90. SETIAP HARINYA

1.1K 117 13
                                    

90. SETIAP HARINYA

* * *

Sadajiwa mengeratkan mantel yang dikenakan Noura, cewek itu baru saja selesai bertelepon sesuai janji mamanya jam sebelas. Kini Noura menunggu mamanya datang ke rumah ini, ya Naina sendiri yang akan bertemu dengan putrinya di sini.

Bunyi bel terdengar dan Bi Sri langsung membukakan pintu. Noura sendiri bangkit dari sana, membiarkan dirinya terlepas dari Sadajiwa, dan Noura memerhatikan mamanya yang tampak tampil biasa saja.

Naina melangkah masuk dan langsung memeluk putrinya erat. "Kamu di sini, Noura."

"Iya, Ma. Noura di sini, di dekat Mama." Noura balas memeluk mamanya lebih erat lagi. Ketika pelukan itu terlepas, Naina menangis di depan putrinya sendiri. Ia duduk di sofa panjang, di dalam rumah ini.

"Noura dengar suara-suara itu, Ma." Cewek itu mengatakan dengan jelas apa yang tadi terjadi. "Mereka bentak, Mama. Dan Noura juga gak bisa temuin Mama di kantor yang besar itu, Mama bukan pegawai di sana."

Naina mengangguk. "Aku memang tidak pernah kerja di sana, Noura. Ijazahku tidak diterima di perusahaan besar itu. Aku ... mencoba banyak pekerjaan yang menghasilkan uang dengan ijazah yang aku punya."

Noura menatap mamanya lama. "Karena itu Mama gak pernah pulang? Karena Mama harus bekerja keras di sini sementara Noura hidup enak di Indonesia? Itu yang Mama pikir buat Noura bahagia?"

"Iya, Noura."

"Ma," lirih Noura. "Noura berusaha mengerti Mama. Noura gak pernah maksa Mama buat Noura sekolah di tempat mahal. Buat tinggal di rumah yang sama besarnya seperti papa masih hidup. Noura gak menuntut hidup enak ke Mama, Noura gak butuh uang banyak, Ma."

Helaan napas Noura terdengar. "Noura mengerti Mama. Hidup kita gak apa-apa, gak sama saat papa ada. Kalau Mama gak sanggup, Mama bisa bilang ke Noura."

"Dan sebenarnya Mama kerja apa, Ma?"

"Sekarang aku bekerja di biliar, tidak jauh dari sini, aku jadi waitress di tempat itu." Naina menjawab pertanyaan putrinya, yang selama ini telah ia tutupi.

"Mama bohong ke Noura. Mama yang selalu bilang kerja di kantor. Mama yang selalu bilang selesai kerjain proposal. Dan kenyataannya Mama bekerja sangat jauh berbeda dari yang Mama bilang ke Noura."

"Aku tidak ada pilihan lain, Noura. Hanya jadi waitress gajiku setara dengan pegawai kantor. Kalau aku bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi, aku bisa membuat hidup kamu sempurna, Noura."

"Noura sempurna, sementara Mama?" tanya Noura lagi. "Ma, pendidikan Mama akan lebih diterima kalau Mama kerja di Indonesia, di negara Mama sendiri. Berapapun gajinya, mereka gak akan meremehkan Mama seperti tadi."

"Maafkan aku, Noura. Aku tidak bisa menjadi seorang ibu yang membuat kamu bahagia. Aku ... aku tidak bisa buat kamu bahagia, Noura."

Naina menangis memeluk putrinya lagi. "Kamu benar. Kamu benar, Noura. Di sini, aku digaji besar, aku mendapatkan apa yang aku mau. Uang? Iya, aku mendapatkannya. Tapi harga diri? Harga diriku diinjak-injak di tempat itu, Noura. Setiap harinya aku selalu merasa tidak bisa mendapatkan hari yang baik, mereka semua jahat, Noura.

"Hanya kamu. Hanya kamu yang mencintaiku, Noura. Aku tidak pantas jadi orang tua kamu."

"Apa karena Mama gak pantas jadi Mama Noura, Mama gak berhak panggil diri sendiri dengan sebutan Mama?" tanya Noura membuat wanita paruh baya itu terdiam. "Semenjak Mama memutuskan menjauh dari Noura, Mama seperti orang lain. Mama seakan gak yakin dengan panggilan itu.

"Noura selalu merasa canggung kalau Mama menjadi orang lain. Kita keluarga, Ma. Mama adalah orang tua Noura satu-satunya, Mama yang memang Noura cintai."

Noura menghela napasnya, ia sedikit mendongak, melihat Sadajiwa tersenyum ke arahnya. Cowok itu mendengar semua ucapan Noura dan ia menyetujui apapun keputusan cewek itu.

"Noura mencintai Mama."

"Iya, Iya, Iya, Noura!" Naina tampak antusias, melepas pelukan itu. Menghapus air mata putrinya. "Mama juga mencintai kamu, Noura. Mama menyayangi kamu, setiap harinya."

"Mama berhenti kerja di sini ya?" pinta Noura untuk saat ini. "Percaya sama Noura, di mana pun tempatnya, uang bisa dicari. Bisa kita dapatkan, Ma, walaupun memang gak sesuai dengan keinginan kita."

"Iya, Sayang. Anak Mama ini pintar sekali sih?"

Malam itu tawa bahagia mereka tercipta. Tidak lagi menjadi orang asing. Tidak ada lagi emosi yang tercipta hanya untuk hal sia-sia.

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SADAJIWAWhere stories live. Discover now