50. Disalahkan.

1.5K 223 166
                                    

"Gue memang kesel sama lo, bahkan kesel banget. Tapi, lo kenal gue. Apa lo pikir gue bisa lakuin hal buruk itu? Kita sahabatan juga udah lama."

"Terkadang akan ada kalanya kita merasa tersingkir dari sebuah circle persahabatan."

"Gak papa, itu wajar. Mungkin lebih baik daripada tetap dalam circle tapi kebanyakan makan hati."

—Helena.

***

"Queen dan Indah saudara?" Helena bertanya-tanya melihat layar ponselnya yang menampakan Queen yang menyiram Indah dengan air pel.

Helena merasa kalau ya, Queen keterlaluan. Dia kasian pada Indah, tapi dia juga tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa Queen begitu membenci Indah? Helena tidak mengerti tentang itu.

Helena mengabaikan deretan chat dari Aksa yang menanyakan tentang keadaannya. Aksa memberitahunya kalau dia tidak bisa menjemput Helena, karena ... Queen.

Helena tertawa miris, tidak apa, dia juga sudah biasa dan Helena juga tidak berharap Aksa akan menjemputnya.

"Hallo, kenapa?" tanya Helena ketika mendengar sapaan dari seberang sana.

"Lo udah liat berita tentang Queen?"

"Udah, kenapa emangnya?" tanya Helena tanpa minat.

"Tau, kan sekarang kalau Queen itu jahat, sama saudaranya sendiri aja dia kayak gitu, apalagi sama kita yang cuma orang luar."

Helena menghembuskan napasnya pelan. "Terus? Gue harus apa? Gak ada, ya kita itu sahabat Queen, udah seharusnya kita membantu Queen untuk sadar bukan memojokkan dia!"

Terdengar suara tawa mengalun dari seberang sana. "Lo naif, Helen. Gue tau, lo itu sekarang lagi patah hati, kan? Patah hati karena tau kalau Aksa tersayang lo itu sukanya sama sahabat lo!"

"GUE GAK PERDULI, CHIK!" Helena mematikan sambungan telponnya sepihak. Dia melepaskan ponselnya ke kursi penumpang yang ada disebelahnya dengan asal.

Helena menarik rambutnya sendiri dan mengusap wajahnya kasar. Tidak, dia tidak boleh terpengaruh. Queen itu sahabatnya, Queen adalah segalanya.

Helena mengurungkan niatnya untuk kembali meneruskan perjalanan. Helena menurunkan kaca mobilnya melihat seseorang dengan seragam yang sama dengannya.

"Indah?" gumam Helena pelan.

Helena melihat Indah yang terlihat sedang memperbaiki pedal sepedanya. Jadi, selama ini Indah ke sekolah memakai sepeda?

"INDAH!" panggil Helena melambaikan tangannya kearah Indah karena merasa iba. Indah melihat kearahnya, dia seperti takut pada Helena.

"Sini!" teriak Helena kembali. Indah menggigit bibir bawahnya takut.

"Kenapa Helen?"

"Mau bareng gue gak? Udah hampir jam delapan nih, lo pasti bakal telat jauh kalau lo terus pakai sepeda," kata Helena menatap Indah.

Helena melirik Indah yang terlihat takut, dia memegang pundak Indah. "Gak papa, gue ikhlas kok, gak usah takut," kata Helena tersenyum tulus.

Helena dan Indah sampai disekolah, mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian.

Jelas saja, mereka tau kalau Indah adalah musuh Queen dan Helena adalah sahabat Queen. Helena tidak perduli dengan apapun yang dipikirkan oleh semuanya.

"Makasih ya, Helen. Kamu baik banget," kata Indah tersenyum tulus.

"Iya, santai aja kali."

Helena dan Indah sama-sama terkejut karena tangannya ditarik dan diseret kasar oleh dua orang.

EINFARBIGE [Monokrom]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora