69. Step Two: Don't be Pervert [EXTRA]

Start from the beginning
                                    

"Paman siapa, Steve?" tanya Lalice kepada Steven dengan dahi terlipat.

"Itu," tunjuk Steven menggunakan dagunya.

"Nuel?" kaget Lalice karena bisa-bisanya pria itu ke sini tanpa berkabar terlebih dahulu. Apakah Nuel berubah pikiran dan memutuskan untuk ikut?

"Kau mau ikut?" tanya Lalice sumringah. "Tapi bukannya kau bilang kalau kau tidak bisa ikut karena sibuk?"

Nuel memalingkan wajahnya yang datar sambil menggaruk pelan pipinya yang tidak gatal, "Ehm, yah, itu, pekerjaanku selesai lebih awal. Jadi aku terpaksa ikut."

Steven segera menyahut, "Tidak ada yang memaksamu."

"Lalice memaksaku," singkat Nuel.

"Alibi," sinis Steven mencibir. Lalu dia mengajak Calista dan lainnya untuk segera masuk ke dalam mobil sebelum matahari semakin terik.

"Keputusanmu untuk ikut membuatku yakin kalau kau bukan pria homo, heheh," cengir Lalice menyambar lengan Nuel untuk dia peluk.

"Hei, aku normal," protes Nuel berusaha melepaskan pelukan Lalice di lengannya, namun Lalice justru mengeratkannya.

"Iya. Buktinya kau mencintaiku."

"Lepas," suruhnya. "Dada teposmu yang menempel di lenganku membuatku risi."

"Ya Tuhan, mulutmu tidak sopan sekali," ujar Lalice memandang Nuel dengan rasa tidak terima.

Nuel berhasil melepaskan diri dari Lalice, lalu pria jangkung itu berjalan lebih dulu menuju mobil dan masuk, meninggalkan Lalice yang masih berdiri di tempatnya dengan kepala menunduk mengamati dadanya sendiri.

"Iya sih, dadaku tidak ada," monolognya dengan bibir cemberut. "Hilang ke mana, ya?"

"Lalice! Cepat masuk atau aku tinggal?!" teriak Steven tidak sabaran.

"Iya, dasar cerewet!"

÷÷÷

Sesampainya di pantai, mereka langsung ganti memakai baju pantai, minus Calista yang malah memakai kaus dan legging panjang karena tidak begitu nyaman menggunakan baju terbuka di tempat umum seperti ini.

"Padahal aku sudah menantikan dirimu memakai bikini yang seksi di sini, Cale. Tapi …." Steven terlihat menelan rasa kecewa karena istrinya berpakaian tertutup, tidak seperti Roxanne ataupun Lalice yang memakai bikini.

"Ohh, jadi kau tidak masalah kalau banyak laki-laki yang menikmati tubuhku, ya?"

"Eh? Iya juga, ya. Aku tidak berpikir sejauh itu."

"Karena tingkat kemesumanmu sudah akut. Otakmu hanya dipenuhi dengan dada dan paha wanita," cibir Calista. Lalu dia membaringkan tubuh di atas alas kain, menikmati cahaya matahari yang semakin tinggi. Memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, Calista merasakan ada sesuatu yang menghalau cahaya matahari di atasnya, rasa hangat tadi berubah teduh seketika. Ia membuka kelopak matanya, lalu mendapati Steven yang sudah ada di atasnya. Sontak ia kaget.

"Mommy, mereka berdua sedang apa?"

Baik Calista ataupun Steven mengalihkan pandangan ke arah gadis kecil yang sedang bersama ibunya. Gadis berusia sekitar 7 tahun itu menunjuk ke arah mereka, memberi tahu sang ibu.

"Astaga, dasar pasangan tidak tahu malu!" cibir wanita itu seraya menutup mata anaknya. "Mereka berdua orang gila, Sayang, jadi lebih baik kau abaikan saja," ucap wanita itu kepada anak gadisnya, "ayo kita lanjut berjalan."

Calista langsung mendorong dada Steven agar pria itu menyingkir dari atas tubuhnya.

"Jangan mesum di sini!" serunya geregetan. Dia merasa malu karena ada anak kecil yang memerhatikan mereka berdua.

"Lalu di mana? Di toilet umum?" tanya Steven dengan tampang polos tak berdosa.

"Mau kuceburkan ke laut, ya?!"

"Mau asal tercebur bersamamu," sahut Steven menarik sudut bibirnya membentuk seringai. "Lalu nanti kita coba gaya baru di tengah lautan."

"Adehh." Calista memutar bola matanya jengah. "Kalau mau mati ya mati sendiri sana, jangan mengajak orang."

"Siapa yang mengajak orang?"

"Kau."

"Aku mengajak dirimu, bukan orang."

"Lalu aku ini apa kalau bukan orang?"

"Malaikat."

"Dan kau iblisnya."

"Baiklah, aku adalah iblis. Jadi, mau membuat kontrak denganku?"

"Kontrak apa?"

"Aku akan melakukan apa pun yang kau mau," balas Steven.

Calista menautkan alisnya dengan senyum tipis terpeta di bibirnya, "Apa pun?"

Mengangguk, Steven membenarkan, "Hum, apa pun. Dan sebagai imbalannya, aku ingin selalu bermain denganmu setiap malam." Tatapan Steven berubah menakutkan. Tangannya bergerak untuk menyentuh dagu Calista, lalu jempolnya mengusap-usap bibir istrinya pelan.

Lanjut mendekatkan wajah, membisikkan sesuatu di telinga Calista dengan seduktif hingga berhasil membuat Calista meremang, "Setiap hari, tanpa jeda, dan memakai banyak gaya, sampai kita berhasil memiliki anak. Bagaimana?"

"Nah kan, selalu saja seperti itu." Calista menepis tangan Steven pelan. "Kau tidak bisa jauh-jauh dari hal berbau mesum ternyata."

Steven kembali duduk tegak, terkekeh mendengar perkataan Calista yang sepenuhnya benar. "Sudah mendarah daging, Sayang. Harusnya kau senang karena memiliki suami yang tidak pernah lelah ketika bermain di atas ranjang. Kau juga kan, yang puas?"

"Bukannya puas yang ada aku malah lelah! Kewalahan mengikuti permainanmu yang kasar!"

"Ohh, oke-oke, jadi kau lebih suka permainan yang lembut dan pelan, ya? Baiklah, akan aku turuti kalau itu maumu."

Ini kenapa pembahasan mereka jadi mengarah ke hal yang mesum dan jorok, ya?

Calista juga kenapa terus menanggapi ocehan suaminya yang berotak kotor? Apa jangan-jangan otak suci Calista sudah terkontaminasi oleh kemesuman Steven?

Perempuan itu membuang napas panjang. Niatnya yang ingin berjemur jadi tertunda karena Steven terus-menerus mengusiknya. Berdecak, Calista kembali menutup mata dan berkata, "Beri aku waktu untuk berjemur beberapa menit saja."

"Setelah itu, kita ke toilet umum dan bercocok tanam di sana?"

"Bukan, idiot!" maki Calista sembari mencubit perut Steven hingga membuat pria itu mengaduh sakit. Ia merasa emosi karena kemesuman Steven yang semakin lama semakin menjadi.

"Otakmu ini sepertinya harus direndam di dalam air suci," imbuhnya mengetuk-ngetukkan telunjukkan di dahi Steven.

Steven segera menangkap pergelangan tangan Calista, mengarahkan jari perempuan itu ke dekat mulutnya, lalu tanpa persetujuan Calista, ia menjilat jari-jari milik perempuan itu hingga membuat Calista membelalak.

"Enyah sana, dasar makhluk amfibi berotak selangkangan yang tidak tahu tempat!" seru Calista menghempaskan tangannya. Lalu menendang Steven agar enyah dari hadapannya. Berikutnya, Calista lanjut berjemur dengan wajah memerah.


-

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now