21. Karena sahabat (2)

1.2K 181 26
                                    

"Dia tidak patut disalahkan karena dia tidak pernah meminta untuk diharapkan."

***

Helena duduk disebelah Randy karena dia hanya ingin tenang dulu. Dia melirik Aksa yang terlihat tenang menatap ponselnya.

Helena masih sangat kesal dengan Diky. Gara-gara Diky mereka semua mendapat hukuman dari Pak Dandang. Kesalnya lagi, karena dia merasa Diky terlalu lebay dengan perasaannya.

"Diem-dieman gini gak enak lho," celetuk Renata hingga terdengar helaan napas dari teman-temannya.

"Perasaan gue mengganggu, ya?" tanya Helena membuka suara.

Semuanya tidak tahu harus menjawab pertanyaan Helena itu bagaimana.

"Perasaan lo gak ganggu. Tapi, sikap dan cara pengungkapannya itu berlebihan," jawab Randy langsung mendapat tatapan tajam dari Renata.

"Enggak. Wajar kok, Helen. Gue salut kok sama lo berani ngungkapin perasaan lo tanpa malu."

"Secara gak langsung lo ngatain Helena gak tau malu," sahut Randy langsung dihadiahi injakan kaki cukup keras dari Renata.

"Kalau gak bisa ngomong baik, mending lo diem," desis Renata menatap Randy tajam.

Randy mengaduh pelan, lalu menatap Renata kesal. "Kenapa? Helen, kan minta pendapat, ya gue jawablah. Emang salah?" tanya Randy membela diri.

"Caper itu bikin risih." Semuanya menoleh kearah asal suara. Queen mengetatkan rahangnya kesal karena celetukan itu.

Helena menundukkan kepalanya, dia bukan gadis yang lemah. Tapi, jujur saja dia merasa sangat tersinggung.

"Aksa, kayaknya emang lo lebih bagus diem deh daripada buka suara," kata Renata menatap Helena was-was.

"Gue gak ada maksud buat caper, kok. Maaf kalau lo ngerasa kayak gitu," kata Helena memaksakan senyumnya.

🕊️🕊️🕊️

Helena masih memikirkan bagaimana dengan perasaan Diky. Dia memang tidak memiliki perasaan pada Diky tapi dia menyayangi Diky sebagai sahabatnya.

Karena permainan truth or dare yang sangat menyebalkan itu Diky marah padanya, Aksa pun sama.

"Mau terus melamun disitu?" Helena tersadar karena pertanyaan itu, dia menggelengkan kepalanya dan membuka pintu mobil Aksa.

"Maaf," cicit Helena pelan.

Aksa hanya melirik Helena sekilas dan kembali menatap lurus ke depannya.

"Gue tau gue salah, gue salah karena terlalu egois sama perasaan gue sendiri. Gue tau lo risih sama perasaan gue. Tapi, gue juga gak bisa terima Diky," ungkap Helena tanpa berani menatap Aksa.

"Gak usah dibahas," kata Aksa dengan maksud untuk membungkam Helena.

"Gue tau lo suka sama cewek lain, gue ngerti itu. Tapi, jangan benci gue, jangan anggap kalau gue caper, gue cuma ... gue cuma terlalu suka sama lo," ujar Helena lagi.

Aksa mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar kesal, dia benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

"Gue udah berkali-kali nyakitin elo!"

"Gue tau, tapi gue bisa apa Aksa? Gue gak bisa benci sama lo, gue juga kesel sama diri gue sendiri," kata Helena dengan suara seraknya.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now