Bagian 3

207 15 0
                                    

   

       Bunyi derit jendela terdengar keras, tepat setelah Yon membukanya dengan mimik wajah lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Bunyi derit jendela terdengar keras, tepat setelah Yon membukanya dengan mimik wajah lelah. Dari dalam ruangan, puluhan kertas berserakan di atas meja. Sementara kuas tulis masih tampak basah, meneteskan tinta hitam di bawah wadahnya. Yon sedang menggeluti pekerjaan hariannya seperti biasa, ketika mendengar suara patukan burung berasal dari arah luar jendela. Lalu Zigot dalam wujud gagak-nya ada di sana. Burung hitam itu segera memasuki ruangan tepat setelah Yon melebarkan daun jendela, lantas mendarat di atas sofa. Asap mengepul kemudian. Mengelilingi tempat di mana si burung gagak berada, dan ketika kabut-kabut tipis itu menghilang, sosok Zigot dalam rupa kanak-kanaknya nampak di manik Yon.

       Menutup jendela. Yon melangkah menuju kursi kerjanya, sementara tangannya bergerak meraih kuas tulis. Mengerjakan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sebaliknya, Zigot menidurkan diri di atas sofa, meski begitu, tatapannya tidak sekalipun beralih dari sosok Yon. Pikiran Zigot segera mengelana menembus waktu, mengingat masa kecil Yon. Seolah-olah, dia baru kemarin merawat seorang calon Alpha yang ditinggal mati kedua orang tuanya—Alpha dan Luna sebelumnya. Tidak ada yang pernah tahu sudah setua apa si burung gagak. Yang ada, dia sudah berwujud seperti ini bahkan ketika Yon masih satu tahun. Sementara Luce berusia tujuh belas tahun, dalam perhitungan manusia kala itu.

       Menyadari Zigot hanya datang lalu berdiam diri di sofa ruangannya. Kening Yon berkerut dalam. Merasa heran dengan pria aneh satu itu. Biasanya, Zigot akan menempel di salah satu bagian tubuhnya, dan mulai menggigiti apa saja yang terlihat menarik di matanya.

     Meletakkan kuas ditangannya, lalu beralih ke arah pria berbadan kecil tersebut. Yon bertanya dengan mimik kaku, "ada apa? Apakah ada informasi?"

     Zigot menoleh. Diam sejenak, tetapi kemudian wajahnya berubah sumringah saat melihat tinta di atas meja kerja Yon. Terlalu cepat, bahkan Yon sendiri tidak menyadari kapan Zigot telah berpindah, lalu mengunyah botol kecil berukuran empat cm yang berisi tinta. Tidak ada hal lain selain cairan hitam di sekitar mulut pria kecil itu. Sebagai balasan atas sikap aneh burung pengintainya, Yon menggeleng pasrah.

     "Alpha, mengapa ini begitu enak?" tanyanya. Wajahnya menunjukkan binar yang tidak biasa. Dengan bibir bergerak, Zigot mengusap tinta di mulut. Dia melanjutkan, "apakah ini semacam cokelat?"

      Kening Yon mengerut dalam. "Bukan," jawabnya. "Sebenarnya, apa yang kamu lakukan di sini. Jangan membuang waktuku." Nada dalam suara Yon mulai meninggi. Menurutnya, Zigot terlalu banyak bermain-main.

      Manik gelap Zigot segera mengerjap, baru kemudian tangannya terangkat lantas menepuk jidat sendiri. Dia berseru panik, "oh, aku lupa," katanya. "Aku datang membawa informasi penting. Sekarang ada dua orang vampir yang memasuki Serophin."

     Kebingungan Yon semakin nampak di raut wajahnya. Merasa apa yang burung pengintainya ini katakan adalah sesuatu yang wajar. Tidak masalah bangsa manapun datang kemari, dengan catatan memiliki surat izinnya. "Lalu? Apa masalahnya?" Yon bertanya kemudian.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now