Pendekar Kidal (Cin Cu Ling)...

Oleh JadeLiong

279K 6.4K 69

Lenyapnya Tong Thian Jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racun... Lebih Banyak

Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
Jilid 19
Jilid 20
Jilid 21
Jilid 22
Jilid 23
Jilid 24
Jilid 25
Jilid 26
Jilid 27
Jilid 28
Jilid 29
Jilid 30
Jilid 31
Jilid 32
Jilid 33
Jilid 34
Jilid 35
Jilid 36
Jilid 37
Jilid 38
Jilid 39
Jilid 40
Jilid 41
Jilid 42
Jilid 43
Jilid 44
Jilid 46
Jilid 47
Jilid 48
Jilid 49
Jilid 50
Jilid 51
Jilid 52
Jilid 53
Jilid 54
Jilid 55
Jilid 56
Jilid 57
Jilid 58
Jilid 59
Jilid 60
Jilid 61
Jilid 62
Jilid 63
Jilid 64
Jilid 65
Jilid 66
Jilid 67
Jilid 68
Jilid 69
Jilid 70
Jilid 71
Jilid 72
Jilid 73
Jilid 74
Jilid 75
Jilid 76
Jilid 77
Jilid 78
Jilid 79
Jilid 80
Jilid 81
Jilid 82
Jilid 83
Jilid 84
Jilid 85
Jilid 86
Jilid 87
Jilid 88
Jilid 89
Jilid 90
Jilid 91
Jilid 92
Jilid 93
Jilid 94
Jilid 95
Jilid 96
Jilid 97
Jilid 98
Jilid 99
Jilid 100
Jilid 101
Jilid 102
Jilid 103
Jilid 104
Jilid 105
Jilid 106
Jilid 107
Jilid 108
Jilid 109
Jilid 110 (TAMAT)

Jilid 45

2K 56 0
Oleh JadeLiong

Sampai disini dia berpidato hadirin menyambut dengan tepuk tangan lebih riuh rendah, sampai sekian lamanya keplok ramai ini tidak berhenti.

Terdengar kedelapan Hou-hoat berseru lantang: "Berkat anugrah Tay-siang yang berbudi luhur, kami bersumpah setia membela kepentingan Pang kita sampai titik darah terakhir."

Thay-siang manggut2 pertanda telah menerima sumpah setia para pengikutnya ini, lalu berkata: "Bagus sekali, kalian boleh memberi hormat kepada Pangcu."

Delapan Hou-hoat yang baru serentak menjura ke arah Pek-hoa-pangcu, serunya: "Hamba menyampaikan hormat kepada Pangcu."

Pek-hoa-pangcu yang sudah berdiri balas menghormat, katanya dengan suara merdu. "Kuberi selamat kepada kalian yang telah naik pangkat jadi Hou-hoat Pang kita, kami ikut gembira dan merasa beruntung bagi Pang kita."

Di tengah sorak-sorai yang riuh rendah itu, Thay-siang beranjak balik ke tempat duduknya. Lalu Pek-hoa-pangcu juga kembali ke tempat duduknya.

Pelan2 Thay-siang menggeser duduk miring ke arah Ling Kun-gi, sorot matanya se-olah2 menembus cadar hitam, suaranya kalem: "Ling-siangkong!"

Lekas Kun-gi membungkuk, tanyanya: "Thay-siang ada petunjuk apa?"

"Kemarin Losin telah bicara dengan kau, akan kuangkat sebagai Hou-hoat Pang kita, entah Ling-siangkong sudah memikirkan hal ini belum?"

Diam2 senang hati kedelapan Hou-hoat yang baru saja menduduki jabatannya, semua berpikir: "Tamu agung yang duduk di bawah Pangcu betapa sih lihaynya, ternyata juga setaraf Hou-hoat saja di dalam Pang kita."

Baru saja Thay-siang selesai bicara, Kun-gi lantas dengan suara lirih seperti berbisik dipinggir telinganya: "Ling-kongcu lekas terima tawarannya" -itulah suara Pek-hoa-pangcu, Kun-gi dapat membedakan suaranya.

Kun-gi memang sudah berdiri, sikapnya amat tunduk dan patuh, dia menjura ke arah Thay-siang serta berkata: "Berkat junjungan Thay-siang yang maha pengasih, Cayhe tak berani menolak tugas mulia ini?" Itulah pertanda bahwa Bi-sin-hiang-wan telah bekerja di dalam tubuhnya.

Terunjuk senyuman yang terkulum diujung bibir Thay-siang, katanya manggut2: "Bagus sekali, Losin tahu kalau Ling-siangkong hanya diangkat sebagai Hou-hoat dalam Pang kita, tentunya rada merendahkan derajatmu . . . ." sengaja dia menarik panjang suaranya serta berhenti.

Kun-gi baru saja akan duduk, mendengar kata2 Thay-siang ini, seketika terunjuk rasa gugup dan gelisah, ter-sipu2 dia menjura, katanya: "Hamba sebagai tunas muda kaum persilatan, bahwa Thay-siang sudi memupuk hamba, sungguh membuat hamba tidak tenteram lahir batin, kesetiaanku selama hidup rasanya takkan setimpal membalas kebaikan Thay-siang ini."

Kalau kemarin jelas dia takkan sudi mengeluarkan kata2nya ini, tapi sekarang dia sudah makan Bi-sin-hiang-wan, maka selama hidupnya dia hanya akan setia dan tunduk lahir batin terhadap Pek-hoa-pang, terutama terhadap Thay-siang.

Thay-siang manggut2, katanya lebih lanjut: "Jabatan Hou-hoat sebetulnya juga tidak terhitung rendah di dalam Pang kita, terutama Cong-hou-hoat dan Coh-yu-huhoat, semuanya merupakan pilihan dari para Hou-hoat, maka setiap Hou-hoat mempunyai hak dan kesempatan untuk menjadi Cong-hou-hoat, apalagi selamanya Losin mengutamakan kepandaian sejati, bukan saja kepandaian silatnya, juga kecerdikan dan tindak-tanduknya harus tegas, maka jabatan ini harus diperebutkan secara adil. Sampai dimana tingkatan yang dapat kalian jabat? Itu tergantung sampai dimana pula tarap kepandaian kalian yang sejati."

Secara tidak langsung kata2nya ini memberi kisikan bagi Ling Kun-gi bahwa sekarang aku hanya bisa mengangkatmu sebagai Hou-hoat, kalau kau mampu dan punya kepandaian boleh kau berusaha memperebutkan kedudukan Cong-houhoat. Secara tidak langsung pula dia memberi pernyataan kepada kedelapan Hou-hoat yang lain bahwa merekapun boleh mencalonkan diri merebut jabatan itu secara adil.

Habis Thay-siang bicara, Giok-lan segera mendekati sambil membawa nampan. Thay-siang menjemput sebuah medali emas dan berkata: "Ling-siangkong, kemarilah terima medali emas sebagai tanda kebesaran Hou-hoat dari Pang kita."

Lekas Kun-gi berdiri dan maju menghampiri, sambil menjura dia terima medali emas itu dengan kedua tangan. Lalu putar kembali, tapi dia cukup tahu diri dan tidak berani duduk dikursinya semula, karena kedelapan Houhoat yang lain juga hanya berdiri sejajar di bawah undakan.

Thay-siang sedikit angkat tangan, katanya: "Hari ini kau hadir dalam pertandingan seleksi ini sebagai tamu kehormatan, meski kau sudah terima jabatan Pang kita sebagai Hou-hoat, tapi sekarang kau masih terhitung seorang tamu, boleh silakan duduk saja."

Kun-gi tak berani banyak bicara, lekas dia turut perintah dan duduk di kursinya. Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Hu-pangcu So-yok dan Congkoan Giok-lan segera memberi ucapan selamat kepada Ling Kun-gi. Tentu saja ke-8 Hou-hoat yang baru merasa sirik dan terbakar perasaannya.

So-yok segera berseru lantang ke arah kedua laki2 tua berjubah biru: "Leng-cohouhoat dan Co-yuhouhoat, pertandingan hari ini langsung dipimpin oleh Thay-siang, tujuan yang utama adalah memilih seorang Cong-houhoat, oleh karena itu jabatan Co-yu-houhoat harus sekaligus dipilih ulang kembali, maka sebelum seleksi dimulai, kalian harus menyerahkan kembali medali emas tanda kebesaran itu."

Co-houhoat Leng Tia-cong dan Yu-houhoat Coa Liang segera mengeluarkan medali emas dan diserahkan kembali.

Setelah terima medali emas itu So-yok berseru lebih lanjut: "Tadi sudah kuumumkan, para Hou-hoat boleh mencalonkan diri untuk merebut Cong-houhoat dan Co-yu-hou-hoat, maka kalian yang ingin ikut bertanding boleh mendaftarkan diri."

So-yok membetulkan sanggulnya, lalu berseru pula: "Setiap orang yang didaftarkan atau mendaftar sendiri dianggap calon untuk jabalan Cong-houhoat, maka calon ini harus menghadapi beberapa kali tantangan para Hou-hoat, setelah menang beberapa babak dan nyata kepandaiannya memang nomor satu, maka dia diangkat menjadi Cong-hou-hoat, nomor dua dan ketiga diangkat sebagai Yu-co-houhoat.

"Bila calon dikalahkan oleh penantangnya, maka dia dianggap gugur dan penantang yang menang, boleh menerima tantangan para peserta yang lain sampai tiada yang melawannya lagi, cuma bagi yang gugur tadi masih ada hak memperebutkan kedudukan Co-yu-houhoat, caranya sama seperti yang telah dilaksanakan dalam memilih para Houhoat tadi."

Diam2 Kun-gi membatin: "Cara yang diumumkan ini terasa cukup berat bagi calon Cong-houhoat, karena dia harus menghadani 10 kali tantangan malah setiap kali harus menang baru boleh menduduki jabatan tinggi ini."

Habis memberi pengumuman, sorot mata So-yok tertuju ke bawah undakan, serunya pula: "Baiklah, aturan pertandingan sudah kuumumkan, kalau hadirin tiada pendapat, sekarang kumulai terima pendaftaran, siapa yang ingin ikut serta boleh mendaftar padaku."

Lenyap suaranya, tampak Co-houhoat Leng Tio-cong angkat tangan sambil berseru: "Hamba Leng Tio cong mendaftarkan diri."

"Baik," seru So-yok mengangguk.

Yu-houhoat Coa Liang juga ikut acung tangan dan berseru: "Hamba Coa Liang juga mendaftarkan diri."

So-yok tersenyum sambil mengangguk. "Masih adakah orang lain yang mendaftarkan diri?" beberapa kali dia bertanya, tapi kedelapan Houhoat yang berjajar di depan itu tiada yang bersuara.

Mereka cukup cerdik, maklumlah, setiap Hou-hoat walau tak mendaftarkan diri menjadi calon Cong-houhoat, tapi mereka punya hak untuk menantang calon itu, kalau menang, bukankah berarti mereka sendiri yang akan menjadi calonnya? Apalagi dalam situasi sekarang mereka anggap lebih baik menonton saja sambil menunggu perkembangan selanjutnya baru nanti menentukan pilihan.

Sekian lama So-yok menunggu, tetap tiada orang lain yang daftar lagi, apa boleh buat, akhirnya matanya mengerling tertuju ke arah Ling Kun-gi, katanya dengan nada aleman: "Bagaimana Ling-kongcu?"

Lekas Kun-gi menjura, katanya: "Hamba hanya memiliki kepandaian beberapa jurus cakar kucing saja, mana berani menampilkan diri?"

Pek-hoa-pangcu tersenyum, serunya: "Ling-kongcu terlalu merendah diri, pertandingan diadakan secara adil dan terbuka, siapapun boleh ikut, bahwa Ling-kongcu tidak mau mendaftarkan diri, baiklah biar aku yang mencalonkan dia."

"Hamba tidak berani!" lekas Kun-gi berdiri seraya membungkuk badan.

Mendengar Pangcu mereka mencalonkan Ling Kun-gi, para nona yang hadir seketika menyambut dengan keplok tangan ramai, sebaliknya Co-houhoat yang bergetar Kin-cay-poan-koan Leng Tio-cong dan Yu-houhoat yang bergetar Sam-gam-sin Coa Liang mendelu hatinya, tanpa terasa mereka saling pandang sekilas, keduanya sama mengulum senyum dongkol.

So-yok menyapu pandang hadirin, suaranya lantang: "Ada lagi yang mendaftarkan diri?"

Setelah ditunggu sekian lama tiada reaksi dari hadirin, akhirnya dia mengumumkan: "Baiklah, pendaftaran ditutup, peserta hanya tiga orang, yaitu Leng Tio-cong, Coa-Liang dan Ling Kun-gi!"

Sampai disini dan berhenti sebentar, mendongak melihat cuaca, lalu menyambung: "Sekarang sudah lewat lohor, pertandingan sementara ditunda, meja perjamuan sudah disiapkan di pendopo, seluruh hadirin boleh tangsel perut dulu."

Thay-siang berdiri lebih dulu dan beranjak ke dalam diiringi Pek-hoa-pangcu dan Hu-pangcu. empat pelayan berpakaian serba kuning mengikuti langkah mereka.

Congkoan Giok-lan menghampiri, katanya: "Silakan Ling-kongcu."

"Silakan Congkoan," ucap Kun-gi, "sekarang Cayhe adalah peserta pertandingan, Layaknya beriring dengan Leng dan Coa berdua."

Giok-lan mengangguk, tanpa bicara segera dia mendahului masuk kedalam.

Tajam dingin sorot mata Leng Tio-cong, dengan sinis katanya: "Silakan Ling-kongcu." Lalu dia mendahului melangkah ke dalam. Sudah tentu Coa Liang juga tidak mau mengalah, dia mengintil dibelakang Leng Tio-cong, Sudah tentu Kun-gi merasakan sikap permusuhan kedua orang, tapi dia tidak peduli, dengan tertawa lebar dia melangkah dibelakang mereka.

Meja ditengah pendopo berduduk Thay-siang, Pek-hoa-pangcu dan Hu-pangcu. Meja disebelah kiri atas diduduki para calon peserta, lebih bawah lagi diduduki para Houhoat dan ke-24 Hou-hoat-sucia. Meja teratas di sebelah kanan diduduki para gadis2 ayu anggota Pek-hoa-pang.

Arak tersedia dalam perjamuan ini, tapi jarang yang berani minum banyak, maklumlah Thay-siang berada diantara mereka, apalagi sebentar bakal ada pertandingan besar bermutu dari tingkatan yang lebih tinggi, kalau diri sendiri minum sampai mabuk, kapan mereka akan mendapat kesempatan menyaksikan pertandingan ini. Maka hadirin hanya makan ala kadarnya secara ter-gesa2.

Habis makan Pek-hoa-pangcu dan Hu-pangcu mengiringi Thay-siang ke kamar sebelah untuk istirahat. Sementara hadirin yang lain boleh istirahat dan bergerak bebas sesukanya.

Karena tidak akrab dengan hadirin yang lain, sendirian Kun-gi keluar ber-jalan2 di pelataran luar. Tiba2 didengarnya seorang menegur dibelakangnya: "Ling-kongcu."

Tanpa menoleh Kun-gi kenal suara orang, itulah Congkoan Giok-lan yang memanggilnya, dengan tertawa dia menyahut: "Congkoan tentu amat letih."

Congkoan Giok-lan tertawa, ujarnya: "Memang banyak kerja untuk menyiapkan pertandingan besar ini, tapi tenaga pembantu cukup banyak, cukup kubuka suara saja." Tiba2 dia melirihkan suara, katanya: "Sebentar pertandingan bakal dimulai, sikap Leng Tio-cong dan Coa Liang amat bermusuhan terhadapmu, kau harus hati2.

Kun-gi mengangguk, katanya: "Terima kasih akan perhatian Congkoan, akupun sudah maklum."

"Delapan Hou-hoat yang baru diangkat sudah kau selami kepandaian mereka, tapi terhadap Leng dan Coa ini kau belum pernah menyaksikan permainan mereka. jiwa mereka culas dan keji, kalau dia sudah dengki padamu, maka kau harus selalu waspada . . . ." sampai disini tiba2 dia gunakan ilmu gelombang suara: "Leng Tio-cong bergelar Kiu-cay-poan-koan, disamping mahir menggunakan sepasang potlot baja, kepandaian tutukannya amat lihay, terutama jurus Kwi-cian-siok-hou (panah setan menyumbat tenggorokan) sembilan jari menutuk bersama, kabarnya belum ada tokoh Kangouw yang pernah lolos dari jurus ganas ini. Sementara Coa Liang berasal dari Tiang-pek-san diluar perbatasan, kemahirannya Bu-ing-sin-kun (pukulan tanpa bayangan), setiap gerak pukulannya tiada suara sehingga susah dijaga . . . ." sampai disini dia berhenti.

Kiranya Giok-je dan Giok-li tampak mendatangi. Sebagai kawan seperjalanan sudah tentu Giok-je amat kenal Kun-gi, dengan tertawa dia lantas menyapa: "Ling-kongcu, kuaturkan selamat padamu, obat penawar getah beracun berhasil kau buat, kini sebagai calon Cong-houhoat lagi, seluruh persaudaraan kita dalam Pang sama mendoakan supaya kau berhasil menduduki jabatan tinggi itu."

Kun-gi tertawa hambar, katanya: "Terima kasih akan pujian nona, dengan kepandaianku yang tak becus ini, bagaimana biaa terpilih nanti?"

Giok-je meliriknya, katanya: ""Baru sekarang aku mengerti, orang berkedok yang memukul Dian Tiong-pit dan Hou Thi-jiu di atas perahu itu ternyata adalah Ling-kongcu, sungguh kagum dan terima kasih kami terhadapmu."

Kun-gi hanya tersenyum saja tanpa menanggapi, Giok-li berdiri disamping tanpa bersuara, tapi sepasang matanya menatap wajah pemuda ini dengan lekat tanpa berkedip.

"Pat-moay, Cap sah-moay," kata Giok-lan, "temanilah Ling-kongcu ngobrol sebentar, aku masih ada urusan." Lalu dia putar badan dan berlalu.

Melihat Giok-je dan Giok-li sedang omong2 dengan Kun-gi, Bwe-hoa, Tho-hoa, Hay-siang dan nona2 lain segera berdatangan, sebentar saja Kun-gi sudah dirubung nona2 cantik yang bersendau-gurau serta menggodanya.

"Ting, ting, ting," suara kelinting berkumandang di pendopo. "Nah pertandingan dimulai lagi!" terdengar seorang berseru.

Bagai penganten yang disambut para pemujanya Kun-gi segera masuk kesana diiringi nona2.

Sudah tentu bertambah iri dan dengki perasaan Leng Tio-cong dan Coa Liang terhadap Ling Kun-gi, diam2 mereka mengumpat dalam hati. Para Hou-hoat dan Sucia juga mendelik gemas pula.

Kun-gi tidak kembali ke tempat duduknya, dia langsung berdiri sejajar disamping Coa Liang dan Leng Tio-cong di bawah undakan. Sementara empat pelayan baju hitam sudah keluar dari pendopo mengiringi Thay-siang dan Pek-hoa-pangcu, Hu-pangcu. Seluruh hadirin diam mematung dan sama memberi hormat.

So-yok langsung tampil ke depan, serunya lantang: "Sekarang pertandingan ketiga di mulai, babak pertandingan ketiga ini memperebutkan jabatan Cong-houhoat dan Co-yu-houhoat. Atas perintah Thay-siang, kami sendiri yang akan menjadi wasit pertandingan ini, waktu pertandingan berlangsung, baik adu jotos atau main senjata, tetap hanya saling jamah dan sentuh saja, dilarang keras melukai atau bermaksud membunuh lawan."

Hadirin menyambut pengumuman ini dengan tepuk tangan.

Suara So-yok lebih keras lagi: "Baiklah, sekarang persilakan ketiga calon peserta satu persatu menerima tantangan."

Kiu-cay-poan-koan Leng Tio-cong segera mendengus: "Ling-kongcu tunas muda yang serba pandai, didikan Put-thong Taysu yang termashur lagi, bahwa dia rela mengabdi kepada Pang kita, inilah kesempatan yang sukar didapat, hamba yang tidak becus ini ingin mohon petunjuk beberapa jurus pada Ling kongcu."

Kun-gi bersoja, katanya: "Cayhe masih muda dan cetek pengalaman, masakah berani menandingi Co-houhoat?"

"Ling-kongcu jangan sungkan," dingin suara Leng Tio-cong, "jabatanku semula sudah dicopot, sekarang hanya sebagai calon biasa, apalagi kita kan sama2 calon untuk memperebutkan jabatan Cong-houhoat, setelah mencalonkan diri, adalah jamak kalau diantara kita harus mentukan siapa unggul dan asor."

"Apa boleh buat, terpaksa Cayhe turuti saja kemauan Leng-heng," ujar Kun-gi, sikapnya tetap ramah dan wajar.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

30.5K 4.1K 200
Dalam hal potensi: Bahkan jika kamu bukan jenius, kamu bisa belajar Teknik Misterius dan keterampilan bela diri. Kamu juga dapat belajar tanpa guru...
55.9K 7.7K 200
Novel ini karya Jing Wu Hen, Saya hanya menterjemahkan saja, semua kredit untuk pengarang aslinya. Di Provinsi Sembilan Langit, jauh di atas langit...
36.3K 4.9K 100
Lanjutan World Defying Dan God chapter [2001-2200] Chen(Shen) Xiang memiliki pertemuan yang menentukan dengan seorang dewi & setan dan menerima waris...
542K 4.4K 17
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...