48. Maaf, Lena.

1.7K 249 126
                                    

"Sebelum gue kenal sama lo, gue gak pernah sama sekali ngerasain perasaan menyebalkan ini!"

"Tapi ... tapi kalau lo pergi, hidup gue gak akan setenang sekarang, Lena ..."

—Lenaksa.

***

Aksa duduk diam didepan Raka dan Helena. Matanya tidak lepas dari dua orang yang berada didepannya itu, Raka menyuapi Helena makanan. Sebenarnya Aksa sangat tidak suka dengan itu, tapi Helena juga tidak akan mau makan kalau dia yang menyuapi.

"Kak cantik, coba senyum dikit lah. Gue tuh kesel liat muka lo yang jutek itu." Helena terlihat memaksakan senyumnya.

Aksa ikut tersenyum tipis melihat itu, Helena terlihat sangat lucu. Ternyata hadirnya Raka itu tidak terlalu buruk, setidaknya kehadiran Raka ditengah-tengah Helena dan Aksa bisa membuat Helena lebih santai.

"Rak, gue kok gerah ya di sini, padahal ada AC, kan? Apa karena ada setan di sini?"

Raka ingin menimpali ucapan Helena tapi dia berusaha untuk tidak melakukan itu. Dia sedikit merasa kasian pada Aksa, meskipun dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi diantara Helena dan Aksa.

"Kakak cantik mau makan buah pir?"

"Abisin makanannya dululah, nanti malah kecampur."

"Mau, Rak. Gue mau buah pir," kata Helena mengabaikan ucapan Aksa. Aksa menghela napas pelan kembali menundukkan kepalanya.

Drtttt...

Raka awalnya mengabaikan ponselnya yang berdering. Tapi, Aksa yang melihat itu langsung memberikan ponsel itu pada Raka. Raka mendengus pelan, dia tau kalau Aksa sedang mencari kesempatan.

"Gue angkat telpon sebentar ya, kak?"

"Iya udah jawab aja, emang kenapa?" Raka mengangguk lalu mengangkat teleponnya. "Hallo, kenapa Lan?"

Aksa melirik Raka, dia sempat melihat nama yang tertera pada ponsel Raka.

Lana?

"Gak bisa, Lana. Gue lagi sama kak Helena." Aksa hanya diam memperhatikan Raka yang terlihat menghela napas kasar. "Tapi, masalahnya kak Helena juga lagi butuh gue."

"Ada gue kok. Kalau lo mau pergi ya pergi aja," sahut Aksa langsung mendapat tatapan kesal dari Raka.

"Ya udah, sebentar ya. Tunggu aja beberapa menit lagi," kata Raka langsung mematikan sambungan telponnya sepihak.

"Lana minta gue ke ruangan dia, orang tua dia gak dateng dari kemarin." Raka menatap Helena dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Pergi aja Raka, gue gak papa. Lagian kasian Lana, dia sendirian, kan pasti?" Raka mengangguk mengiyakan. Dia sebenarnya juga merasa khawatir pada Lana, karena dia sendirian. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Helena.

"Ada gue," timpal Aksa santai.

Raka menghela napas pelan. Lalu menatap Aksa dan berkata, "gue titip kak Helen ya, jangan dibikin nangis lagi. Gue cuman bentar, nanti balik lagi."

"Gak usah balik juga gak papa," jawab Aksa seenaknya.

"Gue keluar sebentar ya kak, nanti gue balik lagi, lho. Cepat sembuh kakak cantik." Helena menganggukkan kepalanya pelan, dia sebenarnya malas bersama Aksa tapi dia juga tidak bisa menahan Raka.

Helena melihat Aksa yang mendekat padanya. Helena merebahkan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnnya.

Aksa mengambil mangkuk mie ayam yang tadi dipegang oleh Raka. "Mau makan lagi?" tanya Aksa tidak diperdulikan oleh Helena.

EINFARBIGE [Monokrom]Kde žijí příběhy. Začni objevovat