67. Cepat sembuh, Cantik.

1.4K 171 64
                                    

"Kalau tidak bisa memilikinya, tolong datangkan lah yang serupa dengannya."

***

Malam mulai larut, Aksa gelisah karena dia tidak bisa melihat Helena. Dia sangat khawatir dengan keadaan Helena.

Terlintas sebuah ide nekat di kepala Aksa. Dia melompat turun dari pagar pembatas rooftop tempatnya duduk tadi.

Kunjungan malam jelas tidak diperbolehkan di rumah sakit tempat Helena dirawat. Apalagi Aksa sudah masuk black list dari ruangan Helena karena kemarin dia memaksakan diri masuk saat pemeriksaan Helena.

Aksa memakai masker dan penutup kepala. Dia mengendap-endap menuju ruangan Helena yang terlihat sepi. Mungkin, Papi Helena pergi karena ada keperluan.

Perlahan, Aksa membuka pintu ruangan Helena tapi ...

Tubuh Aksa menegang karena pundaknya ditahan oleh seseorang.

Aksa membalikkan badannya dan menunduk berusaha menghindari tatapan seseorang didepannya.

"Mas siapa ya mas?" Aksa mendongak sedikit, ternyata seorang perawat wanita yang berada didepannya. "Maaf mas gak boleh masuk. Soalnya jam besuk sudah habis."

"Saya Rey, saudaranya. Saya disuruh menjaga Helena, saya hanya memeriksanya sebentar."

Aksa terpaksa menyebut nama Rey karena jika dia mengatakan nama aslinya dia pasti akan langsung diusir.

Perawat itu terlihat ragu, dia memandangi Aksa yang berusaha menutupi wajahnya. "Mas beneran keluarga pasien?" tanyanya.

Aksa memundurkan tubuhnya karena perawat itu mendekat padanya dengan tatapan curiga. "Iya, saya keluarganya. Saya lagi pilek, makanya mbak jangan dekat-dekat saya."

Hachih!

Sungguh! Aksa tidak bermaksud untuk bersin berpura-pura. Dia benar-benar bersin natural tidak ada paksaan. Mungkin, karena terlalu rindunya dengan Helena jadi hidungnya pun mendukung.

"Periksa mas," kata Suster itu memundurkan langkahnya dari Aksa. Dia menghindari Aksa yang bersin-bersin didepannya. "Takutnya covid."

Aksa mendongak terkejut, covid katanya. Jika saja dia tidak melakukan penyamaran tidak akan mau repot-repot berdiri didepan perawat ini.

Jika saja tidak untuk Lena, Aksa tidak akan mau repot-repot melakukan ini.

"Iya, iya nanti saya periksa. Tapi, saya harus masuk sebentar saja. Sebentar saja, hanya beberapa menit lalu saya pergi."

"Tidak bisa, Mas. Masnya juga lagi sakit seperti ini, bagaimana jika mas malah menularkan virus pada pasien."

"Saya mohon, saya meminta tolong dengan sangat."

"Tetap gak bisa mas, saya ..."

Aksa menarik tangan suster itu dan memohon padanya. "Saya mohon, mbak. Saya khawatir sama dia, Mbak. Saya gak akan bisa tidur kalau saya gak lihat dia."

"Tapi ..."

"Saya janji, Mbak. Saya janji saya disana gak akan lama."

"Ya udah deh, Mas. Tapi, janji ya sebentar aja."

"Iya saya janji." Aksa mengangguk antusias.

Akhirnya ... Akhirnya suster menyebalkan ini mau menyerah dan berbaik hati.

Aksa mengeluarkan dompetnya dari saku lalu mengeluarkan SIM, KTP, dan satu foto manis Helena. Dia langsung menyodorkan dompet beserta isinya pada perawat itu.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now