Pt. 23

1.1K 159 0
                                    

Keadaan supermall tentu saja akan ramai. Karena itu hari ini saatnya giliran Jimin dan Jungkook yang harus menemani Jin belanja bahan masakan mereka menyamar sepenuh mungkin tanpa meninggalkan rasa curiga orang.

Karena warna rambut Jimin dan Jin sangat mencolok dan akan membuat mereka mudah dikenali, keduanya memakai topi untuk menutupinya. Dan ketiga namja itu sama-sama memakai masker yang menutup sebagian wajah mereka.

Jin membagi tugas, ia akan membeli keperluan sayur, buah, bumbu dapur dan daging. Sementara Jimin dan Jungkook bertugas membeli persediaan susu, yoghurt dan telur karena memang dalam lingkup yang sama. Jadi ketiganya berpencar dengan tim 2-1.

"Padahal hari ini aku ingin menamatkan anime yang sedang ku tonton." keluh Jungkook saat ia dan Jimin sedang membeli telur.

Jimin tertawa. Meski out seperti sudah dewasa, maknae tetaplah yang paling muda. "Lalu kau ingin terus makan ramen?" celetuk Jimin.

Jungkook tidak menyahut. "Hyung, nanti beli es krim yuk?" ajak Jungkook.

Jimin menatap Jungkook sekilas sembelum menyanggupinya. Dari tempat telur yang bertumpuk berkerat-kerat mereka berjalan menuju tempat susu, yoghurt dan es krim berada. Jimin jadi ingin es krim juga.

Sementara Jungkook langsung berbelok ke freezer es krim, Jimin terus mendorong troli ke rak yoghurt. Tapi, ada keramaian disana. Jimin memperhatikan sekelilingnya, jelas yang orang-prang tatap bukanlah ia ataupun Jungkook, karena sejak tadi tak ada yang mengenali mereka.

Tapi Jimin mengabaikan keadaan disana, toh ia hanya ingin mengambil beberapa kotak susu dan yoghurt. Jimin berhenti mendorong troli, lalu matanya mulai mencari-cari merek susu dan yoghurt yang biasa dipakai mereka.

"Maaf. Tidak bisa." tolak sebuah suara.

"Jebal... Bisakah? Satu kali saja." mohon seseorang.

"Aku juga, sekali saja." pinta yang lain. Disusul dengan sahutan yang lain.

Mau tidak mau, Jimin jadi penasaran juga apa yang sedang terjadi. Saat Jimin berudaha melihat, ia langsung mengerutkan dahinya. Dua yeoja yang memakai mantel sedang berhadapan dengan tiga pelajar siswi. Jimin mengerutkan dahinya, jangan bilang yeoja yang berambut merah ini Yunha, eh, Jisoo?

"Maaf." ucap yeoja berambut merah itu.

Tapi Jimin yakin, jika benar dia adalah Jisoo Blackpink, akan susah menghalau fans yang memaksa seperti itu. Jimin mengedarkan pandangannya, benar tak ada yang mengenalinya, bukan? Jungkook juga belum kembali dari tempat es krim. Yah, sekali saja, bukan?

Jimin meninggalkan trolinya dan berdiri di depan kedua yeoja yang ternyata benar member Blackpink. "Maaf. Kalian tidak bisa memaksa seseorang untuk berfoto seperti itu." kata Jimin. Ia nekat membela.

Wajah pelajar itu terlihat terkejut. Sepertinya mereka juga sudah sadar bahwa mereka telah memaksa. Tapi salahsatu dari mereka melangkah maju menghadapi Jimin.

"Tapi kami ini fansnya, masa tidak boleh meminta sekadar foto saja?" ujarnya memarahi Jimin.

Jimin berdeham. "Kalau seperti itu, kalian tidak menghargai idola kalian sendiri. Mereka kan tidak ingin membuat fans yang lain merasa iri." balas Jimin.

Ketiga pelajar yeoja itu terlihat tertegun mendengar perkataan Jimin barusan. Begitulah pemikiran Jimin, mengapa ia selalu tak diperbolehkan asal berfoto dengan fans, karena hanya akan membuat iri fan yang lain. Itu bukan hal yang Jimin sukai.

"Maaf. Kami tidak bisa." sahut Jisoo dari belakang Jimin sambil mengatupkan tangan meminta maaf.

Rasanya Jimin hanya seperti iklan lewat saja. Karena setelah Jisoo angkat bicara seperti itu, air muka ketiga yeoja pelajar itu berubah dari yang sudah ingin melawan Jimin kapan saja jadi terlihat menerimanya.

"Baiklah kalau begitu." ujar satu pelajar itu menyerah.

"Jadi Blackpink harus segera mengadakan fansign, karena kami akan menghadirinya." sahut temannya.

"Sukses ya untuk kalian berempat. Maafkan sikap kami tadi." sahut yang sejak tadi diam.

Ketiga yeoja itu pergi, salahsatunya ketika melewati Jimin menatap sinis padanya. Dalam hati Jimin justru ingin tertawa, sepertinya penyamarannya kali ini bagus. Satu persatu orang yang menonton mulai pergi meski mereka terlihat sama inginnya untuk berfoto.

"Hm...cheogyeo." panggil Jisoo dari belakang.

Mendadak Jimin jadi merasa gugup. Ia takut Jisoo mengenalinya. Ia memutar badannya sehingga kini mereka berhadapan lurus. Jisoo tersenyum membuat perut Jimin terasa berputar.

"Hmm...gamsahamnida. Kami sangat tertolong, tadi, kami sama sekali tak tau harus bagaimana menghadapinya." kata Jisoo panjang lebar.

Jimin memegang tengkuknya karena terlalu gugup. Kenapa jadi dirinya sih yang gugup? "Oh, tak masalah." jawab Jimin dari balik maskernya.

Yeoja teman Jisoo yang warna rambutnya putih terlihat menyikut Jisoo lalu berbisik. Kemudian Jisoo terlihat teringat. "Maaf jika ini menyinggungmu. Saat ini kami tidak membawa uang tunai untuk berterimakasih, kalau kau mau bagaimana jika datang ke pesta barbeque kami?" tawar Jisoo.

Jimin benar-benar terkejut atas tawaran Jisoo. Tapi ia justru tertawa geli. "Tenang saja. Aku tidak meminta balasan kok." tolak Jimin.

Kedua yeoja di depannya justru terlihat bingung. "Aku hanya membantu sedikit. Selebihnya yang membuat fans-mu pergi tadi adalah kalian sendiri." kata Jimin lagi.

Tepat ketika Jisoo sudah ingin membuka mulut, ada suara yang memanggil. "Hyung..." Jimin menoleh, Jungkook berjalan ke arahnya dengan membawa empat kotak es krim.

Jimin melotot untuk mengkode pada Jungkook. Tapi Jungkook tak menerima kodenya itu. Jungkook baru menyadari siapa yang sedang bicar dengan hyungnya. Masalahnya adalah ia menurunkan maskernya.

"A..uhm.. Kalau begitu kami permisi." kata Jimin.

Jimin segera kembali pada trolinya sementara Jungkook mengikuti langah Jimin setelah ia menaikkan kembali maskernya. Wah, kalau tidak segera pergi dari sana, Jisoo akan menyadari bahwa Jimin telah membantunya. Hal ini cukup menjadi memori untuknya saja, Jisoo tak perlu sadar kalau bisa.

Your Eye & My LieOn viuen les histories. Descobreix ara