Requested by Nafaselly28 choidsol shairanad Nnnnnjmlda
Rate: 17+ maybe(?)
Kau menatap khawatir ke arah suamimu, Lee Jihoon, yang tertidur dengan nafas tidak beraturan.
Baru saja kau bersiap untuk tidur, kau mendapati Soonyoung mengantar suamimu pulang ke rumah sekitar pukul 8 dengan keadaan hampir tak sadarkan diri. Saat kau bertanya apa yang terjadi, Soonyoung menjelaskan bahwa Jihoon demam dan sempat pingsan di studionya. Untunglah waktu itu Seungcheol datang untuk memeriksanya.
Kau menghela nafas panjang sebelum mengambil handuk di dahi Jihoon lalu mencelupkannya ke dalam baskom berisi air dingin dan memerasnya sebelum meletakannya kembali di atas dahi Jihoon dan beranjak untuk mengambil baju ganti untuk Jihoon.
Saat merasakan sesuatu yang dingin mengenai dahinya, Jihoon membuka matanya perlahan-lahan dan mengerang pelan saat ia berusaha untuk bangun.
Mendengar suara erangan Jihoon, kau langsung berbalik dan menatapnya yang berusaha untuk bangun.
"Jihoon-ah!" Serumu seraya berlari kembali ke samping Jihoon dan membantunya untuk duduk. Kau juga menyingkirkan handuk yang baru saja kau peras tersebut dari selimut Jihoon.
Ia menatapmu dengan mata sayunya.
"Air." Gumamnya dengan suara serak.
Kau segera mengambil gelas yang sudah kau sediakan di atas nakas samping tempat tidur, lalu menyerahkannya pada Jihoon dan membantunya minum.
"Kau tidak apa-apa?" Tanyamu setelah ia selesai minum.
Ia menggeleng lemah dengan dahi berkerut dan mata tertutup.
"Pusing?"
Jihoon mengangguk lemah. "Sedikit."
"Kau masih demam." Ujarmu pelan seraya mengukur suhu tubuh Jihoon dengan meletakan telapak tanganmu di dahinya. "Walaupun sudah tidak sepanas tadi."
Jihoon melirik ke arah jam dinding di hadapannya. Jam 2 malam. Ia lalu mengarahkan pandangannya padamu.
"Kenapa kau belum tidur?" Tanyanya lemah.
Kau menatapnya khawatir. "Bagaimana mungkin aku bisa tidur ketika suamiku pulang ke rumah dengan keadaan setengah sadar dan demam tinggi?"
Jihoon tersenyum simpul mendengar perkataanmu. Ia lalu mengusap pipimu dengan lembut. "Maafkan aku karena membuatmu khawatir."
Kau menghela nafas panjang sebelum mengangguk. "Lebih baik kau beristirahat. Namun sebelumnya kau harus mengganti bajumu dan aku harus mengelap keringatmu."
Jihoon mengangguk kecil lalu kau segera beranjak ke arah lemari yang sudah terbuka dan mengeluarkan sweater abu serta celana pendek hitam milik Jihoon setelah itu kau menutup lemari dan menyerahkan baju tersebut pada Jihoon. Kaupun menghilang ke dalam kamar mandi dan kembali dengan sebaskom air hangat dan handuk kecil di dalamnya.
Saat kau sampai di samping Jihoon yang masih belum melepaskan bajunya, ia malah menatapmu dan tersenyum kecil. "Tolong bantu aku membuka bajuku."
Kau mengerjabkan matamu berulang kali sedangkan Jihoon menahan tawanya saat melihat ekspresimu yang bingung bercampur malu.
"Kau tahu aku bahkan kesulitan untuk minum sendiri." Tambah Jihoon.
Kau berpikir sejenak lalu mengangguk kecil. Sebenarnya kau tahu bahwa Jihoon hanya menggodamu karena setahumu ia memiliki kekuatan yang tidak biasa di dalam tubuh kecilnya.
Untunglah Jihoon memakai kemeja sehingga kau lebih mudah melepaskan pakaiannya yang sebagian besar basah karena keringatnya. Setelah melepaskan pakaian Jihoon, kau mulai mengelap punggung Jihoon dengan handuk yang sudah kau peras setelah di rendam dengan air hangat.
Kau mengelap punggung Jihoon dengan perlahan dan cekatan. Jihoon tampak menikmati sentuhanmu di punggungnya. Setelah kau selesai mengelap seluruh punggung Jihoon kau mulai mengelap tangan Jihoon dan beranjak ke perut serta dadanya.
Kau sama sekali tidak menyadari tatapan memuja yang ditunjukan Jihoon padamu.
Saat tanganmu menyentuh lehernya, bagian sensitif dari tubuh Jihoon, ia segera menarik tanganmu sehingga tubuhmu bertumpu pada tubuhnya.
"Jihoon?"
"Tampaknya kau mulai menggodaku." Ujarnya dengan nafas agak memburu.
Kau menatapnya bingung belum sempat kau mencerna perkataannya ia membalik tubuhmu sehingga kau berada di atas kasur dan ia diatasmu.
Kau masih menatapnya bingung namun Jihoon malah mencium lehermu dan wajahmu namun menghindari bibirmu.
"Jihoon, kau masih sakit." Ujarmu berusaha menghentikannya.
"Aku tak peduli." Gumamnya sebelum melumat telingamu.
Saat tangan Jihoon menarik baju tidurmu kau segera tersadar dan mendorongnya dengan segenap kekuatanmu.
Beruntunglah dirimu bahwa Jihoon sedang sakit, jika tidak ia tidak mungkin dapat kau dorong dengan mudah.
Kau memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Saat Jihoon terdorong ke pinggir, kau segera beranjak dari kasur dan menjaga jarak darinya.
"Apa yang kau lakukan (Y/n)?" Tanya Jihoon seraya bangun dan menatapmu yang menempel pada tembok di belakangmu.
Jihoon tertawa kecil melihat posisimu.
"Aku tidak akan mendekat. Kau menipuku!" Ujarmu dengan wajah merah karena malu bercampur kesal.
Jihoon menyilakan tangannya di dadanya sembari menatapmu dengan tatapan geli.
"Kalau begitu bagaimana caranya kau akan mengelap wajahku?"
"Itu... Um... Aku..." Ujarmu terbata-bata.
"Kemarilah. Aku tidak akan melakukan apapun."
Kau menatapnya ragu.
"Aku serius."
Kau masih terdiam sambil menatapnya.
Ia lalu berbaring dan menatapmu. "Ayolah (Y/n), aku sedang sakit."
Kau menatap Jihoon yang baru saja menggunakan aegyonya padamu.
Kau tahu benar bahwa Jihoon tidak akan bermanja-manja seperti ini jika ia sedang sehat sehingga kaupun mengalah dan melanjutkan kegiatanmu mengelap wajahnya.
Setelah selesai megelap tubuhnya dan mengeringkannya, Jihoon kembali menatapmu dengan tatapan memohon.
"Apa?"
"Pakaikan bajuku."
Kau menghembuskan nafas singkat lalu meraih sweater Jihoon dan memakaikannya pada Jihoon.
"Celanaku juga."
Kau langsung memukul pelan lengan Jihoon. "Pakai sendiri."
Setelah itu kau menghilang ke dalam kamar mandi sambil membawa dua baskom yang tadi kau pakai untuk mengompres dan baskom yang berisi air kotor.
Saat kau kembali kau melihat Jihoon sudah berbaring dengan handphone ditangannya.
Kau segera berjalan ke arahnya dan mengambil handphone Jihoon.
"Ah!"
"Kau harus beristirahat Jihoon-ah." Ujarmu menanggapi seruan Jihoon tanpa berbalik ke arahnya.
Kau meletakan handphone Jihoon di atas meja riasmu sebelum kau menhampiri dirinya yang sedang menatapmu dengan tatapan memelas bak anak anjing yang sedang meminta susu pada majikannya.
Hatimu bergetar saat melihat tampangnya yang jarang sekali ia perlihatkan. Jihoon yang biasa akan tersenyum sinis, menggodamu, atau bahkan menatapmu datar.
"Tapi aku tidak bisa tidur."
"Tapi kau harus tidur jika ingin cepat sembuh."
Jihoon mengerucutkan bibirnya dan kau benar-benar gemas melihatnya.
"Kalau begitu kau harus tidur sambil memeluk dan memainkan rambutku." Pinta Jihoon seraya menepuk tempat di sampingnya.
Kau menatapnya lalu mengangguk, menyetujui permintaannya.
Kau mengambil tempat disampingnya dan berbaring dengan kepalamu sedikit lebih di atas kepala Jihoon dan membiarkan Jihoon berbaring di atas tanganmu sebelum kau memeluk bahu dan tanganmu yang menjadi bantal Jihoon mulai memainkan rambutnya dengan lembut.
Tak lama kemudian kau mendengar nafas Jihoon yang menjadi lebih teratur dan kau mengetahui bahwa ia sudah tertidur pulas. Kau mencium puncak kepala Jihoon sebelum ikut tertidur bersamanya.
Keesokan paginya, kau mendapati dirimu sendirian di atas kasur. Saat kau merenggangkan tubuhmu kau melihat Jihoon keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan bertelanjang dada.
"Pagi (Y/n)."
Kau menatapnya bingung sebelum beranjak ke arahnya. "Kau sudah sembuh?"
Jihoon mengangguk dan sedikit membungkuk agar kau dapat menempelkan dahimu ke dahiya.
"Oh, demammu sudah hilang!" Serumu senang seraya menatapnya. "Um, Jihoon?"
Kau meraskan tangan Jihoon menahan pinggangmu sedangkan tangan yang satunya memegangi wajahmu.
"Aku ingin melanjutkan yang semalam."
"Hah?"
Jihoon menyeringai penuh arti sebelum mencium bibirmu lama.
"Melanjutkan hal yang seharusnya sudah kita lakukan jika saja kau tidak mendorongku tadi malam."
Kau mengerjabkan matamu berulang kali sebelum membelalakan matamu dan berusaha melepaskan diri dari Jihoon.
"Oho, sudah kubilang kalau aku sudah sembuh. Tenagamu tidak akan cukup untuk melawanku."
Kau menggigit bibir bawahmu dan menunjukan wajah memelasmu padanya. "Nanti malam."
"Malam?"
Kau mengangguk dengan senyum memohon. Sayangnya Jihoon tidak terlihat akan mengabulkan permintaanmu sehingga kau mencubit pinggangnya hingga ia mengaduh dan melepaskanmu. Kaupun segera melarikan diri secepat mungkin keluar kamar sembari menggumamkan kata maaf.
Jihoon memegangi pinggangnya lalu tertawa tak percaya dengan apa yang baru saja kau lakukan padanya. "Kita lihat saja (Y/n), siapa yang akan menang nanti."
Kau sendiri memegangi jantungmu yang berdetak kencang lalu duduk di atas sofa.
"Kemana Jihoon yang lucu itu pergi?" Gumammu sedih seraya melirik ke arah kamar kalian lalu menghela nafas panjang. "Kurasa yang kemarin itu hanyalah mimpi."
♡♡♡♡
Done! Semoga suka ya 😘
Jangan lupa vomment.
Yg mw request ke part "Request" ya.. ada di part paling awal! Jangan lupa baca rulesnya sebelum request 😁
Salam dari istrinya Lee Jihoon a.k.a Yeonmi 🤗