35. Kakak Aksa.

1.4K 222 73
                                    

"Gue akan belajar untuk menjauh, gue akan berusaha untuk gak mengganggu elo lagi."

—Helena.

***

Helena menyerngit merasakan kepalanya yang terasa pusing. Perlahan Helena membuka matanya dan menatap langit-langit kamar tempatnya tertidur.

Tidak, ini bukan kamarnya. Helena mengedarkan pandangannya kamar dengan nuansa biru muda terlihat sangat berbeda dengan kamarnya yang berwarna pink dan ungu yang mencolok.

"Selamat Pagi, udah bangun ternyata." Helena tersentak karena seorang perempuan yang terlihat lebih dewasa darinya datang membawa nampan berisi makanan.

"E—elo kan ...?" Helena menggelengkan kepalanya berusaha mengingat dimana dia pernah bertemu dengan perempuan ini.

"Udah lah makan yuk makan," ucapnya meletakan nampan berisi makanan yang dibawanya didekat Helena.

"Gue ... kenapa gue bisa disini?" tanya Helena lirih.

Bukan kah kemarin Aksa menemuinya? Apakah itu hanya halusinasi Helena saja?

"Adik gue mungut Lo tadi malam. Elo basah kuyup, demam, udah kayak gembel jalanan aja."

Helena menghembuskan napasnya pelan. Dia sangat kesal dengan kata gembel yang diucapkan perempuan itu. Tapi walau bagaimanapun dia sudah membantunya jadi tidak apalah.

"Lo kok bisa ada di jalanan? Gue tau banget nih pakaian yang Lo pakai itu jauh dari kata murah jadi gak mungkin Lo itu gembel. Apa Lo berantem sama cowok Lo?" tanyanya memancing Helena untuk bercerita.

"Enggak, gue gak berantem sama cowok gue. Lagian gue gak punya cowok," jawab Helena tersenyum tipis.

Perempuan itu tertegun, dia diam lalu duduk mendekati Helena. "Gue Dista."

"Helena," sahut Helena menyambut jabatan tangan dari Dista.

"Kata adik gue elo diturunin dijalan sama cowok Lo," kata Dista lagi membuat Helena menundukkan kepalanya.

"Enggak kok, adik Lo salah liat mungkin."

Dista tersenyum tipis. "Cewek ini terlalu bodoh buat elo yang brengsek, Sa." Dista membatin, dia heran kenapa gadis ini bisa menyukai adiknya yang kaku bukan main.

"Lo mau cerita gak sama gue apa yang terjadi?" tanya Dista sangat penasaran.

Helena menghela napas pelan. "Kemarin gue ... gue pulang sekolah, kan. Terus abis itu gue nunggu jemputan, terus jemputan gue lama banget datangnya. Terus gue jalan aja, dan ternyata hujan deras banget. Gak ada taksi satupun yang lewat, akhirnya gue neduh deh di halte kosong," jelas Helena yang tentunya hanya alibi.

"Bukan diturunin dijalan sama cowok Lo?" tanya Dista kembali, dia tau kalau Helena ini sedang berbohong karena Aksa juga sudah menceritakan semuanya padanya.

"Bukan," sahut Helena menggelengkan kepalanya cepat.

Dista mengangguk-angguk seolah mengerti. Lalu mendekatkan sepiring nasi goreng dengan ayam pada Helena.

Helena tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Dista.

"Bagus deh kalau lo gak diperlakukan kayak gitu. Kayaknya adik gue emang salah liat," kata Dista dibalas anggukan kecil dari Helena.

"Hm, Lo tau? Gue benci banget cowok kayak gitu, gak punya tanggung jawab. Kalau gue digituin sih, ya langsung gue tinggalin aja."

"Dan sayangnya salah satu cowok yang gak bertanggung jawab itu adik gue," lanjut Dista menatap Helena serius.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now