11. Jadi ... cinta?

1.4K 197 93
                                    

"Kalau suka itu awalan cinta. Apa cinta itu bisa menjadi awal dari luka?"

***

Aksa, Helena dan Diky duduk berjejer dengan Helena yang berada ditengah-tengah mereka.

Mereka sedang kerja kelompok, entah kesalahan apa yang sudah dilakukan Aksa sampai-sampai memiliki partner kelompok yang ... ah sudahlah.

"Aksa, gue gak mau ya kalau disalah-salahin. Gue udah capek nyatet nih."

"Diky! Udah nyontek banyak komen lagi! Maksud lo apa kayak gitu? Kasian Aksanya," omel Helena memukul kepala Diky.

"Sakit oi!"

"Ulu kasian, sepertinya otaknya ini semakin bergeser," ledek Helena tertawa keras mengusap-usap kepala Diky.

"Aduh! Aduh ... Helen ... Helena otak gue jatuh!" rengek Diky dengan manja pada Helena.

"Dasar modus!"

"Siapa yang modus? Wah, fitnah sekali anda!"

"Diky itu modus! Dasar tukang modus!" ejek Helena memeletkan lidahnya pada Aksa.

"Dasar bule!"

"Baguslah! Gue cantik, Diky mukanya burem HD-nya kurang!"

"Parah! Sini lo gue ketekin!"

"DIKY! JANGAN!"

"Bisa diam?" tanya Aksa tegas.

"Iya." Diky dan Helena diam dan melipat tangannya seperti anak yang sopan secepat kilat.

"Diky, kerjain nomer 7 dan 8, Lena kerjakan nomer 9 dan 10. Sisanya gue," kata Aksa diangguki patuh oleh Diky dan Helena.

"Helen, boleh tuker nomer gak?" bisik Diky pelan.

"Gak bisa, otak gue mentok disitu Diky."

"Apalagi gue? Bisa-bisa otak gue kehilangan ketenangannya, Helen."

"Ya otak Diky itu harus terasah terus biar gak leha-leha. Setidaknya gak bego-bego banget lah."

"Tega ya! Helen tega!"

Helena memekik kecil karena Diky memiting lehernya dengan ganas. "Diky!"

"Apa sayangku!"

"DIKY! GELI!" Helena memukuli Diky bertubi-tubi.

Aksa menahan tangan Helena yang terayun kebelakang kearahnya. Helena

"Diky, Lena!" tegur Aksa membuat Helena dan Diky menundukkan kepalanya fokus pada buku didepan mereka.

"Kalau kalian gak bisa serius mending kalian pergi dari sini."

"Maaf Aksa," jawab Helena dan Diky bersamaan.

"Lena, pindah!" Helena melepaskan tangannya dari Diky dan bertukar tempat dengan Aksa.

Aksa menarik napasnya kembali mencoba memfokuskan diri pada tugasnya.

Helena dan Diky saling tatap sinis. Jika saja tidak ada Aksa yang berada ditengah-tengah mereka, mungkin mereka akan saling jambak sekarang ini.

"Sudah!" Helena menjatuhkan pulpen dari tangannya dan bertepuk tangan ria.

Aksa mengambil buku yang ada didepan Helena tanpa suara. Helena meremas tangannya takut, dia takut ada kesalahan dan mengecewakan Aksa.

"Bener gak? Atau ada salah?" tanya Helena takut.

"Bener," jawab Aksa menganggukkan kepalanya membuat Helena tersenyum lebar.

"Helen, bantuin gue ya kalau gitu." Diky membereskan buku-bukunya dan ingin mendekati Helena.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now