54. Gak! Lo bohong!

1.7K 230 284
                                    

"Jangan najis-najis! Gue kasih pelet dikit juga lo bakal suka sampai kentut-kentut gue!"

"Kentut lo yang kayak bom nuklir itu?"

-Diky dan Rama.

***

Aksa memandangi Helena yang mengobati luka-luka diwajahnya. Emosinya kini mereda, bahkan tidak tersisa karena kini Helena bersamanya. Helena lebih memilih mengobatinya.

"Kenapa sih? Kenapa harus berantem?! Gak bisa apa dibicarakan baik-baik. Ini aja gue sampai ikut luka kayak gini, kalau lo mati gimana?!"

"Ya gak gimana-gimana, lo juga gak perduli gue, kan?"

"Bego! Gue tuh kesel sama lo gak usah ya sok-sokkan dingin kek tai gitu. Gue benci banget sama lo!"

"Oh ya?"

"Enggak, bohong aja gue mah. Gue mana bisa ben ..." Helena menggigit bibir dalamnya karena hampir saja mengakui sesuatu. "Gue benci banget sama lo!"

Bibir Aksa berkedut menahan senyumnya. Dia tidak mau Helena berhenti mengomelinya.

Helena menundukkan kepalanya tidak mau menatap Aksa. Kini Aksa menyesal karena menyahuti Helena, harusnya tadi dia diam saja.

"Sini gantian." Helena diam mengangkat kepalanya membiarkan Aksa kembali mengobatinya.

Aksa terkekeh kecil mengusap ujung bibir Helena. "Tadi dijidat, sekarang dibibir, hari ini kenapa sih?" tanya Aksa dibalas gelengan pelan oleh Helena.

"Dulu gue kira kalau lo diem dan gak bawel hidup gue bakal lebih tenang. Tapi, setelah lo banyak diam kayak gini gue ngerasa ... sepi," kata Aksa terkekeh miris.

"Gue kangen lo yang dulu, Lena."

Helena tidak menjawab. Dia juga merindukan dirinya yang dulu, dia juga merindukan Aksa. Tapi, dia masih kecewa. Mungkin, dia sudah bisa memaafkan Aksa dari awal.

"Akhirnya gue dapet karma ya, setelah gue selalu mengabaikan lo, lo malah mau pergi sama Raka dan Diky, gue kesel tapi gue bisa tahan. Tadi enggak, maaf," ucap Aksa mengusap pipi Helena pelan.

"Gue gak mau pergi." Aksa menegakkan tubuhnya, Helena menyahutinya. Aksa tersenyum tipis, ada kemajuan.

"Lo masih disini, kan? Bareng gue?"

"Enggak," jawab Helena cepat.

"Terus?"

"Enggak," jawab Helena lagi.

Aksa menatap Helena malas, lalu kembali mencoba menatapnya dengan lembut. "Sekarang kayaknya ketuker deh, elo yang lebih gak jelas sekarang," kata Aksa terkekeh pelan.

"Gue gak, gak jelas ya Aksa!"

"Jadi?"

"Jadi? Helena membeo.

"Jadi lo bakal milih gue, Diky atau Raka?"

Helena diam sejenak terlihat berpikir. Lalu berkata, "enggak tiga-tiganya."

"Kenapa?"

"Karena gue anggap Raka dan Diky itu kayak sahabat dan saudara gue sendiri," kata Helena santai.

"Gue?"

"Gak mau."

"Ya kenapa?" tanya Aksa tidak sabaran.

"Karena ... gue benci sama lo," kata Helena dengan lantang.

Aksa menatap Helena tidak terima, tidak Helena pasti berbohong. "Gue gak mau denger itu, Lena."

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now