51. Dikhianati atau mengkhianati?

1.6K 219 224
                                    

"Ada beberapa orang yang mungkin harus terlihat salah untuk mengungkap kebenaran."

—Diky.

***

Helena mengusap hidungnya juga matanya yang berair. Dia merasa sangat sedih, semua teman-temannya tidak percaya dengannya.

Aksa juga, iya Helena tau kalau dia tidak seharusnya berharap kalau Aksa akan membelanya karena jelas-jelas Aksa selalu ada di garda terdepan untuk melindungi Queen.

"Gak usah nangis, gue tau lo gak mungkin lakuin itu Helen." Helena mendongak dan kembali menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Dia merasakan usapan lembut dikepalanya dan seseorang duduk disampingnya.

"Enggak semua orang harus dimengerti dan mengerti, Helen. Ada beberapa orang yang mungkin harus terlihat salah untuk mengungkap kebenaran," ucapnya membuat Helena menoleh tidak mengerti.

"Lo kayak gini supaya mereka tau siapa sebenarnya yang salah. Elo kayak gini supaya mereka bisa sadar betapa berharganya seorang sahabat," katanya lagi menatap lurus ke depan.

"Elo tau siapa yang lakuin ini?"

Dia terkekeh pelan. "Tau lah, mereka emang agak bego sih karena nuduh elo. Padahal gila ya, kelihatan banget siapa yang salah sebenarnya."

"Dik, gue rasanya mau salto denger lo ngomong gitu," kata Helena membuat Diky mendatarkan wajahnya.

"Lidah gue kebelit anjir." Kali ini Helena lah yang menatap Diky datar melihat Diky meludah berkali-kali.

Diky menghembuskan napasnya kesal melihat Helena yang tidak tertawa. Helena yang tadinya sudah mau berbicara kembali murung.

Diky menarik wajah Helena dan mengusapnya perlahan. "Gak usah nangis gue bilang. Lo mau gue kantungin tuh kantung mata?"

"Garing, Diky!" Diky terkekeh pelan melihat Helena memanyunkan bibirnya. "Thanks ya karena udah mau percaya sama gue," kata Helena memeluk Diky dengan haru. Diky terkejut, namun tetap membalas pelukan Helena.

"Lo, kan tau gue bucin. Lo mau apa juga gue jabanin," kata Diky menatap Helena sok serius.

"Tonjokin Randy ya, Dik? Gue kesel sama Randy, dia udah bikin tangan gue luka," adu Helena merentangkan kedua tangannya memperlihatkan tangannya yang tergores.

"Iya, mau dimana? Dimana aja ya asal jangan dimukanya."

"Kenapa?"

"Biasalah buaya, kasian dia kalau mukanya sampai ancur," jawab Diky mengeluarkan plester luka dari sakunya dan menempelkannya pada luka Helena.

"Gemoynaa," kata Diky terkekeh pelan melihat plester luka yang berwarna pink dan bergambar hello Kitty ditangan Helena.

Helena mengangkat tangannya dan tersenyum tipis. "Kok hello Kitty sih? Elo suka?"

"Suka," jawab Diky ikut tersenyum.

"Kenapa? Lo, kan cowok kenapa suka hello Kitty?"

"Kenapa emang gak boleh cowok suka hello Kitty?"

"Gak papa sih, mau tau aja kenapa suka?"

"Kenapa ya?" Diky terlihat tersenyum dan memiringkan kepalanya. "Mungkin karena sering ngeliat orang yang gue suka pakai sesuatu yang berbau hello Kitty ... Ini contohnya." Helena terdiam karena Diky mengetuk-ngetuk jarinya pada jam tangan dan pita dirambutnya bergantian.

"Hoy! Gak usah lah lo melongok kayak gitu! Gue kesel tau sama orang yang nge-bug tiba-tiba," kata Diky tertawa kecil melihat reaksi Helena.

"Lo masih suka gue gak, Dik?" tanya Helena menundukkan kepalanya.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang