72. SANGAT MENCINTAI

1.1K 142 131
                                    


72. SANGAT MENCINTAI

* * *

Bhagiraja menggenggam tangan Noura. Membawa cewek itu untuk mengikuti langkahnya. Malam ini, ia mengajak Noura untuk datang ke rumahnya. Sementara Noura merasa gugup dengan yang akan dihadapinya nanti.

Noura melihat rumah Bhagiraja yang begitu luas, di setiap sudut ada alat musik seperti gitar yang tergantung di dinding. Ada juga stik drum yang menghiasi rumah ini, benar-benar menandakan kalau keluarganya itu musisi.

Tadi Noura bahkan ditanya banyak hal tentang dirinya yang berpacaran dengan Bhagiraja. Namun Noura hanya bisa menjawab sedikit selebihnya Bhagiraja yang membantu.

"Kita mau ke mana?" tanya Noura lagi ketika Bhagiraja terus membawa cewek itu masuk ke dalam rumah.

Bhagiraja menoleh. "Ke taman belakang, supaya gak ada yang bisa ganggu kita."

Noura menautkan alisnya mendengar itu, memang penjagaan rumah ini super ketat. Jika Noura berada di posisi seperti Bhagiraja mungkin ia sudah tidak tahan berada di keluarga seperti ini.

"Den Bhagi mau minum apa sama pacarnya?" tanya wanita paruh baya menghampiri mereka berdua.

Bhagiraja menghentikan langkahnya, ia langsung menoleh tepat kepada pembantu di rumahnya. "Buat jus jeruk aja, Bi."

"Baik, Den."

Ketika Bhagiraja memastikan tidak ada lagi orang yang mengikuti dirinya dan Noura. Mereka berdua kembali jalan bersama, sementara Noura hanya diam sambil memerhatikan isi rumah cowok itu. Taman belakang rumah Bhagiraja sangat luas, bahkan ada banyak kursi panjang yang mengelilingi sebuah kolam ikan di tengah taman.

Bhagiraja meminta Noura untuk duduk di sana, cowok itu menatap Noura dengan penuh harap. "Lo yakin bantu gue, kan, Noura?"

Noura mengangguk. "Ya."

"Gue bisa keluar rumah tanpa pengawasan kalau ada lo, sebagai pacar gue, supaya orang tua gue gak curiga, Noura." Bhagiraja mengatakannya sekali lagi.

"Iya, gue tau," balas Noura lagi.

"Tapi gue gak langsung percaya suruhan bokap gue, ngebiarin gue pergi sama lo dengan mudah. Gue tau mereka licik." Bhagiraja dengan perlahan mengatakan itu pada Noura. "Gue juga perlu sopir lo buat mengalihkan perhatian, sopir lo yang bawa mobil gue. Sementara, gue sama lo pergi ke kantor polisi pakai angkutan umum."

Noura seketika terdiam mendengar itu. "Bhagi."

"Ya?" tanya Bhagiraja menunggu respons cewek itu.

"Lo yakin mau menyerahkan diri ke polisi?" Noura memastikan apa yang akan cowok itu lakukan untuk mengorbankan dirinya sendiri ke polisi. 

"Sangat yakin." Bhagiraja menengadah menatap langit malam ini. "Surat panggilan dari kepolisian sama sekali gak pernah gue terima. Orang tua gue gak mau gue dipenjara. Sementara gue, gue kehilangan Bitha."

"Bukannya lo gak pernah sayang sama Bitha. Bukannya lo suka marah-marah ke dia, suka buat Bitha nangis, dan lo pernah pukul Bitha. Itu semua benar, kan?"

"Benar," balas Bhagiraja. "Gue gak suka cewek yang lemah, tapi pacar gue—Bitha, sangat lemah. Dia cewek yang lemah, Noura."

"Harusnya lo bisa terima Bitha apa adanya," kata Noura yang kini tidak sepaham dengan Bhagiraja.

"Sebenarnya dia bodoh banget, dia mau aja lakuin apa yang gue suruh. Gue mau dia nolak. Gue mau dia gak selalu mengikuti apa yang gue bilang." Bhagiraja menghela napasnya berat.

"Gue pernah pukul dia, dan dia sama sekali gak marah, Noura. Dia bahkan gak membenci gue, sampai ... gue tau, gue tau dia hamil."

Noura memerhatikan cowok itu. "Dan lo yang jadi membenci Bitha?"

"Ya, gue benci dia." Bhagiraja mengusap wajahnya begitu frustrasinya. "Tapi gue gak bisa bohong, gue juga mencintai Bitha. Sangat mencintai Bitha."

* * *

Semoga kalian terus suka yaa❤❤❤

Bantu ramaikan cerita SADAJIWA dengan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian sebanyak mungkin❤

Terima kasih❤❤❤

Follow Instagram :
@erlitascorpiy

Follow Instagram :@erlitascorpiy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang