32. To Get You Back

Start from the beginning
                                    

"Kau baik-baik saja, kan?" sambung William, lagi-lagi menertawakan Steven dengan samar.

Kedua tangan Steven mengepal, ingin segera memukul William hingga pria bajingan itu tidak bisa untuk sekadar berbicara. Namun sekuat tenaga ia tahan. Ia tidak ingin membuat keributan, apalagi di hadapan Calista.

"Sepertinya aku tersesat," kata Steven pelan sambil memandang Calista. "Maaf karena sudah mengganggu waktu kalian," pungkasnya kemudian berbalik badan dan lanjut melangkah keluar.

Calista menatap punggung Steven dengan nanar. Dia mengira bahwa Steven akan menghampirinya, membawanya keluar dan mengajaknya ke suatu tempat lalu menjelaskan semuanya dan meminta maaf. Kemudian mereka balikan.

Tapi ternyata dugaan Calista salah. Steven tidak peduli dengannya. Pria itu dengan mudahnya pergi tanpa berbicara terlebih dahulu dengan Calista.

Hanya sebatas inikah, usaha Steven untuk kembali mendapatkan hati Calista? Semudah itukah Steven menyerah?

Calista bingung. Sebenarnya, seberapa penting Calista bagi kehidupan Steven?

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan William menyadarkan Calista.

"Hm, ya."

"Kau tidak bisa bohong kepadaku. Dari caramu menatap Steven, kau sebenarnya masih berharap kepadanya. Kau ingin kembali kepadanya. Benar, kan?"

Kepala Calista menunduk. Dia mengaduk-aduk minumannya dengan tatapan kosong dan pikiran yang tertuju kepada Steven.

Well, apa yang dikatakan Willian memang sepenuhnya benar. Calista masih mengharapkan Steven, sangat malahan. Dia mencintai Steven. Dan akan selalu mencintai Steven.

Tapi di sisi lain, Calista juga sangat kecewa kepada pria itu.

Steven selingkuh.

Calista benci pengkhianatan, sangat. Namun apabila Steven mau terus meminta maaf dan memperjuangkan Calista, mungkin Calista akan luluh.

Itu yang Calista harapkan, yaitu Steven yang terus berjuang untuk kembali mendapatkannya supaya Calista tahu sebesar apa rasa cinta Steven terhadap dirinya.

÷÷÷

"Sepertinya ... aku dijebak."

Steven yang sedari tadi diam itu tiba-tiba berbicara, membuat Nathan menoleh dan menyatukan kedua alis hitamnya merasa tidak paham.

"Sekeras apa pun aku berusaha mengingat saat berada di apartemen Sonya, aku tetap tidak ingat pernah melakukan itu dengan dia. Maksudku, apa bisa melakukan itu dalam keadaan tidak sadar? Tanpa mengingat sedikit pun kejadiannya seperti apa? Bagiku itu mustahil."

Nathan terpekur di atas sofa ruangan kerja Steven. Pekerjaannya yang menumpuk terpaksa terbengkalai karena bosnya yang satu ini terus-terusan tenggelam dalam kesedihan, membuat Nathan tidak bisa meninggalkan Steven sendirian.

"Aku selalu mengingat ketika bermain dengan para jalang saat dahulu, dalam keadaan semabuk apa pun," tekan Steven.

"Aku yakin kalau Sonya memang sengaja. Dia ingin membuat hubunganku dengan Calista hancur. Tapi, Nath, apa untungnya buat Sonya?"

"Apa lagi kalau bukan karena dia menyukaimu?"

Ternyata menjadi pria tampan, mapan dan rupawan tidak selamanya menyenangkan. Steven merasakannya sendiri.

Kalau begini, dia rela jatuh miskin asal hidup bahagia bersama pujaan hatinya, bersama Calista.

"Setelah kejadian aku putus dengan Calista, Sonya tidak bisa kuhubungi. Apartemennya juga kosong. Itu semakin membuatku yakin kalau Sonya memang telah menjebakku."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now