49. Ralan vs Lenaksa.

1.5K 218 139
                                    

"Kalau ingin dihargai, hargailah orang lain. Bisa saja sekarang orang itu diam karena masih bisa menahan, jika dia terhasut maka balasannya akan lebih mengerikan."

—Dari Helen untuk Aksa, maybe.

***

"Lo gak usah banyak gerak, Lana! Gue udah bilang gak usahlah ikut-ikutan gue turnamen kemarin. Elo lagi sakit, malah tambah bengek karena asap, lo bego banget sih!" Raka terus saja mengomeli Lana yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Kereta api ekspress juga kalah sama kecepatan lo ngomong, Raka," kata Lana bergumam.

Raka duduk dan menelungkupkan wajahnya disebelah Lana. "Lana, gue capek banget beneran. Gue belum tidur dari kemarin."

Lana memalingkan wajahnya sejenak lalu menepuk-nepuk kepala Raka. "Gue tau, kemarin lo pasti gak tidurkan karena jagain kakak cantik lo itu?"

"Iya," jawab Raka lesu.

Lana tersenyum kecut, pantas saja Raka tidak datang dari kemarin. "Lo gak khawatir sama gue?"

"Khawatir. Tapi, gue gak bisa ke sini karena gue harus berjuang dapetin kakak cantik. Maaf ya Lana," kata Raka dibalas senyum tipis dari Lana.

"Gak papa lah, emang kenapa? Gue gak papa kok Raka, berjuang aja gak papa."

Raka menatap Lana yang terlihat biasa saja. Dia sempat mengira kalau perkataan Helena tempo hari itu benar. Tapi, sekarang dia tidak yakin, dan dia bersyukur untuk itu.

"Lan," panggil Raka mengangkat kepalanya menatap Lana. Lana menaikan satu alisnya untuk merespon. "Lo lagi suka sama seseorang, gitu?"

Lana terdiam, dia mengusap wajahnya pelan. "Kenapa nanya?"

"Ya elah pengen tau doang, gak boleh? Elo tuh gak pernah curhat sama gue tentang cowok yang lo suka ya, makanya gue penasaran."

Lana menundukkan kepalanya, apakah ini saatnya dia harus mengatakan apa yang dia rasakan selama ini?

"Gue bakal ngasih tau ciri-cirinya aja, gimana?" Raka mengangguk antusias. Dia benar-benar tidak sabar mendengarkan cerita dari Lana.

"Dia humoris, dia ganteng, dia manis, dia lucu, dia nolongin gue kemarin ... Dia ..."

"Nolongin?" Raka membeo, kemarin dia menolong Lana bersama? "ASTAGA MONYET!"

Lana menutup telinganya dengan kedua tangan karena teriakan keras dari Raka. Dia benar-benar terkejut dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan Raka.

"Lo suka sama monyet?"

"Monyet?" Lana mengerutkan keningnya tidak mengerti lalu Raka menepuk dahinya sendiri menyadari kebodohannya.

"Maksud gue Diky, kak Diky yang sama gue kemarin, kan? Lo suka dia?" tanya Raka dengan semangat.

Lana menghembuskan napasnya pelan, jadi Raka mengira kalau dia menyukai Diky?

Iya, Lana memang menyukai Diky, Diky baik sangat mirip dengan Raka, Diky sempat menghiburnya dan membuat Lana tertawa sebelum akhirnya dia harus pergi dari ruangannya.

Tapi, bukan. Rasa suka Lana pada Diky itu berbeda, dia hanya suka pada Diky sebatas teman saja. Intinya bukan suka seperti sukanya pada Raka, eh!

"Iyakan, Lana?" tanya Raka menyadarkan Lana kembali.

Lana terlihat berpikir, lalu mengangguk perlahan. Dia tersenyum melihat Raka yang seperti sangat senang mendengar itu. "Andai aja lo senengnya karena tau kalau gue sukanya sama lo," batin Lana.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang