10. Gara-gara Diky.

1.5K 212 108
                                    

"Harusnya tidak usah memberi harapan kalau kamu memang sudah tau kalau tidak ada yang bisa diharapkan."

***

Helena tersenyum bangga melihat orang-orang disekitarnya menundukkan kepalanya takut karena Helena melewati mereka.

Entah sejak kapan Helena jadi seperti itu. Awalnya Helena tidak nyaman ditatap takut oleh teman-teman sebayanya. Tapi, sekarang dia sudah biasa saja.

"Hallo, ibu negara." Helena mengerutkan keningnya heran.

Dia melipat tangannya didepan dada memperhatikan Diky yang sedang menelpon seseorang.

"Apa? Enggak kok."

Helena yang penasaran ikut mendekatkan telinganya pada ponsel yang menempel ditelinga Diky.

"Apa sih Helen?" tanya Diky merasa tidak nyaman dengan posisi mereka.

"Kepo," jawab Helena cengengesan.

"Apa Mam? Ini pacar Diky Mam."

Helena melotot kesal, dia memukul Diky keras. Bisa-bisanya Diky mengakui dirinya sebagai pacar.

"Masa? Lisa ya?"

Suara orang diseberang sana terdengar jelas ditelinga Helena.

"Bukan, dia bule Mam. Cantik," kata Diky melirik Helena.

"Hallo Mamanya Diky. Ini Helen, temen baru Diky."

"Hallo Helen, ya ampun ramah yah."

"Eh Diky! Jangan mengalihkan fokus Mama ya!"

"Mama, jangan sekarang bahasnya. Malu sama Helen," bisik Diky masih bida terdengar oleh Helena.

"Biarin biar Helen tau! Kamu, kan yang ngabisin minyak goreng di dapur?"

"Enggak Mam," jawab Diky membantah.

"Bohong! Jujur atau Mama bakarin action figure kamu?"

"Mama ancamannya gak asik."

"Jujur aja sih susah amat!"

"Lagian salah Mama, ngapain ditaro di botol minuman. Mana ditaruh di kulkas lagi. Diky kepalang haus Mam," kata Diky membela diri.

"Mama tunggu kamu di rumah! Inget ya kalau kamu pulang telat jangan harap kamu bisa masuk. Biarpun kamu merengek-rengek minta bukain Mama gak akan bukain."

"Bye Helen sayang. Kapan-kapan kita ketemu, ya. Kasih tau juga sama Diky jangan suka gerogotin kursi."

"Mam! Emang Diky rayap!" Helena tertawa karena Diky mencebikkan bibirnya.

"Kek anak gadis lo, Dik!" cibir Helena pelan.

"Kesel banget gue ah!"

"Are you okay?" tanya Helena dengan sisa tawanya.

"Menurut ngana?" Helena kembali tertawa.

"Emang bener lo minum minyak goreng?"

Diky menganggukkan kepalanya. "Gak sengaja. Ya mama ngadi-ngadi, masa minyak goreng ditaro didalem kulkas. Pakai botol kaca lagi," keluh Diky.

"Sampai abis?"

"Ya gimana? Orang gue haus."

"What do you fell?" tanya Helena membayangkan menjadi Diky yang menghabiskan banyak minyak goreng.

EINFARBIGE [Monokrom]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt