27. PMS.

1.4K 181 117
                                    

"Berhasil mendekat, masih mustahil memiliki."

***

Pagi ini terlihat cerah secerah wajah Helena yang melihat Aksa berdiri didepannya.

Ya ini memang keberuntungan bagi Helena karena Aksa merasa bersalah padanya. Tapi, sebaliknya. Aksa merasa mendapatkan bencana besar karena harus mendengarkan ocehan gadis ini.

Helena mengenakan flat shoes berwarna hitam dan Cardigan rajut Helena terlihat serasi dengan hoodie Aksa.

"Aksa ..." bisik Helena terabaikan oleh Aksa. Aksa membuka pintu untuk Helena dengan setengah rasa ikhlas dan ikut masuk kedalam mobilnya.

"Aksa lagi puasa ngomong?"

Hening.

Aksa mengabaikan Helena. Aksa memilih untuk memfokuskan diri pada jalan didepannya.

Kesialan Aksa kembali. Dia harus menghentikan mobilnya karena kemacetan yang cukup panjang.

"Aksa be like, udah jemput Lena. Sekarang harus jemput kemacetan. Ah elah sial banget gue," kata Helena bergumam dengan wajah lucu.

Aksa hanya menoleh datar, ternyata Helena bisa membaca pikirannya dengan sangat spesifik. Tapi, hari ini dia harus benar-benar menahan mulutnya agar Helena juga bisa bosan dengannya.

"Kemarin handphone Aksa kebawa sama Rey. Terus Rey ngasih ke Lena, ya kata Rey banyak cewek yang chat Aksa. Tapi, Lena benar-benar gak berani buka."  Helena meletakkan ponsel yang memiliki gradasi biru muda dan biru tua dibelakangnya.

Oh iya, kemarin kan ponsel Aksa memang dikantongi oleh Rey itu dan malah terbawa pulang olehnya. Aksa juga tidak menyadari itu jika dia tidak terpikirkan untuk melihat pesan dari Helena.

"Aksa! Lena itu manusia bukan malaikat. Lena sabar, tapi gak sesabar itu." Helena terus menatap Aksa. Aksa tiba-tiba merasa risih, dia mengambil susu vanilla yang dibawanya dan memberikannya pada Helena.

"Aksa beneran gak mau ngomong, ya? Atau Aksa lagi sari cloudbret?"

"Apaan tuh cloudbret?" tanya Helena kembali, tapi tetap saja diabaikan Aksa.

"AKSA! GUE GAK TAHAN!" teriak Helena frustasi. "Udah ah, mending naik taksi."

Aksa tetap diam, Helena mencoba membuka pintu mobil dengan sekuat tenaga tapi tidak bisa.

"Aksa kunci ya?" tanya Helena menatap Aksa yang meminum susu kotak miliknya dengan santai.

"Lho kok diminum?!" tanya Helena kesal. Bukankah Aksa tadi memberikan susu vanilla itu untuknya, kenapa sekarang malah Aksa minum?

"Aksa, ngomong! Ngomong Aksa!" Helena menarik-narik seatbelt Aksa untuk memancing kekesalannya.

"Mau?" tanya Aksa mendekatkan susu kotak ditangannya pada Helena.

"Mau." Helena melongok melihat Aksa yang kembali menyedot susu kotak itu lalu memberikannya pada Helena. "HABIS!" teriak Helena kesal.

Aksa tidak bisa menahan kekehannya lagi. Jika saja Helena menyadari itu, Helena pasti koma. Astaga, hiperbola sekali.

"Nih," kata Aksa kembali menyodorkan susu kotak dengan rasa yang sama pada Helena.

Helena memalingkan wajahnya dari Aksa."Gak mau, bekas," tolaknya.

"Belum dibuka," kata Aksa meletakan susu kotak itu dipangkuan Helena.

Helena mengambil susu kotak itu dengan kasar. Dia menatap Aksa tajam. "Sedotannya diumpetin?" tanya Helena kesal.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now