42. Rude Boss

Mulai dari awal
                                    

Tapi apakah manusia seperti Steven masih bisa kerasukan juga?

Sepertinya iblis kalah jahat dari dia.

÷÷÷

Keluar dari fitting room, Calista berjalan cepat menuju tempat Steven duduk lalu melemparkan lingerie tersebut ke wajah pria itu.

"Itu, lihat sepuasmu!" katanya sambil berlalu keluar dari toko.

Para anak buah Steven yang berdiri di sekitarnya pura-pura tidak melihat kejadian tersebut dan menahan tawa.

Sedangkan Steven memejam dan meremas lingerie tersebut sebentar lalu melemparkannya ke salah satu anak buahnya agar ditangkap dan dimasukkan ke dalam tote bag belajaan.

Berikutnya ia bangkit dan keluar untuk menyusul Calista.

÷÷÷

Seperti apa yang telah Steven perintahkan, malam harinya Calista bersiap untuk menemani pria itu makan malam mewah di halaman belakang mansion.

Di kamarnya, Calista tersenyum puas melihat pantulan dirinya di cermin. Ia mengenakan mini dress off shoulder berwarna merah menyala. Warna lipstiknya senada dengan warna mini dressnya, sedangkan rambut panjangnya ia gelung rapi hingga leher jenjangnya benar-benar terlihat jelas dari segala sisi. Lagi, Calista mengembangkan senyum puas. Akan ia buat Steven tidak bisa mengalihkan pandangan dari dirinya barang sebentar pun.

Berikutnya ia berjalan anggun keluar dari kamar, menuju ke belakang mansion, ke tempat yang sudah disiapkan pelayan Steven untuk dinner mereka berdua.

Bunyi sepatu hak tinggi milik Calista terdengar. Gadis itu berjalan sangat percaya diri, melewati beberapa pelayan yang menjatuhkan pandangan kagum sekaligus heran terhadap penampilannya yang terkesan berani. Menuju lebih dekat pada samping kolam, ke tempat makan malamnya dengan Steven.

Steven yang sudah duduk di kursi ujung meja makan sambil menunggu Calista itu menegakkan badan begitu Calista terlihat. Ia terkesiap. Terpana. Mulutnya bahkan sempat terbuka sejenak sebelum akhirnya tertutup kembali. Pria itu berdeham. Mengusir kegugupan.

"Terpesona pada penampilanku, Mister Bennet?" tanya Calista sebelum akhirnya mendudukkan diri di seberang Steven. Kakinya menyilang sementara tangannya terlipat di dada.

"Kenapa sekarang kau malah memakai pakaian seterbuka ini di hadapanku? Ingin menggodaku lagi? Padahal tadi siang kau marah-marah saat aku melihatmu dalam balutan lingerie pilihanku. Sekarang, apa yang kau rencanakan?"

"Eum, tidak ada. Aku hanya menyukai warnanya," balas Calista sambil menunduk melihat mini dress yang melekat pada tubuh seksinya. Kemudian mendongak lagi dan melihat Steven yang ketahuan masih memandangi dirinya.

Tersenyum, Calista menambahkan, "Jangan sampai matamu keluar dari tempatnya karena terus menatapku lama-lama."

Berdeham lagi, Steven segera mengalihkan pandangan pada hidangan di atas meja. "Selamat makan," gumamnya.

Calista memandangi Steven dengan senyum yang masih terpeta di bibirnya. "Selamat makan," sahutnya.

Gadis itu menyantap foie gras yang ada di dekatnya. Karena lapar, Calista menghabiskannya dalam waktu yang tidak lama. Ia lupa kalau sedang dalam mode anggun karena berada di dekat Steven. Makannya benar-benar berantakan. Tapi, masa bodoh. Perutnya lebih penting daripada misi dalam menggoda Steven untuk saat ini.

Melihat mulut Calista belepotan karena cara makan gadis itu yang seperti orang tidak dikasih makan seminggu, Steven mendengus kasar.

"Kenapa?" tanya Calista saat tahu Steven memasang wajah kesal.

"Itu," tunjuknya pada mulut Calista.

"Hm?"

"Sudut bibirmu ada sisa makanan."

"Oh, ya? Mana?"

Jempol Calista mengusap-usap sekitar bibirnya, namun tak kunjung menemukan sisa makanan yang dimaksud oleh Steven. Tepatnya, ia sengaja tidak menemukannya. Lalu gadis itu ganti membersihkan sekitar bibirnya dengan lidahnya, menciptakan gaya sensual yang tentu saja membuat Steven semakin mendesis kesal.

Steven geregetan dan segera bangkit dari duduknya. Berjalan pada sisi kanan meja untuk mendekat pada tempat duduk Calista. Menjulurkan tangan kemudian mengusap bibir gadis itu pelan.

Mereka saling pandang-Steven menatap ke bawah dan Calista mendongak. Tangan Steven masih ada di wajah Calista, belum ada niatan untuk melepas walaupun mulut Calista sudah bersih.

Tiba-tiba saja jari-jari Steven kembali bergerak untuk mengelus-elus pipi putih milik Calista. Iris hazelnya melihat mata bening serta bibir merah Calista bergantian. Tak lama setelahnya pria itu menunduk mendekatkan wajahnya untuk mencium Calista karena sudah tidak tahan.

"Stop!"

Calista memalingkan wajah dan menepis tangan Steven. Menyebabkan pria itu berhenti, tidak jadi menciumnya.

"Jangan tiba-tiba hendak menciumku seperti itu."

"Kenapa?" tanya Steven dengan nada rendah.

"Menurutmu?" balas Calista balik bertanya.

"Kau kembali menggoda dan memancingku, Calista. Kau pikir aku bukan lelaki normal yang akan bereaksi ketika kau bertingkah seperti tadi? Terlebih dengan penampilanmu yang seperti ini. Kau memberi umpan kepada singa yang kelaparan. Maka jangan salahkan singa ketika sang singa hendak menerkam umpan yang sudah diberikan."

Kembali mendongak pada Steven, Calista membalas, "Kau benar-benar menginginkanku? I mean ... you fell in love with me, right?"

"Jangan mimpi," tegas Steven.

Calista bangkit tanpa melepas pandangan dari mata Steven. Wajahnya mendongak untuk lebih dekat dengan wajah pria di hadapannya itu.

"Kau telah jatuh cinta kepadaku. Akui itu," tambah Calista dengan arogan.

Sebelah tangan Steven terangkat untuk menekan kedua pipi Calista, sedangkan sebelah tangannya lagi menarik pinggang Calista agar tubuh gadis itu menempel pada tubuhnya.

"Aku tidak sedang jatuh cinta pada siapa pun," tekan Steven, "termasuk kepada wanita rendahan sepertimu."

"Bibirmu boleh saja berbohong. Tapi sikap serta tatapan matamu kepadaku telah menjelaskan yang sebenarnya, yaitu bahwa kau telah jatuh hati kepadaku."

Calista tahu betul kalau Steven tengah menahan amarahnya sekarang. Di satu sisi, pria itu kesal dan marah kepada Calista yang mengatakan bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada gadis itu. Namun di sisi lain, Steven membenarkan semua perkataan Calista—karena memang faktanya seperti itu. Buktinya pria itu kini bungkam, meskipun tatapannya tajam serta cengkeramannya pada pipi Calista semakin kuat.

Calista meringis kesakitan, namun dia tepat menambahkan, "Kenapa diam saja? Benar kan, apa yang aku bilang? Kau sungguh telah jatuh cinta kepadaku."

Steven memejam dan menggeram gusar. "Bitch!" makinya sambil membawa Calista ke bibir kolam, lalu mendorong tubuh gadis itu hingga tercebur ke air kolam yang dingin.

Calista syok dengan perlakuan Steven yang tidak terduga. Kini pria itu justru melangkah pergi tanpa rasa bersalah sedikit pun, meninggalkan Calista yang masih berada di dalam air dalam keadaan sekujur tubuh basah kuyup. Untung saja kolamnya tidak dalam, hanya sebatas perut Calista. Namun tetap saja itu cukup membuat make up Calista luntur serta rambutnya basah dan amburadul.

"Burn in hell, you fucking jerk!!" pekik Calista menyumpah serapahi Steven yang sudah menjauh.

-

kangen steven yang dulu, yang sekarang bikin geregetan mulu :(

omong-omong, mau double update gak?



𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang