18. Double Date [03/01/21]

Magsimula sa umpisa
                                    

Calista mengangguk, selama ini dia belum pernah melihat wajah kekasih Nathan. Dia hanya tahu kalau kekasih Nathan adalah seorang model yang dulunya hampir dijodohkan dengan Steven.

Tak selang beberapa lama, terlihat Nathan melambaikan tangannya ke arah Steven dan Calista. Sedangkan Roxanne masih menggandeng tangan kiri kekasihnya.

"Bagaimana kabarmu, Cale?" tanya Nathan.

"Baik." Calista mengangguk. Kemudian dialihkannya pandangannya ke arah wanita bersurai emas yang tengah tersenyum ke arahnya.

Roxanne mengulurkan tangannya, "Roxanne."

Calista dengan cepat menerima uluran tangan itu, "Calista." Dia masih setia memandangi wajah cantik wanita di hadapannya. Bukan karena terpesona karena kecantikannya, tapi karena wajah Roxanne tidak asing baginya. Dia jadi teringat saudara kembarnya.

Wajah Roxanne sedikit mirip dengan wajahnya. Tapi tidak mungkin kalau Roxanne adalah Dyandra---saudara kembarnya. Saudaranya sudah meninggal, meski sampai sekarang jasadnya belum ditemukan. Dan penampilan serta rambut Roxanne sangat berbeda dengan saudaranya. Dyandra dulu tidak begitu suka apabila melihat seorang wanita berambut blonde. Makanya dia sangat jarang keluar rumah. Dyandra lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain di rumah bersama ibu dan neneknya. Sangat berbeda dengan Calista yang sering bersepeda bersama teman-temannya ke luar rumah.

"Cale, kenapa melamun?" tanya Steven.

Calista segera tersadar dari lamunannya dan melepas jabatan tangannya. "Maaf," ucapnya pelan.

"Mau naik roller coaster?" tanya Calista kepada mereka bertiga.

"Maaf, tapi aku tidak suka ketinggian," kata Roxanne sambil menatap takut roller coaster yang bergerak cepat itu.

Calista kembali diam, teringat Dyandra lagi. Dyandra juga takut ketinggian, karena dulu dia pernah jatuh dari pohon depan rumah.

"Bagaimana kalau masuk ke rumah hantu?" tawar Steven dengan senyum menyeringai. "Kalau takut, kau tinggal memelukku erat." Pria itu menggoda Calista.

Calista memutar bola matanya malas, mesumnya keluar lagi.

"Aku setuju," ucap Roxanne antusias.

Lagi, Roxanne kembali mengingatkan Calista pada Dyandra. Dyandra dulu juga sangat suka dengan hal-hal berbau mistis. Dyandra bahkan sering menonton film horor bersama ayahnya.

Calista semakin penarasan dengan wanita di hadapannya. Roxanne sangatlah mirip dengan Dyandra.

"Kalian bertiga saja yang masuk, aku akan menunggu di luar."

Steven menatap Calista, gadisnya ini takut? "Kau benar-benar takut?"

"Kita melihat kembang api saja," ucap Nathan sambil melihat jam tangannya. "Sebentar lagi pasti dimulai."

Mereka bertiga mengangguk, kemudian melangkah menuju tempat paling pinggir agar bisa melihat kembang api dengan jelas.

"Konon katanya, kalau kita meminta sesuatu saat melihat kembang api pertama di pinggir dermaga ini, kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan," ucap Nathan sambil menatap Roxanne.

Roxanne hanya mengangguk.

"Apa yang paling kau inginkan?" tanya Roxanne. Bebarengan dengan itu, kembang api pun mulai meletus di angkasa.

Nathan tersenyum sambil mengelus pipi Roxanne. "Menciummu."

Dengan cepat Nathan menarik tengkuk Roxanne dan menciumnya.

Calista yang mengetahui adegan ciuman di hadapannya itu reflek menutup mulutnya dengan tangan. Meski bukan Calista yang melakukannya, tapi kenapa dia yang merasa malu?

Steven yang juga mengetahui itu langsung menutup mata Calista dan mengajaknya menjauh. "Di sana terlalu panas," ucap Steven ketika sudah lumayan jauh dari Nathan dan Roxanne.

Pipi Calista memerah, dia juga merasa panas meski udara malam ini lumayan dingin.

"Kau tidak meminta permohonan?" tanya Calista mencoba memecah kecanggungan.

"Sudah, kau sendiri?"

Calista menggeleng. Bagaimana dia bisa meminta permohonan kalau tadi melihat Nathan tiba-tiba berciuman dengan Roxanne?

"Apa permohonanmu?" tanya Calista penasaran.

Steven menyeringai, "Aku ingin, agar suatu saat nanti aku bisa melihatmu berdiri di hadapanku tanpa sehelai kain pun."

Calista memutar bola matanya malas, tiada hari tanpa otak mesum dari Steven. Meski Steven tidak pernah berbuat macam-macam padanya, tapi dia juga tetap kesal kalau Steven tanpa malu berkata mesum kepadanya.

"Mati saja kau ke laut!" Calista membuang wajah ke arah danau di depannya.

Steven tertawa melihat ekspresi gadisnya. Menurutnya, ekspresi kesal Calista sangatlah lucu. Apalagi kalau Calista sampai mengerucutkan bibirnya atau menggembungkan pipinya.

"Steve," panggil Calista kembali menatap Steven.

"Iya, Babe?"

"Kau mengenal Roxanne?" tanyanya kepada Steven.

"Tidak terlalu, kenapa?"

Calista ingin sekali bertanya pada Steven tentang keluarga Roxanne. Tapi dia mengurungkannya. "Tidak, aku hanya kagum padanya," kata Calista sambil menggelengkan kepalanya.

Calista kembali menghadap ke depan, melihat pantulan cahaya dari air danau. Dia sesekali juga melihat Nathan dan Roxanne yang lumayan jauh darinya. Mereka berdua tertawa, dapat Calista lihat Nathan sesekali mengelus dan mencium surai emas Roxanne.

"Kau iri pada mereka?" tanya Steven yang membuat Calista terkejut.

Steven kemudian memeluk Calista dari belakang dan berbisik, "Aku jauh lebih romantis dari Nathan, kau tahu?"

Calista langsung memukul pelan lengan Steven yang masih melingkar di pinggangnya itu. Romantis apanya, semua perlakukan Steven terhadapnya justru terkesan memaksa. Calista bahkan sering dibuat Steven sport jantung karena pria itu sering memeluknya tiba-tiba. Di kantor, di rumah, di restoran, dan sekarang di sini. Bukan karena tidak nyaman, Calista sangat nyaman malahan. Tapi cara Steven yang memeluknya secara tiba-tiba hingga membuatnya terkejut lah yang Calista tidak suka.

Steven semakin mengeratkan pelukannya. Dipejamkan matanya sambil menghirup aroma tubuh Calista dalam-dalam. Calista yang sebelumnya memukul lengan Steven kini memilih diam. Dia juga menikmati kehangatan yang disalurkan Steven.

Tapi seketika perkataan William kembali mengganggunya. Menjauhi Steven? Enak saja! Calista bahkan lebih mencintai pria ini sekarang. Karena Steven semakin membuatnya merasa nyaman dan tenang. Sangat berbeda dengan Steven yang bertemu dengannya saat pertama kali.

"It's a beautiful night," Steven mulai bernyanyi lagu Bruno Mars-Marry You. Calista hanya diam mendengarkan. Ternyata suara kekasihnya ini bagus juga.

"We're looking for something dumb to do .... Hey baby, I think I wanna marry you."

Steven dan Calista bergerak ke kanan ke kiri, pelan. "Is it the look in your eyes .... Or is this dancing juice .... Who cares baby, I think I wanna marry you ...." Kali ini Calista ikut menyanyi. Steven tertawa mendengar suara Calista yang jelek. Calista yang mengetahui Steven tertawa itu langsung melepaskan pelukannya.

"Berhenti tertawa, Steve!" ucap Calista kesal. Steven menghentikan tawanya dan mencubit hidung kecil gadisnya gemas.

"Jangan menyanyi lagi, ya. Kau bisa membuat sakit telinga orang lain."

"Menyebalkan!"



-



𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon