12. Lalice Benedict [03/01/21]

Start from the beginning
                                    

Ibunya dulu selalu mengelus rambutnya ketika dia berbuat salah. Sedangkan ayahnya akan mencubit pipinya dan menjewer telinganya pelan.

Calista merindukan saat-saat seperti itu. Bisakah dia merasakan kebahagiaan itu lagi?

"Mereka berdua memang seperti itu, jadi maklumi saja, ya," ucap Jessica.

Calista menatap Jessica dengan pandangan yang selalu dia berikan pada ibunya. Ya, pandangan sayang dan penuh cinta. Bolehkah Calista menganggap perempuan ini sebagai ibunya?

"Lalice ini adalah anak dari adik perempuan Bibi, dia sudah sering bermain dengan Steven sejak kecil."

Mereka bertiga mendudukkan diri dan mulai meminum minuman tersebut.

"Dia selalu berkunjung ke sini kalau sekolahnya libur, mengajak Steven bermain game, bersepeda, atau main catur."

Jessica mengalihkan pandangannya pada Lalice. "Meski penampilannya seperti laki-laki, tapi percayalah, Lalice ini sangat manja dan penyayang."

"Cukup, Bibi," Lalice memotong ucapan Jessica sebelum perempuan itu selesai bicara.

"Tidak ada gunanya menceritakan tentangku padanya. Karena dunia pun tahu kalau aku jauh lebih cantik dan lebih baik dari kekasih Steven ini." Lalice memasukkan sepotong kue kering dalam mulutnya. Dia tidak peduli pada Calista yang menatapnya dengan aneh.

"Masih jauh lebih cantik Calista," balas Steven tak mau kalah.

"Dih, buta ya kau?" protes Lalice.

"Sekolahmu libur?"

Lalice mengangguk untuk menjawab pertanyaan Steven.

"Eum ..., bagaimana kabar Nathan?"

"Dia baik," jawab Steven tanpa menatap Lalice. Pandangannya justru kini tak lepas dari wajah cantik Calista yang tengah duduk di hadapannya.

Lalice merangkul pundak Steven dan merengek seperti anak kecil. "Antarkan aku menemuinya, kumohon ...."

Jessica menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah cantiknya. Sedangkan Calista masih menatap Lalice dengan tatapan aneh.

Gadis setomboy ini ternyata bisa merengek juga. Calista membatin.

"Dia pasti sedang kencan sekarang."

Lalice refleks membulatkan matanya. "Kencan? Dengan siapa?"

"Aku lupa memberi tahumu, ya?"

Lalice masih serius mendengarkan perkataan Steven. Berharap kencan Nathan kali ini adalah bagian dari rencana busuk sepupunya ini.

"Tenang saja, Nathan berpacaran dengannya karena aku yang menyuruhnya."

Lalice menghela napas lega.

"Apa harus Nathan yang kau jadikan korban?" tanyanya dengan bibir mengerucut kesal.

Dia sudah lama menyukai pria bermata hijau itu. Meski umur mereka terpaut jauh, tapi Lalice tidak mempermasalahkan hal tersebut. Usia tidak penting, bukan? Yang penting adalah usaha untuk membuktikan kalau dia benar-benar mencintai Nathan.

Sedangkan Calista dan Jessica? Mereka kini sibuk bercerita berdua tanpa peduli apa yang dibicarakan oleh Steven dan Lalice.

Mengetahui kedekatan Calista dan ibunya membuat Steven merasa senang. Pasalnya, jarang sekali Steven membawa wanita ke rumahnya dan mengenalkan pada kedua orang tuanya. Sehingga jarang juga Steven melihat ibunya sebahagia sekarang ini.

"Hei, Cale?"

Calista menoleh mendengar Lalice memanggil namanya.

"Jika kau menang main game melawanku, aku akan menyetujui Steven berpacaran denganmu."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now