50. Driving Me Slowly

Start from the beginning
                                    

"Aku sudah tidak sabar ingin menjadikanmu milikku sepenuhnya, Cale," ucap Steven rendah.

"Aku tidak sabar ingin menjadikanmu sebagai partner hidupku, istriku, ibu dari anak-anakku."

Calista tidak menjawab, karena Steven kembali mengecupi kulitnya, menghisap. Dia memejamkan mata sambil menggigit bibirnya sendiri, menahan agar tidak mengeluarkan desahannya. Meski napasnya sudah terengah-engah dan ia sangat lelah, tetapi Calista tidak ada niatan untuk menyudahi permainan Steven. Gairahnya justru semakin tersulut. Dia ingin lagi.

"Aku tidak sabar untuk merasakanmu, nanti, setelah kita mengucap janji suci," bisik Steven.

÷÷÷

Ternyata, ada Gabriel di apartemen Roxanne.

Nathan yang baru saja datang dengan membawa makanan untuk Roxanne itu mengerling tajam. Memandang tidak suka kepada Gabriel yang sedang duduk sambil menikmati secangkir teh buatan Roxanne.

"Hei, Nath," sapa Roxanne bangkit dan mendekat.

Di depan Roxanne, Nathan harus menunjukkan sikap biasa kepada Gabriel, meskipun sebenarnya pria itu benci luar biasa kepada mantan kekasih Roxanne itu.

"O-ow, ada pengganggu rupanya," celetuk Gabriel.

"El," ujar Roxanne, menyuruh Gabriel untuk tidak berkata atau bertingkah toxic.

Berikutnya Gabriel berdiri dan mendekat pada mereka berdua. Tangannya terulur, hendak merangkul pinggang Roxanne, berniat membuat Nathan cemburu. Namun belum sempat memegang, tangannya keburu ditepis kasar oleh Nathan.

"Pintu keluar ada di sana," ucap Nathan seraya menoleh ke arah pintu.

"Jangan ganggu Roxanne lagi atau kau akan berurusan denganku. Jangan temui dia lagi, tanpa seizinku," sambungnya.

Bibir Gabriel terangkat, ia menyeringai, lalu selanjutnya ia berucap, "Bagaimana bisa aku tidak menemui Roxanne, padahal dia sedang mengandung anakku."

"El?!" seru Roxanne. Mata perempuan itu melebar, terkejut dengan apa yang barusan Gabriel katakan.

Nathan yang masih berdiri di samping Roxanne itu terdiam. Belum bereaksi. Otaknya mencoba mencerna maksud dari ucapan makhluk sialan di hadapannya itu. Janin di dalam kandungan Roxanne adalah anak Gabriel? Yang benar saja! Otak Gabriel pasti sudah konslet sampai-sampai mengaku menjadi ayah dari calon bayi di rahim Roxanne.

"Kau tidak percaya? Perlu kita periksa ke rumah sakit?" lanjut Gabriel percaya diri.

Nathan menoleh pada Roxanne, meminta penjelasan kenapa Gabriel jadi segila ini sampai mengaku-ngaku. Dan balasan dari Roxanne hanyalah gelengan kepala.

"Aku ingat betul kalau Roxanne mendekatimu hanya agar dia bisa membalaskan dendamnya kepada Steven---orang yang dulunya pernah menolak ketika akan dijodohkan dengannya," jelas Gabriel.

Roxanne melotot pada Gabriel, meminta untuk menghentikan ucapannya.

Namun, Gabriel tidak peduli, ia tetap melanjutkan,

"Roxanne tidak mencintaimu. Sama sekali tidak. Kau hanya dimanfaatkan olehnya. Dan, janin yang sekarang berada di dalam rahimnya adalah darah dagingku. Itu fakta."

"El, kau jangan mengada-ada," sahut Roxanne. Air mukanya berubah khawatir.

"Nath, memang benar, dulu aku tidak mencintaimu. Aku menerima untuk berpacaran denganmu karena misi balas dendamku kepada Steven. Tapi, akhirnya, aku jatuh hati kepadamu juga," jujur Roxanne sembari menghadap pada Nathan dan memegangi kerah jas pria itu.

"Kau juga sama, kan? Kau mengajakku berpacaran karena atas perintah dari Steven. Jadi, aku rasa itu impas. Yang terpenting, pada akhirnya, kita berdua sama-sama suka."

Nathan belum bereaksi, dia masih bungkam dengan tatapan tak terbaca yang tertuju pada Roxanne.

"Anne, aku sengaja baru memberi tahumu sekarang, sekalian di depan kekasih palsumu ini, bahwa janin di dalam kandunganmu adalah darah dagingku. Aku sungguh tidak berbohong."

"Cukup!" sela Roxanne. "Kalau kedatanganmu ke sini hanya untuk membual dan berniat menghancurkan hubunganku dengan Nathan, lebih baik kau pergi. Jangan pernah menemuiku lagi."

"Apa kau tidak ingat, Anne? Saat itu di klub malam. Kau dan aku tidak sengaja bertemu. Kau terlihat sangat menggoda waktu itu. Dan, aku terpaksa memasukkan obat ke minumanmu. Lalu kita tidur berdua. Kau tidak mengingat itu?" Kali ini ekspresi wajah Gabriel terlihat sangat serius.

"Tidak." Roxanne geleng-geleng. "Aku tidak merasa pernah tidur denganmu. Tidak. Kau pasti berbohong lagi."

"Tapi memang benar seperti itu---"

"El, hentikan semua bualanmu! Keluar dari sini!" teriak Roxanne.

"Kumohon jangan ganggu kami, jangan rusak kebahagiaan kami," lanjutnya dengan suara lirih.

Berikutnya, Nathan baru menanggapi. Bibirnya berbuka, meski tenggorokannya tercekat, dia tetap berbicara,

"Benar. Setelah kuingat-ingat, aku dan kau tidak pernah sampai bercinta." Nathan menatap kosong pada Roxanne.

"Kita berdua tidak benar-benar sampai pada tahap itu, tidak sekali pun," sambung Nathan dengan suara hampir hilang.



-







𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now