15. Tante.

1.3K 188 105
                                    

"Sekeras apapun lo berusaha menghindar dari gue, sejauh apapun itu gue akan terus mengikuti elo sampai kaki gue ini capek."

—Helena.

***

"Auws! Lilis! Please, udah!"

Helena menggelengkan kepalanya melihat Lisa yang mengomel dan menekan-nekan luka yang ada pada dahi Diky.

"Gue nyerah kalau gini, mah! Boleh tukeran posisi sama Aksa gak sih?"

"Gak usah ngadi-ngadi," ketus Lisa menekan-nekan dahi Diky.

"AMPUN! LISA AMPUN!"

Helena menghela napas panjang, dia meringis melihat Aksa yang membersihkan lukanya sendiri. Tadinya Helena ingin membantunya, tapi Aksa terus saja menolak.

"Gue bantu aja, ya?"

Aksa hanya menggelengkan kepalanya untuk merespon.

"Bodo amat, Aksa! Gue gak perduli, mau lo marah kek, silahkan. Tapi, sekarang gue gak bisa biarin lo kesakitan gitu," kata Helena merebut kapas yang sudah ditetesi dengan alkohol dari tangan Aksa.

Aksa diam, tatapannya tertuju pada Helena. Helena mengusap kepala Aksa untuk menyisihkan rambut Aksa yang menutupi sedikit lukanya.

"Kalau semisal ini infeksi diamputasi gak, ya?" tanya Diky menyentuh darinya yang sudah diberi handsaplast oleh Lisa.

"Kalau iya sih bagus, biarin spesies orang otaknya kopong kayak lo berkurang."

"Astaghfirullah, Lisa tidak baik."

"Serem dong, ya kali Dik. Kalau elo sih gak papa. Aksa gue gimana?" Helena memukul lengan Diky pelan.

"Mau lo jalan-jalan tanpa kepala? Ih anjir begonya over load," cibir Lisa membereskan kotak obat yang tadi digunakannya untuk Diky.

"Gue, kan cuman nanya. Gak usah dikatain kali," kata Diky merengut.

"Lena!" Aksa menahan tangan Helena dan menjauhkannya dari wajah Aksa. Helena tidak sengaja menyenggol luka Aksa dan kembali berdarah.

"Maaf-maaf, Aksa please maaf," lirih Helena menghentikan aktivitasnya, dengan tangan bergetar Helena mengusap dahi Aksa yang mengeluarkan darah.

"Udah!" ucap Aksa tegas. Helena menurunkan tangannya dan meminta maaf berkali-kali.

Aksa mengusap dahinya sendiri dan menatap Helena menundukkan kepalanya. Aksa memberikan tisu dan kapas kembali pada Helena.

"Ap—"

"Kepala gue sakit," kata Aksa memejamkan matanya karena merasa pusing yang cukup mempengaruhi dirinya.

Diky yang melihat itu hanya bisa mengelus dada bersabar. Di sana ada Aksa yang diobati dengan kelembutan oleh Helena. Sedangkan sekarang dia diobati dengan bar-bar oleh Lisa.

"Lis, bisa gak ngobatinnya lembut kayak Helen?" tanya Diky memelas.

"Bisa, tapi kalau lo juga bisa jadi Aksa."

"Ya, kan semua orang punya ciri khas masing-masing, Lis. Gimana sih lo?!"

"Tuh sadar! Gue gak bisa kayak Helena karena lo juga gak bisa jadi kayak Aksa! Stop minta yang aneh-aneh!" kata Lisa mampu membungkam mulut Diky.

🕊️🕊️🕊️

Paginya Helena sudah siap dengan seragamnya. Dia tersenyum menyusuri koridor dengan menatap jaket yang ada di genggamannya.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang