64. This December Will End

Start from the beginning
                                    

Untuk sekarang, ia terpaksa menerima bantuan William dan bekerja sama dengan pria itu.

"Aku tidak menyangka kau sebodoh ini sampai-sampai tidak mengetahui bahwa beberapa anggotamu berkhianat," kata William cepat dengan langkah hati-hati.

Keadaan luar bangunan suram tersebut masih sepi. Terlihat seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Namun William yakin kalau Calista ada di dalam.

"Parahnya lagi kau sampai tidak bisa melindungi Calista dari mereka," geram William merasa kesal sekaligus marah kepada Steven.

"Calista selalu berada dalam masalah ketika bersamamu, Steve. Kau tahu?" lanjut William sesekali menoleh ke belakang, kepada Steven.

"Kau pria bajingan yang sialnya beruntung karena bisa mendapatkan hati Calista."

"Diam dan fokus saja untuk mencari jalan masuk, keparat," balas Steven memaki dengan nada dingin.

William menutup mulutnya rapat. Matanya mengawasi keadaan sekitar. Masih aman. Dia lanjut berjalan dengan langkah pelan tanpa menimbulkan suara. Dan baru berhenti saat sampai di depan sebuah jendela kecil yang tertutup.

Menoleh pada Steven, bertanya, "Kau bawa pisau?"

"Aku bawa pistol."

"Aku butuh sesuatu yang tajam untuk membuka jendela ini." Pandangan William teredarkan ke bawah, mencari benda tajam yang bisa ia gunakan untuk mencongkel jendela tersebut.

Steven di sampingnya juga ikut mengedarkan pandangan, mencari. Setelah menemukan, pria itu membungkuk, menyingkirkan tumpukan salju yang menyelimuti sebuah linggis kecil yang secara kebetulan ada di sana, kemudian mengambilnya.

William mengambil alih linggis yang sudah patah tersebut dari tangan Steven. Mengarahkan bagian tajamnya pada pinggiran jendela yang tertutup itu, menyelipkannya, lalu mencongkel.

Terbuka.

Setelah itu keduanya secara bergantian naik dan masuk ke dalam.

÷÷÷

Dengan langkah pelan dan hati-hati, Steven dan William masuk lebih dalam.

"Berhenti." Steven berhenti dan berkata pelan seraya mengangkat tangan ke belakang agar William ikut berhenti juga. Tubuhnya menempel pada dinding. Dari balik dinding, ia mengintip beberapa orang yang sedang berjaga di sana. Mereka semua adalah anggotanya, sebelum akhirnya ikut membelot mengikuti Paul untuk menyingkirkan Steven dari posisi ketua.

Bisa Steven tebak, alasannya adalah karena kebijakan Steven yang terlalu memperlemah organisasi. Tapi Steven tidak menyangka bahwa Paul berhasil bergerak secepat itu.

"Kita lumpuhkam mereka dari belakang," bisik Steven.

Keduanya berjalan mengendap-endap menuju pada orang yang paling dekat. Steven langsung membungkam mulut orang di depannya dari belakang seraya mencekiknya kuat hingga orang tersebut menutup mata tanpa suara. William melakukan hal yang serupa.

Jika menggunakan pistol, maka akan menimbulkan suara sehingga memancing keributan dan semua musuh yang ada di gedung ini akan berbondong-bondong menghampiri tempat mereka.

Setelah empat orang yang berjaga pada ruangan itu telah berhasil mereka tangani, kini keduanya menuju pada ruangan lain.

Keduanya dengan sigap melumpuhkan siapa pun orang yang ditemui oleh mereka, masih dalam keadaan diam supaya tidak memancing yang lainnya.

Hingga pada akhirnya, Steven terdorong untuk membuka pintu ruangan atau entah sebuah kamar di depannya.

Pintunya tidak terkunci. Dengan pelan Steven memutar knop pintu tersebut dan mendoronganya perlahan.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now