44. Night Walks in Osaka

Start from the beginning
                                    

"Kau masih merasa tidak enak badan?"

"Pertanyaanmu telat sekali." Calista terkekeh kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Katakan dengan jujur, apa kau sangat membenci diriku?"

Menoleh, Calista mengerutkan kening. "Apa maksud pertanyaanmu?"

"Jawab saja."

"Setelah aku mengatakan bahwa aku benar-benar sangat dan amat membencimu, apakah kau akan menceburkanku ke sungai?" ucap Calista sambil melirik ke bawah.

Sambil kembali menghadap depan, Steven menyahut, "Tidak."

"Iya, itu tadi jawabanku. Aku sangat membencimu," tekan Calista.

Steven menoleh pada Calista lagi, "Kau merindukan Steven yang dulu?"

"Tentu saja!" seru gadis itu.

"Sayangnya dia tidak akan kembali."

"Apa?"

"Jika aku katakan bahwa aku pun tidak bisa berganti lagi dengan pribadi Steven yang dulu, apa kau percaya?"

"Tidak, kau pasti berbohong."

"Oke."

"Please, katakan kalau Steven yang dulu akan kembali," tuntut Calista.

Steven hanya mengangkat kedua pundaknya.

"Aku …," Calista mengantungkan kalimatnya dan memejam. "… aku entah sanggup untuk hidup atau tidak saat Steven benar-benar tiada."

"Kau pikir aku siapa?"

Membuka mata, Calista menjawab, "Kau bukan Steven."

Steven mendengus mendengar perkataan Calista.

"Selama ini, apa kau tidak memerhatikan?" tanya Calista.

Alis Steven terangkat.

Gadis itu melanjutkan, "Aku tidak pernah memanggilmu dengan nama Steven, karena kau memang bukan Steven. Kau hanya pribadi tanpa nama yang saat ini mengambil alih raga Steven. Kau merampas tubuh Steven. Bahkan di saat seluruh dunia pun memanggilmu Steven, aku tidak akan pernah memanggilmu seperti itu juga."

"Terima kasih. Jawabanmu sudah cukup untuk membuatku paham."

"Paham apa?"

"Paham kalau kau sangat membenciku dan tidak akan jatuh cinta kepadaku sampai kapan pun, tidak seperti apa yang kuyakini dulu bahwa kau akan takluk kepadaku."

Calista tertawa hambar, "Kau pikir aku tipe wanita murahan yang dengan mudahnya takluk kepada pria sepertimu? Tidak. Cinta pertamaku adalah Steven, dan aku bersumpah tidak akan pindah ke lain hati—tidak denganmu sekali pun meski ragamu adalah raga Steven, sampai kapan pun."

"Ya, aku mengerti," gumam Steven. Dia menghirup napas dalam, lalu mengembuskannya.

"Ternyata sesakit ini rasanya ditolak sebelum menyatakan."

"Apa?" Serius, Calista tidak mendengar jelas ucapan Steven.

Tidak menjawab. Pria itu malah mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.

Sesuatu itu ternyata adalah sebuah kotak beludru hitam. Steven membukanya, lalu terlihat sebuah kalung berbandul berlian biru yang berkilauan.

Steven membuka kaitan kalung tersebut dan ia pasangkan pada leher Calista.

Mengetahui tindakan Steven yang tiba-tiba, Calista mematung. Ia menahan napas.

"Apa maksudnya?" tanyanya setelah Steven selesai memasangkan kalung berlian tersebut.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now