7. Ondel-ondel.

1.4K 201 117
                                    

"Karena gue suka. Kalau gue suka banget sama sesuatu, sebisa mungkin gue bakal kejar itu. Bahkan sampai melupakan rasa malu. Contohnya ondel-ondel tadi dan termasuk, elo."

-Helena.

***

Aksa merebahkan tubuhnya pada kasur King size miliknya. Kamar Aksa bisa dibilang sangat rapi untuk kamar seorang laki-laki.

"AKSA!"

Aksa menghembuskan napasnya pelan, baru saja dia ingin menutup mata tapi pintu kamarnya diketuk-ketuk dengan sangat keras.

"Kenapa?" tanya Aksa mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kenapa? Kamu gak ke kantor?"

"Gak guna juga di sana," jawab Aksa memainkan pintu kamarnya.

"Kamu ini pewaris keluarga! Kamu harus belajar dari sekarang, Aksa!"

"Aksa bukan satu-satunya," jawab Aksa berusaha tenang.

"Tapi, kamu laki-laki!"

"Ada Kak Dista. Lagian Aksa gak tertarik," sahut Aksa santai.

"Kakak kamu perempuan, Aksa!"

Aksa menghembuskan napasnya kasar. "Ya udahlah."

Aksa berjalan masuk kembali kedalam kamarnya, dia mengambil jaketnya lalu kembali keluar tanpa memperdulikan teriakan Ayahnya.

"KALAU KAMU GAK DATANG, JANGAN HARAP PINTU RUMAH INI TERBUKA UNTUK KAMU!"

Aksa berbalik dan tersenyum miring. "Terserah," jawab Aksa melanjutkan langkahnya.

Aksa mengeluarkan ponselnya dan mencari nama seseorang untuk dihubungi. Percobaan pertama tidak ada jawaban. Terus saja seperti itu sampai Aksa menyerah.

Lalu matanya tertuju pada satu nama yang membuatnya tertarik dan mencoba menghubunginya.

"Hallo, Aksa?" Aksa tersenyum tipis, telponnya langsung tersambung pada percobaan pertama.

"Aksa, ini elo, kan?" ulangnya karena Aksa terus diam. "Ya udah, kayaknya elo kepencet deh. Gue matiin ya, dah-"

"Siap-siap, gue jemput."

Hening.

Aksa menatap ponselnya, masih tersambung. Tapi, tidak ada jawaban.

"Lena?"

"Ya Aksa? Apa tadi? Telinga gue kayaknya kemasukan laba-laba deh," jawabnya terdengar bingung.

"Siap-siap, gue mau jemput."

"Lho, bener ya ternyata? Telinga gue baik-baik aja? Lo ngajak gue kemana?"

"Gak tau."

"Hah? Ayo Aksa! Gue siap-siap dulu, ya. Kita makan tahu, bentar ya."

Telponnya terputus secara sepihak. Sepertinya telinga Helena itu benar-benar kemasukan laba-laba.

Aksa memakai helm full face nya menuju rumah Helena. Dia tidak tau kenapa dia bisa terpikir untuk mengajak Helena pergi. Tapi, ya sudahlah setidaknya Aksa tidak takut kesurupan karena ada Helena.

Aksa tidak mungkin kesurupan karena gadis itu tidak akan membiarkan Aksa tenang apalagi sampai diam dengan pikiran kosong.

Disisi lain, Helena sedang melamun menatap baju-baju yang ada di lemarinya. Dia bingung harus memakai apa.

"Aksa kenapa ya? Bilangnya suka sama cewek lain, bilangnya gak mau ngasih gue harapan. Tapi kayak gini, bentar baik sama gue, bentar sok khawatir sama gue, bentar Care sama gue, sekarang ngajak gue jalan. Itu apaan ya maksudnya?!" Helena menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang