam mendengarkan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berarti selain mimik kaku andalannya, hanya saja, gelas teh yang ada di hadapannya sama sekali tidak ia sentuh. Pikirannya jelas sedang terbagi sekarang.

"Apa Alpha Yon sudah pernah menghilang sebelumnya? Aku pikir reaksi yang Luce dan Zigot tunjukkan cukup berlebihan seolah-olah itu adalah masalah besar, padahal mungkin saja sang Alpha hanya sedang istirahat sekarang." Simon menatap Daniel, sementara tangannya bergerak meraih cangkir teh miliknya lantas meneguk isinya secara perlahan. "Menurutku, Alpha Yon yang paling banyak mengeluarkan kekuatannya, dan yang paling sedikit istirahat. Jadi bukan tidak mungkin jika ia sedang mengambil waktunya sendiri saat ini."

Daniel terdiam, berpikir jika perkataan Simon ada benarnya. Selama ini Yon memang terlalu banyak memaksakan diri, kendati jika ia adalah serigala yang kuat tetapi semua makhluk terkadang memilki batasannya, bukan berarti Yon sudah mencapai batasan itu tetapi ia memang perlu meluangkan waktu untuk beristirahat.

Di sisi lain, Isabel mulai merasakan perasaan aneh, jemarinya kemudian bergerak mengelus leher sementara rasa panas mulai menjalar di sana, tepat di tandanya. Dan ketika ia bangkit dari duduknya semua pasang mata kontan menatapnya.

Stick di samping Isabel pun bertanya, "Ada apa?" Hanya saja, wanita itu bahkan tidak memberi respon apapun selain hanya berlalu dengan terburu.

Menyadari sesuatu, Stick kemudian mulai mengerti bahwa kemungkinan wanita itu sedang kesakitan sebab tanda kutukan di lehernya mungkin saja mulai berontak kembali. Stick sontak menatap Simon yang kini bangkit, hendak menyusul Isabel. "Tidak perlu mengikutinya, bisa jadi Isabel sedang ingin sendiri sekarang."

Tetapi tampaknya Simon tidak setuju dengan anggapan Stick. Kening pria itu justru berkerut, merasa amat yakin jika Isabel sedang mencoba menyembunyikan sinar yang bersarang di lehernya. Kendati hanya sekilas tetapi Simon benar-benar melihat sinarnya, ia berpendapat jika mungkin saja penyakit Isabel sedang kambuh saat ini.

Perlu di ketahui, sejak Simon menyaksikan Isabel yang kesakitan di jembatan saat berada di Desa Batu, ia pun menyimpulkan jika hal yang terjadi kepada wanita itu adalah karena sebuah penyakit. Dan tidak seharusnya ditinggal seorang diri, sebab itu lah ia berencana untuk menemani Isabel. Siapa yang tahu hal buruk bisa saja terjadi.

Stick tahu-tahu berdecak, si Tongkat mulai bangkit kemudian berdiri tepat di depan Simon, menghalanginya beranjak pergi lebih jauh hingga melewati batasan yang tidak seharusnya pria manusia sepertinya ikut campur.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now