24. Care?

1.4K 188 47
                                    

"Gue emang takut sama jarum suntik dan darah. Tapi, gue lebih takut kalau Helena kenapa-kenapa."

-Diky.

***

Mata Helena mulai berkedut seolah berusaha membuka matanya. "Auws!" Helena memegangi kepalanya yang terasa nyeri.

"Lo gak papa?" tanya Aksa memegangi tangan Helena.

Helena menepis tangan Aksa pelan, lalu mengerjapkan matanya berkali-kali.

"L-lo ... lo siapa?" tanya Helena membuat Aksa membelalakkan matanya.

Aksa menunjuk dirinya sendiri. "Gue Aksa," jawab Aksa dengan raut bingungnya.

"A-Aksa?"

"DOKTER!" Helena terkejut karena Aksa yang tiba-tiba berteriak dan keluar dari ruangannya dengan sangat cepat.

Helena menatap pintu menunggu Aksa datang.

Kenapa Aksa meninggalkannya?

Senyum Helena kembali mengembang karena Aksa datang membawa Dokter bersamanya.

"Dia?"

Dokter memeriksa Helena dengan tenang dan tersenyum pada Helena. "Dia siapa?" tanya Dokter menunjuk Aksa.

"Dia ... Aksa," jawab Helena memiringkan kepalanya.

"Ingat?" tanya Aksa mendekati Helena. Helena menganggukkan kepalanya cepat. "Terus tadi?"

"Tadi itu ... tadi kepala gue sakit aja. Terus ya, gue coba-coba kayak yang di film-film biar dramatis. Eh, elo malah ngacir keluar." jawab Helena memegangi kepalanya.

Aksa menghela napas lega, dia kira Helena benar-benar geger otak atau sejenisnya.

"Gak lucu."

"Ya gue emang gak ngelawak, gue lagi belajar akting," jawab Helena dibalas dengusan malas dari Aksa.

"Kamu ini, kasian pacar kamu panik. Dia sampai nyamperin saya keruangan saya lho."

"Aksa panik? Aksa khawatir?" tanya Helena dengan mata berbinar penuh harap.

"Iya."

"Iya? Aksa khawatir?"

Aksa mengangguk dan berdeham pelan. "Siapa tau otak lo geser karena kena balok," jawab Aksa membuat Helena memanyunkan bibirnya karena sebal.

"Aksa tidak baik," gumam Helena pelan. "Gak papa deh, gak papa gue sakit gini asal gue liat muka khawatir lo," lanjutnya tersenyum manis.

"Ngawur."

"Lagian ya Aksayangnya! Gue gak akan bisa semudah itu amnesia. Dapetin lo aja belum, masa amnesia? Miris sekaki hidup gue," kata Helena mengibaskan tangannya.

"Khawatir, kan sama gue?" tanya Helena menaik-turunkan alisnya.

"Enggak."

"Terus tadi kenapa lari-lari kayak orang kesetanan? Takut, kan kalau gue kenapa-napa?" tanya Helena mengejek.

Aksa mendengus kasar. "Gak usah kepedean."

"Yah, bukannya gue kepedean ya. Tapi, emang bener, lo itu keliatan banget kalau khawatir sama gue."

"Iya."

"Iya? Apa?" tanya Helena penuh harap.

"Gue khawatir."

Helena menutup mulutnya, meredam pekikan dari mulutnya. "Serius?"

"Lo sahabat gue, wajar kan?"

"Yaaaah, nge-drop." Helena mendesah pasrah. Harapannya terlalu berlebih-lebihan ternyata.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now