23. TIDAK SAMA LAGI

2K 233 9
                                    

23. TIDAK SAMA LAGI

Dan kita memang harus berakhir saat perasaan kita tidak sama lagi.

* * *

"Non, turun di sini aja?" tanya Pak Yandi, supir pribadinya itu.

"Iya, Pak. Saya turun sini aja." Noura pun menjawab sambil memerhatikan gedung yang menjulang tinggi. "Nanti kalau Noura mau pulang, baru Noura telepon Bapak ya."

Setelah berpisah di parkiran, Noura berjalan menuju lobi utama. Semua orang memakai pakaian formal termasuk dirinya, ia memerhatikan penampilannya sendiri, memakai gaun pendek selutut. Warna putih menjadi dress code untuk perempuan diacara ini.

Noura memerhatikan layar ponselnya, ia sudah mendapat banyak pesan untuk datang ke acara ini. Acara tahunan perusahaan, pemiliknya adalah sahabat papanya. Noura pun semakin berjalan masuk ke meja pendaftaran tamu dan ia mengetahui jika acara malam ini diadakan di aula utama gedung ini.

"Atas nama siapa?"

"Pak Narrarya." Noura menyebutkan nama papanya.

"Tapi Anda perempuan, Nona."

"Saya anaknya, Noura."

"Baik, atas nama Noura perwakilan dari Pak Narrarya."

Noura mengikuti petunjuk berikutnya, cewek itu pun mengikuti langkah seseorang di hadapannya agar tidak salah jalan. Ini adalah acara formal kedua yang Noura datangi sendirian setelah papanya meninggal dunia. Satu saat dirinya masih di Singapura. Dan sekarang, di perusahaan yang sama pula, Noura datang ke sini untuk menghadiri acara tahunannya.

Gadis remaja yang datang seorang diri tanpa mengerti apapun. Absennya di acara ini hanya untuk formalitas, dianggap masih bersahabat dengan pemilik perusahaan ini, dan juga menjaga nama baik keluarganya. Ketika tidak ada satupun orang di rumah, hanya Noura yang bisa melakukannya.

Sialnya, acara ini milik perusahaan orang tua Vadjar.

Noura harus melakukan segala cara agar tidak bertemu dengan cowok itu. Sampai suara berat memanggil Noura dari ujung sana. Sampai tatapan Noura bukan menangkap dari pemilik suara tapi seseorang yang berada di sampingnya.

"Noura!" Suara itu menyadarkan Noura untuk tidak diam.

Cewek itu berjalan menuju ke ujung sana, tempat di mana si pemilik acara berdiri. Namanya Pak Farez, di sebelah kiri beliau ada istrinya yang cantik berdiri dengan anggun, dan di sebelah kanannya ada cowok yang paling berengsek siapa lagi kalau bukan Vadjar.

"Selamat malam, Om dan Tante."

"Selamat malam." Keduanya membalas sapaan Noura. Pak Farez tersenyum senang melihat Noura. "Saya kira kamu gak akan datang, saya tau mama kamu sangat sibuk, Noura. Dan memang acara ini kurang cocok untuk remaja seumuran kamu."

"Gak apa-apa, Om, lagi pula Noura udah ada di sini." Noura mencoba tersenyum ramah.

"Acara ini memang dikhususkan untuk kolega-kolega saya," ucap Pak Farez lagi. "Kalau kamu mau makan atau minum, silakan saja! Dilihat dari wajahnya, Vadjar juga mulai bosan di sini. Vadjar kamu temani Noura ya!"

Noura jelas terbelalak mendengar itu. "Gak usah, Om. Saya bisa sendiri."

Noura pamit menjauh dari sana, tidak ingin melanjutkan percakapan yang berkaitan dengan Vadjar. Untuk menatap matanya lagi saja, rasanya terlalu sakit untuk diingat kembali. Noura memutuskan untuk minum dan berdiri di pinggir sana, salah satu tempat paling pas untuk orang yang tidak mengerti apapun.

"Nyokap lo pergi lagi?" tanya Vadjar yang muncul begitu saja dari samping dan hampir membuat Noura menyemburkan air yang sedang ia minum.

"Bukan urusan lo!" Noura menjawabnya dengan nada yang tinggi, terlihat jelas bagaimana cewek itu marah.

"Ya ... bukan urusan gue," jawab Vadjar dengan suara tenang. "Gue cuma gak percaya aja lo tetap datang ke sini sendirian."

"Asal lo tau ya, gue juga dari awal pergi ke manapun sendiri." Noura menatap Vadjar dengan kesal. "Lo itu bahkan gak pernah tolong gue."

"Kesibukan anak kuliah sama anak SMA itu beda Noura. Gue gak bisa seharian temenin lo." Vadjar mengatakan kata-kata itu seolah menyebutkan kalau cowok itu adalah orang paling bodoh di dunia.

"Setolol apa sih gue sampai waktu sekolah gue minta bantuan lo? Apa perlu gue ingatin kalau gue selalu minta tolong di luar jam kesibukan lo. Gue juga gak minta lo antar jemput sekolah. Gue juga gak minta lo untuk datang ke rumah gue setiap hari. Lo yang memang gak pernah ada untuk gue."

"Ya, gue memang gak ada untuk lo." Vadjar menjawab dengan menyebalkan. "Lupain semua yang berkaitan sama gue, Nou. Lupain apa yang pernah gue ucapin dulu. Dan ... perasaan gue memang hanya waktu kita di Singapura, Nou. Setelah kita berdua ke Indonesia, semuanya gak sama lagi."

Tidak sama lagi. Noura tertawa rendah mendengar kata-kata itu. "Tanpa lo minta, saat mata gue lihat cewek peluk lo dan lo diam aja. Perasaan gue ke lo juga gak sama lagi."

Noura pergi dari sana, entah ia akan ke mana, yang jelas menjauh dari pandangan Vadjar.

Cowok berengsek dengan kamera bodoh yang selalu dibawanya ke mana-mana.

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpio

Follow Instagram :@erlitascorpio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SADAJIWAWhere stories live. Discover now