69. akhir?

1.8K 222 126
                                    

"Tidak papa tidak menjadi yang pertama, asalkan menjadi seseorang yang terakhir mengisi hatinya."

***

Helena duduk sendirian dengan selimut yang menempel ditubuhnya. Dia sedang merenung, memikirkan apa yang terjadi sebenarnya. Perasaanya tidak enak, tangannya berkeringat.

Helena sempat melihat berita itu, ada kecelakaan dan Rey sempat menyebut nama...

Drttt...

Helena dengan refleks menatap ponsel yang menyala.

Itu... Ponsel Rey.

Helena menyambar ponsel itu dengan cepat.

Rey bodoh sekali, Papi Helena membawa pergi ponsel Helena dan Rey malah meninggalkan ponselnya didekat Helena.

"Ha—"

"Puter balik aja Rey, Aksa mau dibawa ke rumah sakit."

Helena menelan ludahnya susah payah.

Itu suara Diky. Diky terdengar panik, dia benar-benar seperti sedang tidak baik-baik saja dalam masalah besar.

Diky bilang Aksa akan dibawa ke rumah sakit?

A—apa yang terjadi padanya?

"Dia bener-bener parah Rey. Dia kehilangan banyak darah dan dia gak sadarkan diri. Aksa..."

Deg...

napas dan detakkan jantung Helena seperti tertahan dalam waktu singkat ketika Diky melanjutkan ucapannya yang terdengar lirih dan menyakitkan.

Ponsel Rey terjatuh dari tangan Helena, ponsel itu tergeletak di kasur tempat Helena duduk.

Helena menggeleng, tidak mungkin... Aksa tidak mungkin separah itu, kan? Aksa tidak mungkin tidak sadarkan diri, kan?

A—Aksa?

Helena menatap kosong ponsel Rey yang masih mengeluarkan suara.

Helena tertawa hambar. "Aksa gak papa Lena, ini jebakan. Mereka cuma bohongin lo doang kok."

"Apaan? Ngerjainnya kok kayak gini, gak elite banget."

Beberapa lama Helena bergulat dengan batinnya. Dia tidak mau, dia tidak mau percaya tentang kabar itu. Kabar kecelakaannya Aksa.

Tapi ...

tapi rasa khawatirnya sangat besar pada Aksa.  "G—gue gak bisa diem aja disini," gumam Helena.

Mata Helena melihat infus yang menancap ditangannya. Helena menyibak selimutnya, perlahan dia mencoba melepaskan infus itu dari tangannya.

Helena memekik tertahan karena rasa nyeri dan perih menjalar dipunggung tangannya.

Helena menutup satu tangannya yang berdarah dengan tangan yang lain. Tangannya jelas terluka karena itu.

Tunggu ... Itu hanya sebentar.

Ini aneh, Helena tidak merasakan apapun sekarang.

Tangannya terasa seperti baik-baik saja. Seperti tidak ada rasa luka sama sekali meskipun berdarah.

Helena berjalan perlahan dengan mengendap-endap. Tangannya membuka pintu ruangannya dengan pelan. Karena ...

...Karena Helena tidak mau ada yang mengganggunya. Helena tidak mau ada yang menghalanginya. Dia ingin menemui Aksa, Aksa nya.

Helena berhasil keluar, mungkin dia tidak dicurigai karena dia tidak lagi memakai gelang dan baju pasien.

Helena sudah melapisi baju pasien miliknya dengan kemeja berwarna lavender yang dia temukan.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now