4. Awal rasa sakit.

1.9K 230 101
                                    

"Gue sakit ataupun enggak ya itu derita gue! Gue udah tau dari awal kalau suka sama lo itu akan menyakitkan. Tapi, itu udah jadi konsekuensi gue."

-Helena.

***

"AKSA!" Helena tersenyum lebar melihat Aksa yang duduk lesehan dipojok rooftop.

"Darimana?" tanya Aksa mematikan rokoknya karena melihat Helena yang batuk cukup keras.

"Nanya gue?" tanya Helena menunjuk dirinya sendiri.

"Tembok."

Helena tertawa garing. "Ngelawak, Pak?" Aksa hanya mendengus mendengar itu. Mood Aksa cukup buruk sekarang.

"Nih." Helena menyodorkan salah satu susu vanilla yang ada ditangannya pada Aksa.

"Gak suka," jawab Aksa membuat senyum Helena memudar perlahan.

Mata Helena menangkap botol air mineral yang ada di samping Aksa. Sepertinya air itu belum terbuka segelnya.

Senyum Helena kembali mengembang dan mengambil botol air itu perlahan. "Gue juga bawa air mineral. Gak mungkin, kan kalau lo suka air mineral."

Aksa menatap Helena datar. "Emang punya gue."

Helena menggaruk tengkuknya, dia tertawa renyah. Helena malu? Sedikit.

"Lo suka duduk di sini?"

"Iya."

"Lo gak suka banyak omong?"

"Iya."

"Lo gak suka susu vanilla?"

"Iya."

"Lo suka gue?"

"Enggak," jawab Aksa mantap. Helena kembali tertawa pelan.

"Jadi, lo sukanya apa?" tanya Helena menghela napas pelan.

"Ketenangan."

Helena mendesah pelan. "Secara gak langsung lo bilang lo gak suka gue yang berisik?"

"Perlu dijawab?"

"Jangan!" Helena menutup mulut Aksa spontan. "Gak papa, nanti juga suka."

Aksa menatap Helena sejenak. "Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" tanya Helena mengerutkan keningnya.

"Suka gue."

"Oh, itu. Gue suka sama lo, karena lo baik. Lo keren, lo tolongin gue waktu itu. Gak tau lah, pokoknya suka aja."

"Gak malu?"

"Malu karena ngakuin suka? Hih, gue mah santai kali. Gue itu kalau suka ya bilang kalau gue suka. Kalau gak suka juga gue pasti bilang. Malah gue malu kalau gue gak berani ngaku, cemen banget, kan?"

Helena menyandarkan tubuhnya pada pada dinding. Dia menatap Aksa yang diam, Aksa sangat tampan.

"Gue gak suka sama lo."

Helena tersenyum miris. "Gue gak cantik, ya? Apa gue harus oplas, biar lo suka?"

"Aneh," cibir Aksa malas.

"Ya udah, gue oplas ajalah!"

Aksa kembali menatap Helena membuat Helena salah tingkah. "Nama lo siapa?"

Helena membekap mulutnya tidak percaya. Helena merutuki Aksa dalam hati, jangankan membuat Aksa suka. Aksa saja tidak tahu siapa namanya, bukan tidak tahu hanya saja Aksa lupa. Mungkin.

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now