69. NOU

997 142 110
                                    


69. NOU

* * *

"Non, ibu telepon." Bi Sri membangunkan Noura yang sudah tertidur di kamarnya.

Noura sendiri melihat jam yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari, ia sudah malas berbicara dengan mamanya karena wanita itu sendiri yang bilang kalau menelepon jangan malam-malam. Tapi apa? Sekarang mamanya sendiri yang seperti ini.

"Ibu dari tadi telepon Non, tapi katanya gak diangkat-angkat." Bi Sri kembali mengatakan itu.

"Saya kan udah tidur, Bi. Mama juga yang bilang kalau Noura gak boleh telepon jam dua belas, sekarang bahkan udah jam satu, Bi."

Bi Sri juga merasakan serba salah karena ini. "Ya udah, maafin ibu Non, mungkin ada hal penting yang mau dibicarakan. Bibi permisi ya, Non."

Ketika Bi Sri sudah keluar dari kamarnya, Noura mengambil ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan tak terjawab dari mamanya. Noura menelepon balik mamanya, sampai nada dering ketiga panggilan itu terangkat.

"Halo, Noura!"

"Halo, Ma!"

"Aku telepon berkali-kali, Noura. Tapi gak kamu angkat."

"Di Indonesia jam satu, Ma. Noura udah tidur." Cewek itu memutar bola matanya malas karena pembicaraan ini kembali mengingatkannya pada ucapan Naina saat itu. "Ada apa, Mama, telepon?"

"Mau bilang kalau belum bisa pulang ke Indonesia, seperti yang sudah aku katakan, Noura." Naina berbicara padanya dengan santai, entah kenapa suaranya sama sekali tidak menunjukkan adanya kesedihan karena tidak akan bertemu dengan anaknya sendiri. "Butuh lebih dari tiga bulan untuk aku bisa cuti bekerja, Noura. Dan sekarang bukan waktunya, mungkin nanti, aku juga gak tau pasti kapan."

"Apa sampai Noura naik kelas, Ma?" tanya Noura lagi, ia tidak menuntut seperti saat itu. Ia memang tidak seemosi saat itu tapi tetap saja mereka tidak memiliki waktu bersama-sama.

"Mungkin, Noura. Aku gak bisa menjanjikan kapan." Naina menjawabnya dengan pelan. "Kamu tadi sudah makan?"

"Udah, Mama?" tanya Noura balik. "Jangan kerja terlalu capek, Ma. Jaga kesehatan juga ya, Noura gak mau Mama sakit."

"Nanti pulang dari kantor, aku akan makan." Dan suaranya sejenak tidak ada membuat suasana saat ini rasanya sangat kaku. "Terima kasih, Noura. Kamu juga jaga kesehatan ya."

"Ya, Ma. Noura kangen Mama dan Papa." Cewek itu sedikit menjauhkan ponselnya agar tidak terdengar gemetar di suaranya.

"Aku juga kangen kamu, Noura. Kangen Papa. Kangen kalian." Terdengar suara tangisan di seberang sana, membuat Noura menautkan alisnya.

Noura tidak mengira mamanya akan menangis seperti ini, padahal yang sejak tadi menahan air matanya adalah Noura. "Mama baik-baik aja kan? Kenapa Mama nangis?"

"Aku baik-baik saja, Noura. Cuma capek sedikit tadi selesai buat proposal perusahaan banyak banget."

"Ma, istirahat ya!" Noura memintanya lagi.

Naina kembali mengajak mengobrol anaknya itu, kali ini kata-kata yang biasanya membuat Noura kesal perlahan mulai menghilang. Mungkin Noura sendiri yang tidak ingin menganggap serius ketika baru saja ia dengar mamanya menangis.

"Aku tutup dulu ya, Noura. Besok kamu sekolah, kan?" ucap Naina di telepon sudah merasa tenang. "Maaf, aku mengganggu waktu istirahat kamu."

"Iya, Ma." Noura melihat jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah dua. Sudah setengah jam dirinya dan mamanya mengobrol.

"I love you, My Nou."

Noura tersenyum mendengarnya. "I love you too, My Mom."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
SADAJIWAOnde histórias criam vida. Descubra agora