Bagian 78 Rundingan

71 6 0
                                    

"Gadis?"

Daniel benar-benar terkejut begitu indra pendengarnya mendapati satu kata ganjil itu keluar dari mulut Zigot. Aneh, sekaligus mengerikan. Tetapi bukan kebiasannya untuk menyimpulkan secara serampangan dan berspekulasi yang tidak-tidak, kendati terkadang ia tidak bisa mengontrol pikiran-pikiran liarnya berseliweran di otak. Yah, itu hal wajar terjadi kepada setiap orang dan mungkin termasuk dirinya. Hanya saja, Daniel hanyalah salah satu yang paling sering mengontrol diri untuk mengambil kesimpulan setelah mendapati bukti yang konkret.

Mungkin pula inilah alasan mengapa ia kerap dibohongi.

Yah, tergantung bagaimana jenis orang yang dihadapinya, mengingat ada beberapa di antaranya yang memiliki pemikiran mengerikan dalam menggunakan lisan untuk hal-hal yang jelas tidak baik.

Kedua manik pria itu kian memicing saat mendapati bahwa kini Zigot sedang menatapnya dengan wajah sedikit terkejut. Garis bawahi, hanya sedikit, sebelum kemudian itu segera berakhir dan digantikan dengan raut jenaka.

"Apa yang baru saja Anda katakan?" Zigot berkilah. Kendati demikian, sama sekali tidak ada raut mencurigakan yang dipajang di wajahnya saat ini. Nyatanya, Zigot tampak tenang sementara kini ia bergerak menjauh dari sana.

Daniel tidak ketinggalan. Sang Alpha mengekori Zigot sembari mengulang pertanyaan serupa. Kali ini jauh lebih menuntun dan memaksa.

Mereka berjalan kembali ke kemah.

Zigot berbalik cepat begitu Daniel menariknya cukup keras dan memaksa si Gagak untuk berhenti dari langkahnya. "Alpha, maaf saja, aku hanya salah kata." Pria itu mengibaskan tangan lantas memutar bola cukup berlebihan. "Ya, Anda tahu jika terkadang aku memiliki keanehan."

Daniel bersikukuh. "Tetapi keanehanmu kali ini benar-benar menggangguku."

"Kalau begitu lupakan saja," Zigot membalas enteng. Menghela kedua tangan Daniel lantas berjalan kembali dan mendahului sang Alpha.

Daniel memilih berhenti. Kendati rasa penasaran di hatinya kian membuncah, tetapi ia memilih untuk diam dan mengalah. Yah, ia sudah sangat yakin mengingat bagaimana Zigot pun tampak mulai menutup-nutupi kesalahannya. Itu jelas sesuatu yang sangat mencurigakan.

Oh, Zigot sungguh terasa berbeda sekarang, pikir Daniel.

Bahkan ketika tiba di kemah, keduanya sama sekali tidak terlibat percakapan atau sapaan ringan yang kerap mereka lakukan. Sementara Daniel kini mulai menyalakan api unggun untuk membantu menghangatkan tubuh mereka mengingat hari mulai menggelap. Malam di pulau ini benar-benar dingin sedang bangsa serigala di Serophin amat benci rasa dingin.

Hanya terdengar gemeletuk kayu termakan api, ombak pantai yang berisik, dan seruan pepohonan akibat goyangan dedaunan yang saling bergesekan satu sama lain atau dengan rantingnya sebab tertimpa sapuan angin laut yang cukup kencang. Di sisi lain, api unggun sebagai satu-satunya penerang buatan yang mereka miliki kini menari ke sana kemari. Seakan-akan sedang melakukan ritual adat di tengah-tengah Zigot dan Daniel.

Kedua pria itu duduk saling berhadapan. Tetapi, tidak satupun di antaranya yang menatap ke arah satu sama lain. Jika Daniel terlalu sibuk dengan gelombang ombak pantai yang terlihat menabjubkan begitu sinar rembulan menyambanginya. Sementara di sisi lain, Zigot menunduk menatap sekumpulan butiran pasir, seolah-olah ia sedang menghitung ada berapa jumlahnya.

Suasana ini tentunya sangat aneh dan asing. Mereka tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.

Sebagai orang pertama yang tidak tahan akan suasana yang sunyi meski sejatinya tidak benar-benar sunyi. Namun, Daniel menggambarkannya demikian. Daniel akhirnya memilih mengalah. Dipandanginya sosok Zigot yang kian ke sini, kepalanya tampaknya akan jatuh di atas pasir saking berlebihannya pria itu menunduk. Daniel jadi meringis sendiri.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now